01 Pembunuhan Pertama

201 103 13
                                    

"Aku pulang~" lantun sang penyihir berpakaian sangat sexy yang telah kembali dari perburuan. Sebuah topi khas penyihir menutupi bagian atas rambut hitam cantiknya yang panjang hingga ke pinggang. Nampak di belakangnya sang buruan yang telah dihipnotis agar tidak berontak. Seorang anak muda yang masih segar dan lumayan imut, yang sebentar lagi akan berubah jelek setelah energi kehidupannya dihisap habis oleh sang penyihir.

Aku berdiri di hadapannya, dan sang penyihir nampak senang setelah melihatku memakai pakaian maid yang dia ingin aku pakai sebelum berangkat berburu. Kutekankan jika aku mau memakai ini karena aku masih berhutang budi dengannya, bukan karena dia bilang kalau aku akan terlihat manis menggunakan ini!

"Maaf ya, aku ingin minta tolong lagi. Harusnya aku juga meminta ini sebelum pergi tadi, tapi bisakah kau mempersiapkan air untuk mandi untukku?"

"Baiklah," balasku.

"Terimakasih sayang."

Sejujurnya aku sangat tidak suka disuruh-suruh, terlebih melakukan sesuatu yang seharusnya bisa dilakukan sendiri oleh orang tersebut. Tapi saat ini aku tidak bisa menolak, tidak ketika nyawaku telah diselamatkan.

Seminggu yang lalu, di saat kepalaku terpenggal setelah aku baru saja mendapat kesempatan kedua untuk hidup kembali, para ksatria melakukan pembakaran besar-besaran terhadap saudara-saudara zombieku. Walaupun aku tidak mati setelah terpenggal, membayangkan diriku terbakar sangatlah mengerikan. Tiba-tiba sebuah ledakan besar berwarna hitam terjadi dan yang kemudian tersisa hanya kepala dan tubuhku yang terpisah. Beberapa gagak kemudian datang dan membawa kepala juga tubuhku pergi dari tempat itu.

Namanya Kronii, sang penyihir gagak. Melalui gagaknya, dia bisa melihat apa yang terjadi dari kejauhan. Dia membawaku ke pondok kecil ini, juga membantuku menyambung kembali kepala dan tubuhku. Kronii bilang dia tertarik denganku karena belum pernah melihat zombie yang masih memiliki akal sehat. Aku tidak memberitahunya tentang aku yang berasal dari dunia lain, dan berbohong dengan mengatakan jika aku hanya gadis biasa yang mati dan tiba-tiba bangkit kembali sebagai zombie. Sepertinya dia tahu aku bohong, tapi dia nampak tidak peduli.

Aku meyakini jika Kronii telah berumur ratusan tahun, itu dibuktikan dengan dia yang mengatakan jika alasan menghisap energi kehidupan para anak muda itu demi membuatnya tetap awet muda. Selain itu, aku tidak tahu banyak tentang dirinya. Yang kutahu sejauh ini Kronii bersikap baik dan lembut terhadapku, juga dia nampak bisa dipercaya, dan yang terpenting, kesempatanku bertahan hidup di dunia yang kacau ini lebih terjamin.

Hubunganku dengan Kronii memang unik. Aku mendekati Kronii untuk bertahan, sedangkan Kronii mau memungutku karena dia tertarik denganku. Dia juga bersedia memberitahuku tentang situasi dunia ini.

Aku terlahir kembali di wilayah Schlain, atau yang sekarang bernama New Schlain, semenjak kenaikan pangeran Julius Schlain menjadi raja baru menggantikan ayahnya yang tewas saat bertarung dengan sang raja iblis. Perang yang menewaskan sang ayah membuat sang pangeran sangat membenci kaum non-manusia, yang kemudian tidak lama setelah kenaikannya, dia menyatakan Grand Order, pembasmian non-manusia. Dan rencananya sukses besar.

Monster yang harusnya memberi rasa takut sekarang malah yang menjadi ketakutan. Kronii bilang bahwa jumlah monster sekarang tidak cukup untuk menaklukkan sebuah kota. Banyak monster yang memilih untuk bersembunyi, yang cepat atau lambat akan ketahuan oleh pasukan kerajaan, membuktikan bagaimana agresif-nya sang raja baru. Setidaknya sampai dia menemukan raja iblis yang telah membunuh sang ayah, yang keberadaannya saat ini belum diketahui.

Walaupun memiliki penampilan layaknya manusia, Kronii bukanlah manusia. Tidak lagi semenjak dia memutuskan untuk menggunakan sihir hitam. Pondok kecil di dalam hutan milik Kronii ini cukup aman berkat perlindungan tidak kasat mata yang dipasang oleh sang penyihir. Yang juga dibantu oleh gagak-gagaknya yang berjaga di dalam bayangan, membantunya memata-matai para manusia yang masuk ke hutan.

Kronii masuk ke kamar mandi yang telah kusiapkan. "Hm, terimakasih sayangku. Maaf jika aku merepotkankanmu, tapi bisakah aku meminta bantuanmu lagi? Aku janji ini yang terakhir hari ini."

