Chapter 19

14 7 2
                                    

[ PERHATIAN! ]

Cerita ini bersifat fiktif. Mohon bersikap bijak sebagai pembaca! Dan apabila menemukan kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow akun Author agar Author semakin semangat dalam berkarya! Thank you!

• • •

“B-benarkah?! Apa semua ini benar?!” --Myesha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

B-benarkah?! Apa semua ini benar?!” --Myesha.

• • •

Myesha dan Dulcis terus menyusuri gua sampai sejauh dua ratus meter. Langkah mereka sempat berhenti ketika merasa sudah dekat dengan asal teriakan, lalu kembali melanjutkan perjalanan sampai salah satu dari mereka mengeluarkan suara.

“Sepertinya suara teriakan itu berasal dari sana!” tukas Dulcis sembari menudingkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah selatan. Myesha pun menurut, dan bergegas mempercepat langkah.

Di sana, mereka terus-menerus mendengar teriakan yang sama. Tidak dipungkiri jika masih ada sedikit rasa ngeri dan takut di benak Myesha. Selama menyusuri lorong gua, gadis itu terus saja mengepalkan kedua tangannya di depan dada, bahkan sesekali memegangi lengan Dulcis dan bersembunyi di belakang pria itu.

“Apa masih jauh?” tanya Myesha dengan raut wajah lemas.

“Aku juga tidak tahu, Nona. Kita lihat saja nanti,” jawab Dulcis, Myesha pun hanya mengangguk.

Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di titik paling dalam gua tersebut, dan melihat seseorang di sana--seorang pria dengan kedua tangan dan kakinya yang diikat oleh rantai besi dengan wajah tertunduk.

Melihat itu, Myesha kembali bersembunyi di balik tubuh Dulcis, sedangkan pria itu hanya bisa tersenyum tertekan, serta menggaruk kepalanya yang tak gatal demi berusaha menahan rasa takutnya.

“S-sekarang bagaimana?” bisik Myesha, Dulcis pun sama bingungnya dengan gadis itu.

“S-sepertinya keputusanmu sebelumnya lebih benar, Nona,” ujar Dulcis dengan nada yang ia buat sepelan mungkin. Namun, nada suaranya itu tetap terdengar di telinga orang itu, membuat ia menengadahkan kepalanya.

“A-ayah!”

Mata Myesha sontak membulat saat ia melihat jelas wajah orang itu. Ia terpaku seketika, lalu memberanikan diri untuk melangkah mendekati sosok itu dengan langkah yang terbata-bata. Ia tak percaya, ternyata sosok yang dirinya lihat di hadapannya adalah ayahnya! Salah satu alasan dirinya bisa terlahir di dunia.

“A-ayah ....”

Mata Myesha mulai berkaca-kaca, ia terus berjalan mendekati sosok yang ia panggil ayah itu dengan langkah ragu bercampur tak percaya. Namun, saat ia hampir sampai di depan sosok yang ia rindukan, tiba-tiba bayangan hitam yang sama kembali muncul, dan langsung membopong tubuhnya. Sosok dari bayangan itu lantas membawa Myesha pergi menjauh dari gua. Tak lupa, ia juga membuat Myesha tertidur, agar gadis itu tak melawan.

Sementara Dulcis yang melihat hal itu sontak terkejut, dan refleks menggerakkan daksanya. Namun, ia tak mampu mencegah bayangan itu. Bayangan itu bergerak terlalu cepat, sampai ia tak sadar jika kehadirannya membawa mala petaka.

Dahi Dulcis pun mengerut, menatap langit-langit gua dengan perasaan kesal. Lalu di detik berikutnya, ia pun menghilang, mengejar nonanya yang diculik, dan tak lagi memedulikan sekitar.

• • •

“Kenapa kau membawaku ke sini lagi, hah?!”

