Chapter 22

15 7 2
                                    

[ PERHATIAN! ]

Cerita ini bersifat fiktif. Mohon bersikap bijak sebagai pembaca! Dan apabila menemukan kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow akun Author agar Author semakin semangat dalam berkarya! Thank you! ♡

• • •

“Cih! Apa benar kau yang mengikat ayahku dengan rantai di dalam gua kemarin?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cih! Apa benar kau yang mengikat ayahku dengan rantai di dalam gua kemarin?”

Myesha menatap benci sekaligus remeh ke arah Aurush. Ia tampak kesal setelah mengetahui bahwa pria yang ia kira baik, ternyata menyimpan sejuta rahasia buruk di setiap harinya. Rahasia yang terbilang tak kecil, tetapi besar, sangat besar! Bahkan sangat berbahaya untuk nyawa banyak orang, terkhususnya orang tua gadis itu.

“Aku masih tidak menyangka ternyata kau seburuk itu.” Hari ini Myesha sangat berani menghadapi pria misterius itu. Sementara Aurush tetap bergeming dengan wajah datarnya.

“Berapa banyak hal lagi yang kau sembunyikan dariku?” Myesha mengangkat satu alisnya. “Ah, iya. Wajahmu! Sampai sekarang kau tidak bersedia membuka topeng penipumu itu!” sindirnya dengan senyuman miring.

Aurush pun tetap bungkam.

“Ternyata kau sepecundang itu, ya?” Myesha melipat kedua tangannya di depan dada seraya memasang ekspresi malas melihat Aurush. “Bisa-bisanya aku tertipu denganmu,” lanjutnya, lalu mendelik sekilas.

“Karena pada dasarnya kau itu memang bodoh,” celetuk Aurush tiba-tiba, Myesha pun sontak tak terima.

“K-kau!” Myesha mengepalkan kedua tangannya, hendak meninju pria itu, tetapi ia tahan. “ARGH!” Ia jadi gemas sendiri menghadapi pria itu.

Sedangkan Aurush malah menyunggingkan senyumnya. “Lain kali, jangan mudah percaya dengan orang asing, Cupu!” cibirnya, “dengan itu, kau tidak akan pernah masuk ke dalam lubang bencana.” Ia mengetuk dahi Myesha mengenakan jari telunjuknya.

Myesha pun mengerang, kembali menunjukkan mimik kesalnya. “K-kau!” Ia lagi-lagi ingin menonjok pria itu, tetapi ia terus menahannya. Ia tidak ingin menambah masalah dengan pria itu sebelum ia bisa bertemu dengan ayahnya. “Awas saja kau, ya!” ancamnya, Aurush pun hanya tersenyum miring.

“Lagi pula ... memangnya kenapa kalau aku yang merantai ayahmu? Apa kau akan membunuhku?”

Myesha sontak melotot sembari menoleh ke arahnya. Jadi benar, ya? batinnya refleks kembali mengepalkan tangan kanannya, tetapi kali ini ia benar-benar melayangkan ke arah wajah Aurush.

Akan tetapi, Aurush dengan cepat menghindar, bahkan meraih tangan gadis itu dan mencengkeramnya dengan kuat. “Jangan berani melawanku, Cantik! Nanti kau akan menyesal,” tukasnya, Myesha pun hanya mendengkus dengan dahi mengernyit dan menatap tajam, “selamat tinggal!” Pria itu lantas menghilang dari pandangan Myesha, seperti biasanya.

Deja VuWhere stories live. Discover now