18 Bahamut Of Ice (Second Phase)

21 19 4
                                    

Kekesalanku atas ketidakberdayaan saat menghadapi Julius membuatku memutuskan untuk membuka segel Bahamut, enam naga pembawa bencana, agar aku bisa membunuh dan memangsa mereka, dan membuatku menjadi lebih kuat untuk kembali menghadapi si ksatria penghenti waktu itu.

Aku membentuk tiga kelompok untuk membantuku menemukan gerbang segel Bahamut yang tersebar di dunia ini. Aku sendiri memimpin kelompok yang mencari Bahamut Es. Aku menemukannya- tidak, tapi saat ini aku sedang bertempur dengannya.

Hm? Kenapa aku repot-repot melakukan kilas balik di saat sedang berhadapan dengan sang naga? Itu karena yang di hadapanku saat ini sama sekali tidak terlihat seperti seekor naga!!

Aku sudah menusuk tengkoraknya, tapi dia masih hidup dan malah berubah menjadi seekor raksasa.

Raksasa biru menyerangku. Dia tidak lagi menggunakan semburan es ataupun listrik dan beralih ke serangan fisik yang menggetarkan seisi gua. Jika dibiarkan terus, dia akan menenggelamkan pulau ini terlebih dahulu sebelum aku memakan jantungnya. Aku sudah memikirkan taktik seranganku, yang kulakukan sekarang adalah mencari kesempatan untuk menggapai pedangku yang masih menancap di kepalanya.

Sayangnya itu tidak mudah. Walaupun tubuhnya lebih besar dari Isha, raksasa ini cepat. Sama sekali tidak ada jeda dalam setiap serangannya. Untungnya gerakannya masih terlihat lambat untukku.

Hingga kemudian dia mulai melemparkan kristal-kristal ke arahku. Tubuh orang normal sudah pasti akan langsung berlubang, tapi saat ini batu-batu itu tidak memberikan dampak apapun untukku. Di antara pecahan-pecahan batu itu, raksasa melancarkan tangannya dengan cepat ke arahku.

Kini aku berada di genggamannya. Dia mencoba menghancurkan tubuhku, tapi tidak bisa karena tubuhku terlalu kuat. Sayangnya aku juga tidak bisa melepaskan diri. Lalu aku menyadari bahwa tubuhku mulai membeku. Cih, ini terjadi lagi! Kejadian sama saat aku melawan Enrique. Sikap meremehkan yang membuatku berada di posisi sulit.

"Ice Devil!" Saras berteriak dan seketika lengan sang raksasa ditikam oleh es besar yang tiba-tiba tercipta. Es tersebut tidak bisa menggores tubuh raksasa, tapi karena terkejut, sang raksasa melepaskanku.

Aku melihat Saras mengarahkan tombaknya ke arah sang raksasa. Aku baru tahu kalau dia bisa melakukan itu, tidak mengherankan sih mengingat dia berasal dari ras Yuki-Onna yang terkenal bisa memanipulasi es.

Raksasa itu nampak marah terhadap Saras dan melemparkan kristal ke arahnya. Saras kembali menggunakan tehniknya untuk membuat dinding es di depannya, tapi lemparan sang raksasa terlalu kuat hingga dengan seketika menghancurkan dinding tersebut. Saras terlempar dan menghantam dinding, tidak sadarkan diri.

"Bangsat!" Aku melompat tinggi ke arah sang raksasa dan menendang dadanya dengan keras.

Hampir jatuh, sang raksasa berhasil mengembalikan keseimbangannya dan langsung melancarkan pukulan ke arahku yang masih berada di udara. Aku menghindarinya dan menjadikan lengannya sebagai pijakanku berlari. Dia mencoba menangkapku dengan tangan satunya, tapi gagal karena aku langsung melompat ke atas kepalanya, ke tempat pedangku berada.