Pria itu bergeming dengan tatapan yang terus menatap keadaan kota dari jendela kamar Myesha. Ia sudah berdiri di sana kurang lebih 2 jam. Belum ada sahutan, belum ada pergerakan. Namun, bukan berarti dirinya bisa lengah. Ia tidak akan membiarkan Myesha melarikan diri, seakan memiliki banyak mata dan insting yang kuat untuk melihat segala gerak-gerik gadis itu.

Sementara Myesha tak berhenti berbicara. “Aku ingin pergi dari sini! Tolong jangan halangi aku lagi!”

Myesha semakin memberontak, tetapi tali yang mengikat dirinya itu sulit untuk dilepaskan. Semakin banyak gerakan yang ia buat, maka tali itu akan semakin mengekang tubuhnya.

“Aurush! Lepaskan tali ini! Biarkan aku pergi!” pinta Myesha, lagi-lagi tak digubris oleh pria itu. Aurush terlalu hanyut dalam kebisuannya.

“ARGHHH!” teriak Myesha kesal. “Tolong lepaskan tali ini ...!” pintanya lagi seraya terus menatap punggung Aurush.

Aurush pun menoleh sebesar sembilan puluh derajat, lalu berkata, “Berjanjilah kau tidak akan pergi lagi dari sini.”

Myesha mengernyit. Permintaan macam apa itu? batinnya.

“Jika kau mau berjanji, maka aku akan melepaskan tali itu dan membiarkanmu bebas beraktivitas di alam ini,” lanjut Aurush, Myesha pun menatap nanar pria itu.

“Penawaran macam apa itu?!”

Myesha meninggikan suaranya, ia tak mungkin sanggup menerima tawaran tersebut. Mana mungkin ia bisa bertahan di rumah sebesar ini bersama pria jahat seperti Aurush. Ia bahkan sudah tak berani menatap mata pria itu, apalagi terus tinggal di alam ini dan menurut padanya. Itu mungkin akan menjadi hal paling gila yang pernah ia lakukan.

“Jadi, apa kau setuju?” Aurush berbalik badan, dan menatap sejajar gadis yang tengah duduk di ranjang itu.

Cih! Mustahil!” ujar Myesha menolak mentah-mentah tawaran Aurush.

Aurush pun terdiam. “Baiklah,” serunya, lalu kembali pada posisi semula.

• • •

Myesha cemberut sepanjang hari, sebab pria itu tak kunjung melepaskan rantai di tubuhnya. Ia terus saja mendengkus kesal sembari bermisuh-misuh ria; mendoakan hal yang tak baik untuk pria itu.

Lalu tak lama setelah itu, Aurush pun kembali muncul, tetapi kali ini dengan nampan berisi makanan dan minuman di tangannya. Ia bahkan membawakan beberapa macam buah-buahan dan kue kesukaan gadis itu di alam yang kini mereka singgahi.

Pria itu berjalan mendekati Myesha, lalu berdiri tepat di samping kanannya. “Makan dulu, ya,” ucapnya, tetapi Myesha langsung melengoskan wajahnya.

“Pergi!” usir Myesha cuek tanpa menatap wajah pria itu sedikit pun.

Aurush pun tersenyum tipis, lalu duduk di depan Myesha. Pria itu memang jarang sekali mendengarkan ucapan Myesha, apalagi menurutinya.

“Ayo, cepat makan ....”

Myesha tetap tak peduli, ia terlalu lelah untuk memberontak ataupun menolak segala hal dari pria itu. Dan yang ia inginkan saat ini hanyalah berdiam diri sampai pria itu membukakan rantai di tubuhnya, serta membiarkannya pergi dari rumah besar itu.

Aurush pun terdiam sejenak. “Okey.” Ia lalu bangkit dari posisinya dan berdiri di depan jendela seperti sebelumnya. “Pilih salah satu. Kamu mau makan hidangan yang aku bawa, atau aku yang makan kamu sekarang juga?” ujarnya, mata Myesha pun sontak melotot sempurna. []

• • •

• • •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Deja VuWhere stories live. Discover now