[16] Unexpected Love; Kantin

22 3 0
                                    

"Lo semua gue traktir!"

Suara itu menggelegar di kantin kala Radja beserta gengnya memasuki area kantin dengan jalan yang penuh percaya diri. Pasalnya lelaki itu baru saja mendapatkan hasil ujian matematika wajib kemarin dengan hasil di atas rata-rata. Bahkan membuat banyak orang tercengang, termasuk Sheila.

Benar sekali. Tidak lama dari hari ulangan harian dilaksanakan, pagi tadi hasilnya sudah keluar dan dibagikan langsung oleh Jerdy dari guru bersangkutan. Ajaib sekali saat nama Radja tertera pada lembar kertas yang mana memiliki nilai sembilan puluh empat. Jerdy dengan sedikit ragu membagikan lembar tersebut. Sedangkan yang dibagikan senang bukan main setelah lembar kertas sampai di tangannya.

"Seriusan, bang?"

Radja menaikkan alisnya angkuh, "yoi. Pesan apa aja yang bikin lo kenyang, gue yang bayarin."

Sontak seluruh kantin penuh dengan suara kegirangan mereka. Bersamaan dengan mereka yang tadinya hanya nongkrong saja langsung berlari ke penjual untuk ikut membeli makanan--beruntung ditraktir.

"Selamat, ya, bang." Ucap salah satu siswa yang satu tongkrongan dengan Radja. "Kata Oskar nilai lo sembilan." Anak itu menyalami Radja dengan formal.

Radja mengangguk. Aura angkuhnya itu masih jelas terasa, membuat Sheila yang tengah berjalan dari arah koridor bergidik ngeri. Sheila baru saja memasuki kantin yang ternyata lebih padat dari hari biasanya. Gadis itu tidak tahu sedang ada kegiatan traktiran yang dilakukan Radja.

"Ih, ramai banget, jadi males." Ujar Agita.

"Tapi gue belum nyarap, Git." Sahut Keenar dengan nada sedihnya.

Sheila mengamati sekeliling dalam kantin. Benar sekali, lebih ramai dari biasanya. Bahkan sosok Radja yang terlihat sedang duduk di kelilingi siswa lain pun membuat Sheila risih sekali.

"Hahahah, utuh uang jajan gue. Bisa, deh, gue top up." Ujar salah satu siswa yang baru saja keluar kantin sambil membawa satu plastik siomay di tangannya.

"Bang Radja dapat nilai sembilan puluh aja udah traktir. Bayangin kalo Bang Radja masuk siswa paralel, satu sekolah diajak jalan-jalan gak, sih." Gosip siswi lain bersama temannya.

Agita dan Keenar saling tatap. Sedangkan Sheila benar-benar tidak habis pikir dengan lelaki itu. Gadis itu membayangkan kejadian di kelas tadi saat Radja menerima hasil ulangannya dan dengan kerasnya berteriak, "SHEILA LIHAT! LIHAAT!!" Benar-benar membuat Sheila malu.

"Kenapa, sih?"

Agita mendekatkan bibirnya ke telinga milik Keenar. Berbisik pelan agar Sheila tidak mendengar, Agita tahu bahwa Sheila masih malu karena kejadian saat Radja menghampiri Sheila kegirangan dan mengguncang tubuh Sheila. Hal itu tentu saja membuat Sheila marah, benar, Agita yang dimarahi dan diabaikan.

"Ooh... Gitu...." Ucap Keenar lirih setelah mengetahui faktanya. Pantas saja dari tadi Sheila diam saja sepanjang perjalanan ke kantin.

Sheila terkesiap saat matanya menatap manik mata cokelat milik Radja. Mata itu tersenyum kepadanya dan mengisyaratkan suatu makna. Sungguh membuat Sheila merinding. "Balik aja, yuk." Ajak Sheila.

"Bang Radja traktir, tuh, sana makan, Keen." Ujar seseorang siswi anak IPS yang kenal dengan Keenar.

"Serius?"

Siswi itu mengangguk pasti. "Lihat, nih, gue borong." Jawabnya sambil menunjukkan plastik siomay, pempek, dan sebotol minuman teh.

Keenar berbinar-binar melihatnya. Ia menatap Agita dengan tatapan mengajak, kesempatan seperti ini tidak datang dua kali, bukan. Sedetik kemudian mereka berlari memasuki kerumunan kantin, meninggalkan Sheila yang membeku di tempat.

Unexpected Love | Lee JooyeonOn viuen les histories. Descobreix ara