[2] Unexpected Love; Upacara Pagi

89 14 3
                                    

Sudah menjadi tradisi bagi SMA Bina Bangsa di setiap tahunnya memberikan penghargaan kepada tiga muridnya yang berhasil meraih peringkat tertinggi pada setiap angkatan serta jurusannya. Hal ini biasa diadakan pada jam selesai upacara yang mana akan ada sesi aturan ketertiban sekolah. Anak-anak yang menjadi ranking paralel itulah yang sering dijadikan acuan atau contoh untuk murid lainnya berperilaku. Seperti pagi ini, tepat matahari terik di sebelah timur, Sheila dengan keringat yang mulai mengalir dari balik topinya berdiri di depan lapangan yang disaksikan oleh ratusan murid.

Gadis itu baru saja mendapatkan perhargaan karena namanya tercantum pada ranking paralel urutan kedua pada jurusan IPA untuk kelas 12. Dia sebenarnya senang, tapi untuk berdiri di depan inilah yang membuatnya benar-benar jengkel.

"Jadi inilah contoh aturan ketertiban yang berlaku di sekolah kita." Seru kepala sekolah yang berdiri tepat di sebelah siswa teladan, menghadap kepada muridnya yang lain. "Tidak seperti yang sebelah sana," pria paruh baya itu menunjuk deretan siswa terlambat dan juga tidak lengkap beratribut. "Tidak bawa topi, tidak pakai dasi, baju dalam hitam, celana pensil."

Sederatan kata itu berhasil membuat murid lain menoleh ke arah yang ditunjuk-tepat di sisi kanan mereka. Semuanya tampak menunjukan berbagai ekspresi, mulai yang datar saja sampai yang cengar-cengir karena melihat teman mereka masuk dalam barisan tersebut.

"Apalagi itu," yak. Seruan yang amat semangat itu berhasil kembali membuat siswa dan guru menoleh. Kepala sekolah menunjuk lelaki dengan baju yang hanya bagian depan yang dimasukkan, dasi yang asal terikat, tidak memakai topi, dan yang menarik ialah ujung rambutnya yang diwarnai merah. Walau hanya ujung rambut saja namun itu telah melanggar aturan yang dibuat. "Rambut sudah gondrong diwarnai merah begitu. Udah kayak jambul ayam tau gak. Atau memang style nya terinspirasi dari ayam jago?" Itu sebenarnya gurauan. Tapi tetap saja terdengar memalukan. "Iya, Radja?"

Yang dipanggil itu tetap diam dengan dagu yang mendongak ke atas seperti menantang. Tatapan matanya tajam dan bibirnya datar nan tegas.

"Sudah tidak lulus, masih tidak tahu malu." Ujaran yang sebenarnya kecil, namun karena mikrofon yang dipegangnya tak lepas dari depan wajahnya, maka semuanya mendengar apa yang diujarkan si kepsek itu.

Sheila yang awalnya hanya ingin menunduk sembari menghalau matahari yang terus menerpa wajahnya, akhirnya mengangkat kepalanya. Menoleh ke arah lelaki berjambul itu yang memang terlihat mencolok sendiri.

Bagi Sheila yang memiliki sikap perfeksionis, satu kalimat yang muncul di kepalanya adalah, manusia gak tahu malu.

Gadis itu tahu siapa Radja. Menurut informasi yang beredar dan yang didapati dari guru, Radja adalah penguasa sekolah. Maksudnya semua junior ataupun alumni dulu tidak ada yang berani dengannya. Bahkan beberapa guru juga sudah malas berurusan dengan Radja, sehingga mengabaikan apa yang akan dilakukan lelaki itu. Yang membuat heran adalah Radja yang seperti itu, bagaimana bisa terdaftar di jurusan yang sama dengannya? Lebih sialnya lagi, Radja satu kelas dengan Sheila. Sheila tak masalah, hanya saja dia berharap interaksi mereka tidak akan banyak.

Singkatnya upacara selesai, semua murid bubar menuju kelas masing-masing untuk memulai jam pertama. Sheila bersama dengan Agita pergi ke kantin dulu untuk membeli air minum.

"Shel, Kak Radja makin ganteng gak, sih, setelah liburan?" Sembur Agit setelah mengambil air untuknya dan Sheila. "Sekelas sama dia kayaknya bakal seru, deh."

Sheila menggeleng pelan. Gadis itu mengeluarkan uang dari saku seragamnya dan memberinya kepada ibu kantin. "Gak yakin. Gue cuma berharap dia gak banyak interaksi sama gue." Sheila menyapu pandang ke kantin yang memang ada beberapa siswa ikut jajan. "Gue cuma mau kelas 12 gue aman, gue bisa dapat beasiswa ke UI."

"Amin, deh, amin."

Mereka mulai kembali ke kelas, takut-takut kelas pertamanya sudah dimasuki guru pengajar. Setibanya di kelas yang masih ramai, Sheila tidak mendapati keberadaan Radja sampai kelas dimulai dan jam berganti. Sehingga memasuki jam pelajaran ketiga, pelajaran juga sudah berganti namun Radja masih belum absen.

Masih hari pertama sekolah sudah bolos.

—[...]

Unexpected Love | Lee JooyeonWhere stories live. Discover now