"Apa?"

"Bisakah kau membawakan buah-buahan kepada pemuda di dalam kamarku?"

"Tidak masalah."

"Terimakasih kembali sayangku. Kau sangat membantuku."

Kutekankan jika aku tidak senang dengan ucapannya itu. Permintaan Kronii selama ini bukanlah hal yang sulit ataupun berbahaya, jadi aku tidak terlalu memikirkannya. Setidaknya ini caraku membalas budi, juga sebagai bayaran karena membiarkanku berlindung di tempat ini.

Aku membuka pintu kamar Kronii. Kosong. Tidak terlihat siapa-siapa. Apakah pemuda itu sedang bersembunyi? Apakah hipnotisnya Kronii telah lenyap?

Beberapa langkah masuk ke dalam, aku merasakan sesuatu menghantam keras kepalaku. Aku tidak merasakan sakit walaupun rasanya isi kepalaku bergetar. Mungkin salah satu keuntunganku sebagai zombie. Di saat bersamaan aku mendengar suara langkah kaki keluar kamar. Orang itu..

Aku berlari mengejarnya. Aku tidak bisa bilang kepada Kronii dan membuatnya menjadi ragu membiarkanku tinggal. Aku harus menangkap sendiri laki-laki merepotkan tersebut!

Keuntungan kedua sebagai zombie, kemampuan fisikku menjadi lebih kuat daripada manusia biasa. Aku bisa mengejarnya. Selain itu-

Aku melihatnya kebingungan di antara pepohonan besar. Bagaimana tidak, tidak ada cahaya di dalam sini. Kau mungkin bisa melihat dengan lampu api, tapi dengan telanjang mata, mustahil. Dan aku tidak memiliki kelemahan tersebut karena keuntungan ketigaku sebagai zombie, aku bisa melihat di dalam kegelapan.

Walaupun aku memiliki keuntungan sebagai zombie, aku juga memiliki kekurangannya. Pertama, aku kehilangan kemampuan berbicara bahasa manusia. Aku memang merasa jika aku bicara seperti biasanya, tapi di telinga orang lain, aku hanya mengeluarkan raungan tidak jelas. Terkecuali seseorang memiliki kemampuan seperti Kronii yang mampu menggunakan sihir bahasa yang membuatnya memahamiku, tidak ada seorangpun yang bisa kuajak bicara karena zombie lain, tidak punya akal sehat.

Aku mendekati anak muda tersebut dan aku bisa melihatnya mendengarku. Aku mencoba berbicara dengannya dengan nada yang halus. Karena walaupun dia tidak memahamiku, setidaknya dia tahu kalau aku tidak mengancam. Semoga.

Tapi sepertinya itu berhasil. Karena dia nampak lebih tenang hingga aku berada kurang dari satu meter dengannya. Dia berbalik dan-

Sebuah pisau menembusku. Secara fisik aku memang tidak merasakan apa-apa, tapi tetap saja-

Aku memukulnya sangat keras hingga dia langsung tersungkur ke tanah.

Aku tenang saja di memukul kepalaku. Aku masih tenang dia mencoba kabur. Tapi serius? Menusukku? Jika aku bukan zombie, aku bisa mati. Kesabaran seseorang juga ada batasnya.

Aku memukulnya. Lagi. Lagi. Dan lagi hingga rasa kesalku hilang. Saat aku berhenti, mukanya telah hancur, dan isi kepalanya berceceran. Aku telah membunuh seseorang.

Tidak bohong jika aku pernah berpikir untuk membunuh seseorang, tapi aku tidak pernah berniat untuk benar-benar melakukannya. Karena terlepas dari hukum yang berlaku, membunuh hanya akan membawa kesialan.

Aku hendak mual dan secara refleks menutup mulutku dengan tanganku yang penuh darah dan daging. Lalu aku merasakannya. Sebuah rasa.

Kekurangan lain sebagai zombie adalah lidahku tidak lagi merasakan apa-apa. Aku masih bisa merasakan kesegaran dari buah-buahan, tapi selain itu, semuanya hambar. Tapi kali ini, untuk pertama kalinya aku merasakan sebuah rasa. Bukan rasa yang pernah kuingat. Sebuah rasa baru. Sulit menjelaskannya selain dengan satu kata, lezat.

Aku mulai melakukan hal yang bukan manusiawi kepada jasad dari buruannya Kronii. Aku sadar jika harusnya aku tidak melakukan ini. Harusnya aku kembali ke pondok dan memberi tahu Kronii. Tapi aku tidak bisa melakukannya. Pikiranku tahu aku salah, tapi nafsu dan mulutku tidak mau berhenti. Perlahan aku benar-benar kehilangan kemanusiaanku.

-------

Lustesia's Fourth Story
Chapter 01 Pembunuhan Pertama
1161 kata

31-08-2022 (Revisi)

Dead Queen Nala (END) Where stories live. Discover now