Chapter 09

22 11 4
                                    

[ PERHATIAN! ]

Cerita ini bersifat fiktif. Mohon bersikap bijak sebagai pembaca! Dan apabila menemukan kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow akun Author agar Author semakin semangat dalam berkarya! Thank you!

• • •

Suara pegangan pintu ditekan terdengar jelas, kemudian menampilkan sosok pria berjubah dan bertopeng hitam di baliknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara pegangan pintu ditekan terdengar jelas, kemudian menampilkan sosok pria berjubah dan bertopeng hitam di baliknya. Pria yang tidak lain ada Aurush--sang pemilik rumah tersebut. Dan bersamaan dengan itu, perhatian Myesha yang kini tengah duduk teralihkan ke arah pintu, menatap lekat Aurush yang baru saja masuk.

Dengan nada lantang dan ekspresi penasaran, gadis itu lantas bertanya, "Dari mana saja kau?"

Pertanyaan itu tentu ditunjukkan untuk Aurush yang kehadirannya tidak terlihat selama sehari. Pria itu sempat menghilang, dan baru muncul sekarang. Dan jangan lupakan bagaimana tatapan Myesha yang kini berubah intens saat pria itu membalas tatapannya. Terkesan seperti marah karena sang tuan rumah tak kunjung pulang. Ia bahkan sama sekali tidak memiliki niatan untuk bangkit, apalagi menghampiri Aurush. Alhasil, pria itulah yang harus menghampiri dirinya.

"Kenapa? Kangen, ya?" tanya balik Aurush, seperti biasanya, tetapi kali ini dengan rasa percaya diri yang semakin tinggi.

Mendengar itu, Myesha mendelik. "Ti-tidak," jawabnya singkat.

Bukannya percaya, Aurush malah menyunggingkan senyumnya sembari menatap Myesha dengan tatapan tak percaya. "Jujur saja ... tak apa," tuturnya sembari duduk di samping kiri Myesha, lantas menyandarkan daksanya ke badan kursi.

Akan tetapi, Myesha membantah, "Tidak ... Untuk apa aku merindukanmu?" Nada suaranya terdengar menyolot, tetapi Aurush terlihat menanggapinya dengan santai.

"Ya, barangkali iya," ujar Aurush dengan tampang yang benar-benar terlihat sangat percaya diri, serta sembari melipat kedua tangannya di depan dada, dan menutup matanya rapat-rapat.

Yang menjadi lawan bicaranya malah memalingkan wajahnya ke arah kanan. "Cih, kepedean!" gerutunya.

Sementara Aurush terlihat menunduk, sekilas. Lalu berkata, "Kalau pun rindu, bilang, ya. Itu tidak akan menjadi masalah untukku." Kemudian melenggang pergi setelah menatap Myesha cukup lama dengan senyuman tipis yang terukir di wajahnya, lain halnya dengan Myesha yang hanya terpaku di tempat.

• • •

Dua minggu kemudian, Myesha semakin berbaur dengan para penghuni A bene placito. Ia mulai sepenuhnya hafal dengan banyak tempat di sana, serta hal-hal lain yang sangat mencolok baginya. Namun, hal itu tak memungkiri bahwa rasa kekosongan dan kesepiannya menghilang. Ia tetap seperti biasanya; selalu seorang diri dan sering duduk termenung di kamarnya. Bahkan, Aurush sering uring-uringan entah ke mana.

Deja VuWhere stories live. Discover now