[12] Unexpected Love; Pecel Ayam

24 5 1
                                    

Dengan suasana yang tenang, aroma malam di atas wajan, dan bangunan asri yang berdindingkan cokelat tua. Suasana yang sangat menenangkan, membuat aktivitas membatik menjadi lebih terasa indahnya. Dengan tangannya yang sedikit bergetar Sheila menutupi pola-pola dengan malam di canting. Berusaha keras membuat agar malam itu tidak keluar dari pola garis dan merusak karyanya.

Sedangkan di sebelahnya dengan perasaan tidak keruan dan tidak sabar, Radja membuat garis dengan satu kali goresan. Tidak memusingkan bagaimana jika malamnya tumpah ke atas kain. Di pikiran Radja hanya ingin selesai dengan cepat. Dia yang hanya ingin ikut serta dalam kegiatan Sheila, namun ternyata ia tidak kuat. Kesabarannya sudah habis bahkan pada goresan pertamanya saat malam di cantingnya keluar dari pola garis.

"Udah." Ujar Radja. Kemudian memberikan hasilnya kepada ibu pengrajin. Sheila yang di sampingnya hanya terpukau, mungkin karena Radja selesai dengan cepat. Tapi tak tahu saja hasilnya berantakan.

"Cepet banget, Bang." Ucap Fahira.

"Iya lah, ngapain lama-lama. Udah pro gue." Bohong sekali anak ini.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Radja melepas celemek dan menunggu ketiga perempuan ini selesai juga. Andi tidak ikut membatik, lelaki itu sibuk merekam kegiatan mereka. Radja yang bosan pun mengeluarkan ponselnya dan memotret secara diam-diam objek di samping. Melihat Sheila serius seperti ini membuat Radja ingin mengabadikannya.

"Aw!" Pekik Sheila.

Semua mata langsung tertuju pada jari Sheila yang sudah terkena tumpahan lelehan malam panas itu. Hanya bintik-bintik kecil, namun sangat sakit mengingat rasa panasnya.

"Sheila, lo gak apa-apa?" Tanya Radja khawatir.

Sheila merintih. "Sakit."

"Ibu bantu obati, ya, ayo taruh dulu batiknya." Ucap ibu pengrajin di sana. Kemudian membawa Sheila pergi.

"Maaf, ya, Bu, saya kurang hati-hati." Ucap Sheila yang masih bisa Radja dengar dari kejauhan. Radja khawatir sekali. Padahal gadis itu sudah sangat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan batiknya.

"Gue rasa rekaman kita udah cukup."

"Yaudah, habis Sheila balik udahan aja. Kasian juga tangan Sheila kena malam." Pungkas Fahira.

Radja masih terdiam sambil menatap hasil karya Sheila yang sedikit lagi selesai.

Setelah Sheila kembali dan menunggu hasil akhir dari karya mereka, akhirnya semuanya bergegas pulang dan menyudahi kegiatan kelompok hari ini. Tugas kelompok masih menunggu mereka di hari-hari berikutnya.

"Haduh, baterai gue habis lagi." Keluh Sheila dengan suara yang sangat pelan.

"Shel, kita duluan, ya." Pamit yang lain.

"Gue bareng kalian, dong." Sahut Sheila, gadis itu tidak bisa pulang jika baterainya habis.

"Shel, kita mau nonkrong dulu. Lo kan gak suka, nanti malah jadi nyamuk, loh." Tolak Veiya dengan halus.

"Iya, Shel, kita mau jalan dulu." Tambah Andi.

"Bareng gue aja, Shel." Tiba-tiba dengan motor hitam miliknya, Radja datang. Memberikan tumpangan pada Sheila dengan menolehkan kepalanya ke jok belakang.

Fahira, Veiya, dan Andi yang melihat sontak terkejut. Radja yang dikenal dengan kesangarannya memberikan tumpangan kepada junior--dari segi umur.

"Ayo, Shel." Ajak Radja lagi.

"Iya, tuh, sama Bang Radja aja. Kalo sama kita-kita lama nanti." Sahut Andi.

Jujur, Sheila mau saja, tapi dengan Radja? Walaupun Radja berperilaku baik kepadanya beberapa hari ini, tapi tidak menutup kemungkinan rumor buruknya lepas dari dirinya. Hal itu lah membuat Sheila menjadi ngeri dan enggan berurusan dengan Radja.

Unexpected Love | Lee JooyeonWhere stories live. Discover now