Chapter 18

16 6 0
                                    

[ PERHATIAN! ]

Cerita ini bersifat fiktif. Mohon bersikap bijak sebagai pembaca! Dan apabila menemukan kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow akun Author agar Author semakin semangat dalam berkarya! Thank you!

• • •

“Apa yang harus kupilih? Kata hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Apa yang harus kupilih? Kata hati ... atau pikiran?” --Myesha.

• • •

By the way ... Kita sekarang ada di mana?”

Myesha menatap Dulcis yang saat ini tengah berkacak pinggang sembari menatap langit-langit tempat itu. Dulcis pun menoleh sembari memasang tampang bertanya sekaligus berpikir.

“Hm, sepertinya ....” Dulcis mengedarkan pandangannya ke penjuru arah tempat itu sebelum melanjutkan ucapannya. “Sepertinya kita ada di dalam gua yang letaknya berada di paling barat alam ini,” ujarnya sedikit ragu.

“Benarkah?”

Dulcis tak langsung menjawab, melainkan memasang mimik tersenyum lebar dengan mata terbuka. Ia kembali mengitari pandangannya ke segala arah.

“Biar kuperiksa terlebih dahulu.”

Pria itu lalu menghilang, dan meninggalkan Myesha. Sementara yang ditinggalkan tampak melotot, dan hampir meneriaki nama pria itu untuk mencegahnya. Namun, sebelum ia melakukan hal tersebut, pria itu malah lebih dulu menghilang.

“Kenapa aku malah ditinggal sendirian?” gerutu Myesha sebal bercampur panik. Ia menatap ke arah sekitar yang hanya dipenuhi oleh berbatuan khas gua pada umumnya.

“Nona.”

Myesha terlonjak kaget, pria itu kembali datang dengan cara yang sama; sama-sama mengejutkan seperti biasanya.

“Sudah kubilang berapa kali untuk tidak muncul seperti itu! Kau selalu mengagetkanku! Bagaimana kalau nanti jantungku copot?!”

Dulcis tertawa tertekan, lalu menggigit bibir bawahnya. “Maaf,” serunya yang diakhiri senyuman kuda.

Sontak membuat Myesha kian berdecak. “Jadi bagaimana?” tanyanya sedikit menghela napas sembari mengelus dada.

“Ya, benar, Nona. Ini gua di ujung paling barat alam ini,” jawab Dulcis.

Lalu tiba-tiba--bersamaan dengan itu, suara teriakan terdengar, membuat Myesha dan Dulcis sontak menoleh ke asal suara secara bersamaan. Suara itu berasal dari dalam gua, membuat bulu kuduk Myesha seketika berdiri. Tak hanya itu, Dulcis dan gadis itu pun sontak melebarkan mata, dan saling bergidik ngeri mendengarnya.

Deja VuWhere stories live. Discover now