[7] Unexpected Love; Kejadian Lalu

40 8 0
                                    

Bip... Bip.. Bip.

Alarm dimatikan dengan waktu tertera 30 menit. Sheila meregangkan tubuhnya yang telah duduk di depan meja belajar selama 1 jam yang lalu. Kemudian gadis itu merasa bangga karena dapat menyelesaikan soal-soal yang telah diberikan oleh guru lesnya. Coretan yang penuh angka itu menjadi saksi jerih payahnya dalam memecahkan soal.

Ting.

Sheila mengintip ponselnya. Beberapa pesan dari grupnya dengan Agita dan Keenar tertera di notifikasi paling atas. Sebenarnya dari tadi ponselnya berbunyi, namun tidak dihiraukan karena dirinya sedang sibuk.

Agita: liat grup angkatan? Arthur masuk grup kita
Agita: dia marah-marah. Gila dia yang salah, satu sekolah kena imbas

Keenar: gue dapet info radja yang kena poin

Agita: serius lo?

Keenar: iyaa. Anak kelas 1 yang dipalak gak mau ngaku. Padahal udah dicecer sama radja supaya mau jujur. Tapi saking takutnya sama arthur tuh anak gak ngaku-ngaku

Agita: gila. Arthur tuh emang biang banget anjir

Keenar: kelasan gue yang satu tongkrongan sama radja pada mau balas dendam. Gatau kapan

Sheila berhenti men-scroll percakapan itu. Dia berpikir sejenak mengenai informasi yang didapatnya ini. Jika memang informasi itu benar, maka bukan Radja yang salah. Dia hanya memberi pelajaran kepada siswa yang dengan seenaknya memalak adik kelas.

Agita: lo pada inget kejadian pas kita mpls? Radja juga kayak gini

Keenar: iya njir, bener. Tapi guru gak ada yang percaya sama radja

Ah, ingatannya kembali memutar ke dua tahun lalu saat dia pertama kali datang ke sekolah. Hari itu saat kegiatan MPLS masih berlangsung salah satu senior yang menjadi bagian anggota OSIS memberikan aturan-aturan tidak masuk akal. Bahkan dia juga meminta para siswa untuk melakukan hal bodoh dan memalukan. Hal itu jelas membuat salah satu siswi menangis. Sheila ingat sekali kejadian itu.

Entah bagaimana bisa OSIS merekrut orang seperti itu? Namun keesokan harinya saat jam pengarahan yang dilakukan oleh anggota OSIS lain, kelasnya mendapat informasi bahwa Radja baku hantam dengan senior itu di kelas sebelah. Suara ribut-ribut menggangu kegiatan di kelas, sehingga membuat OSIS pembina di kelas Sheila harus mengecek keadaan.

Kemudian setelah kejadian itu dikabarkan bahwa Radja--yang dulu adalah anggota OSIS--terpaksa dikeluarkan dari OSIS dan mendapatkan skors selama seminggu. Walau beredar ke seluruh kelas kejadian yang sebenarnya, namun tidak ada satu pun guru yang percaya.

Agita: saking seringnya buat salah. Para guru jadi malas percaya sama radja
Agita: shel?
Agita: @/you

Keenar: masih belajar? @/you

Agita: lo pasti bingung juga ya, sama radja. Harus diapain itu anak biar bener dikit

Keenar: wkwkwk

Baru selesai, nih
Ngapain gue mikirin tuh anak. Peduli amat

Agita: maunya gak peduli, tapi gimana pun harus tetep diawasin supaya nilai lo aman dan dapat beasiswa PTN

Tanpa radja gue bisa masuk PTN, kok

Keenar: siap bu, percaya kok, percaya

Mulai, deh

Agita: hahahah
Agita: shel, inget kejadian pas mpls? Lo pro atau kontra ke radja?

Kalau kejadiannya bener kayak yang dibilang, gue pro radja

Agita: kejadiannya emang bener bukan radja yang salah, shel
Agita: anak IPA 3 bilang sendiri kalo radja gak setuju sama binaannya tuh senior gila. Radja emosi karena dia dibantah, terus habis cek-cok adu jotos deh mereka

Keenar: iya, shel. Tuh baca, admin lambe turah ngejawab

Agita: keenarr!!

Dua-duanya sama aja.
Kalo waras pasti ngalah

Agita: wes, angel ki angel (dahlah, susah ini susah)

Sheila mematikan ponselnya kala pintu kamarnya terketuk dari luar. Segera ia berlari dan membukanya, menampakkan wajah wanita paruh baya yang Sheila kenali sebagai asisten rumah tangganya, Bi Euis.

"Susu hangatnya buat Neng Sheila." Ujar Bi Euis sambil menyerahkan nampan dengan segelas susu hangat di atasnya.

"Makasih, Bi."

"Bibi gak ganggu, kan?"

Sheila menggeleng. "Nggak. Baru aja aku selesai."

"Sip, deh. Bibi balik ke dapur lagi, ya, Neng."

"Iya, Bi." Segera Sheila menutup kembali pintu kamarnya. Menikmati susu hangat yang dibuat secara rutin pada malam hari. Sheila kembali lagi menatap ponselnya yang berisi percakapan acak antara dirinya dan kedua sahabatnya.

Sheila membacanya, namun pikirannya berkelana jauh ke alam yang dia sendiri tidak menyangka akan memikirkannya. Radja.

Tadi siang sejak berita baku hantamnya dengan Arthur, Radja tidak masuk kelas. Lelaki itu membolos lagi sampai jam pulang sekolah tiba. Bahkan saat menunggu ojek online di depan gerbang, Sheila tidak melihat Radja di warung Mang Waluh--yang berjarak 20 meter di seberang sekolahnya.

Jika Sheila pikirkan kembali, perkataan Agita ada benarnya. Bahwa untuk mendapatkan nilai tambahan seperti yang Bu Anya janjikan, maka ia harus membantu Radja lulus. Hal itu harus meliputi absen yang lengkap, tugas yang lengkap, dan mengikuti ujian kelulusan. Kalau sampai poin pelanggaran yang dimiliki Radja sudah sampai seratus, maka hilang juga nilai tambahan Sheila.

—[...]

Unexpected Love | Lee JooyeonWhere stories live. Discover now