Seperti yang kuduga. Dia sebenarnya terluka, tapi langsung membekukan lukanya. Kalau begitu-

"Hurricane!" Aku mengeluarkan gelombang angin milik Enrique melalui La Pucelle yang sanggup menciptakan sebuah tornado hebat. Karena terhalang di antara bagian kepala sang raksasa, tornado tersebut tidak tercipta, tapi tetap memberikan dampak mengerikan ke bagian dalam kepala sang raksasa. Dia nampak kesakitan, tapi masih bisa bergerak.

"Hurricane!" Aku kembali menggunakan serangan itu dan kaki sang raksasa akhirnya jatuh ke lantai. Darah mulai bercucuran dari berbagai tempat di kepalanya.

"Hurricane!" Sesuatu meledak dari dalam kepala sang raksasa. Kali ini dia jatuh. Bahamut Es telah mati.

"Merepotkan banget!" kesalku sambil mencabut La Pucelle. Sekarang saatnya memangsa!

Gua tersebut bergetar hebat, tepat sebelum aku menggali jantungnya. Waktuku hanya beberapa detik. Aku harus cepat-

Aku teringat sesuatu. Saras yang masih tidak sadarkan diri di bawah kristal-kristal. Aku tidak akan sempat menyelamatkannya, terkecuali-

"Merepotkan banget!!" Sebelum aku mengambil jantung sang raksasa, aku langsung melesat ke arah Saras, menyingkirkan kristal-kristal di atasnya dan langsung mengangkut sang gadis keluar dari gua tersebut.

Tepat saat kami berada di luar, gua tersebut runtuh. Semua usahaku sia-sia. "Menyebalkan!" Aku pengen nangis.

Saras akhirnya sadar saat aku menggendongnya menuju kapal. "Nala, apa kau berhasil mendapatkan jantungnya?" Dia langsung bertanya.

"Tidak. Guanya runtuh lebih dulu."

"Oh, maaf.."

"Masih ada lima, tenang saja."

Kapal Utna sudah terlihat, tapi aku melihat sesuatu yang lain. Ada kapal lain di dekat Utna. Aku langsung bergegas kesana.

Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Semuanya terkejut. Aku, Saras, para Terra, dan para laki-laki telanjang dada yang tidak aku kenal.

"N-Nona Nala!? K-Kami akan jelaskan," ucap salah satu Terra dengan wajah takut.

"Pergi," ucapku singkat sambil menarik La Pucelle. Lalu mengeluarkan angin merah yang siap mencabik-cabik semuanya.

Dalam beberapa detik, para laki-laki itu telah kembali ke kapal mereka dan langsung beranjak dari sana. Para Terra masih nampak takut dan hanya diam saja menunduk di hadapanku.

"Olha," ucapku dan mereka langsung mengerti lalu mulai bergegas bersiap-siap pergi. Aku lupa Canaan pernah bilang jika para Terra sudah lama tidak berhubungan dengan lelaki hingga populasi mereka saat ini sangat sedikit. Aku akan memaafkan mereka sebagai bentuk kewajaran dari sifat binatang, tapi aku akan langsung menyuruh mereka membasuh kapal ini dengan air tujuh rupa.

Aku mengarahkan La Pucelle ke arah kapal yang telah menjauh. "Spinning Blade." La Pucelle diselimuti oleh angin yang berputar. Saat kulepas angin itu, tiga tebasan angin tercipta dan melesat ke arah kapal dengan kecepatan suara. Beberapa detik kemudian, kapal tersebut mulai terbelah menjadi tiga bagian.

Tidak akan ada yang selamat, tapi aku tidak peduli. Para Terra sempat menatapku takut, lalu kembali ke tugas mereka masing-masing. Jangan buat aku lebih kesal lagi.

-------

Lustesia's Fourth Story
Chapter 18 Bahamut Of Ice (Second Phase)
906 kata

18-07-2022
31-08-2022 (Revisi)

Dead Queen Nala (END) Where stories live. Discover now