[10] Unexpected Love; About Radja

36 5 0
                                    

Di ruangan serba putih dengan udara malam yang dingin, mendekap tubuh sang pemuda. Harum obat-obatan menyerbak mengisi keheningan di dalam ruangan. Pemuda dengan postur tubuh tinggi dengan ponsel yang baru saja ia matikan, berdiri tepat di depan pintu kamar mandi menunggu seseorang keluar.

Ceklek.

Pintu terbuka pelan, menampilkan sosok wanita paruh baya mengenakan pakaian pasien. Wanita itu tersenyum kala putranya langsung menoleh dan menuntunnya berjalan ke arah kasur.

"Gimana, sudah selesai chatannya?" Tanya si wanita dengan nada yang lirih.

Pemuda itu mengangguk sambil tersenyum.

Wanita paruh baya itu mulai duduk di atas kasur dengan bantal yang menjadi senderan punggungnya. "Jangan menyusahkan teman kamu, Radja. Menerima kepercayaan untuk menjadi tutor orang lain itu tanggung jawab yang besar. Apalagi yang ditutor kamu."

Radja tertawa pelan. Rambutnya yang terkuncir membuat auranya semakin menguar. "Iya, Ma. Radja gak mau buat dia susah."

Lelaki itu telah menceritakan apa yang terjadi di sekolahnya beberapa hari lalu. Lebih tepatnya bagian saat Radja mendapatkan tutor sebaya di kelasnya. Mamanya senang mendengar cerita Radja setelah sekian lama tak sadarkan diri dari koma. Begitupun dengan Radja, rasa senangnya tidak dapat digambarkan dengan apa pun.

"Kamu bilang dia juara kelas, ya?" Tanya Shiren, mamanya.

Radja mengangguk mantap. "Iya. Awalnya Radja gak mau ditutor dia, Ma. Ceweknya rada jutek, galak juga. Tapi ada untungnya buat dia, Ma."

"Apa itu?"

Radja sangat senang saat mamanya bertanya tentang sekolahnya. Lelaki itu merasa kembali ke saat-saat dulu, saat mamanya masih sehat dan dia memiliki keluarga yang lengkap.

"Dia bakal dapat tambahan nilai dan beasiswa ke PTN kalau berhasil bantu aku lulus." Jelas Radja. "Kayak yang mama bilang, menguntungkan orang lain lebih baik daripada merugikan."

Shiren mengelus puncak kepala putranya dengan penuh kasih. Ditatap lekat wajah tampan itu. "Mama berterimakasih sekali sama dia." Putranya sudah tumbuh besar tanpa dia sadari. Terlalu lama tertidur membuat dirinya tidak bisa melihat perkembangan sang putra.

"Radja kangen, deh, kayak gini sama mama."

Shiren tersenyum lebar, "mama juga."

Tidak ada di dunia yang lebih bahagia dari ini. Mamanya adalah sumber kebahagiaan bagi Radja dan putranya adalah sumber kekuatan bagi Shiren.

Tangan Radja mengulur untuk menggenggam tangan mamanya erat. Tatapan mata bahagia terpancar di kedua bola mata keduanya. Radja rasa dia tak membutuhkan apa pun di dunia selain mamanya. Mama tersayangnya.

"Maaf, ya, Ma, kalau Radja suka nakal, gak lulus lagi."

Shiren menggeleng. "Anak mama gak nakal. Radja anak baik, kok. Tidak lulus bukan berarti seseorang itu buruk. Nilai kehidupan lebih penting daripada nilai-nilai rapor yang hanya ditulis dengan mesin."

Lihat, Radja sangat senang dengan setiap kalimat yang keluar dari mulut wanita tercintanya itu. Kalau dibilang darimana Radja menjadi sangat jago berbicara, tentu mamanya lah jawabannya. Tidak ada di dunia ini yang sehebat mamanya.

Hari semakin larut, udara semakin menembus ke dalam kulit beberapa kali membuat Radja bergidik ngeri. Lelaki itu pulang ke rumah setelah dari rumah sakit menjenguk mamanya. Mama yang selalu ia tunggu kehadirannya, mama yang selalu dia rindukan, mama yang selalu menjadi alasannya untuk melanjutkan hidup.

Terparkir sedan abu-abu di halaman yang tidak asing baginya. Perasaannya bertambah tidak keruan kala melihat satpam rumahnya menunjukkan guratan wajah penuh kekhawatiran. Baru saja pintu besar di hadapannya ia buka, matanya menangkap perawakan lelaki gagah nan tinggi. Dengan berani Radja mendongakkan kepala, untuk memastikan penglihatannya.

Unexpected Love | Lee JooyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang