Chapter 20

20 8 2
                                    

[ PERHATIAN! ]

Cerita ini bersifat fiktif. Mohon bersikap bijak sebagai pembaca! Dan apabila menemukan kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow akun Author agar Author semakin semangat dalam berkarya! Thank you!

• • •

“Pi-pilihan macam apa itu?!”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Pi-pilihan macam apa itu?!”

Bibir Myesha melingkar, raut wajahnya menunjukkan emosi yang tinggi. Sedangkan Aurush, pria itu hanya mengedikkan bahu, tak peduli.

“Jadi, mau pilih apa?”

Myesha menggigit bibir bawahnya, mencoba berpikir dan menimbang-nimbang keputusannya dengan resah dan ragu. Lantas, ia menjawab, “I-iya. Aku makan! Tapi, bagaimana cara makannya? Tangan aku, kan, dikekang rantai ini.”

Aurush kembali mendekati gadis itu dan duduk di hadapannya, serta menaruh nampan yang ia bawa di pangkuannya. Ia lantas menyendok makanan tersebut, dan memberikannya pada Myesha. “Buka mulutmu,” titahnya dengan lembut.

Myesha pun sontak meringis tertahan. “Ha-harus banget disuapi?” Ia bergidik ngeri sendiri, mengingat pria di depannya itu penuh akan manipulasi. Ini makanannya aman, kan? Ti-tidak ada racunnya atau semacamnya? batinnya semakin resah dan sambil menatap hidangan yang Aurush sajikan.

“Ayo, buka mulutmu!”

Myesha pun menatap takut pria itu sejenak. Ia lalu terpaksa membuka mulutnya secara perlahan dengan mata sedikit terpejam. Dan di detik berikutnya, satu suapan berhasil mendarat sempurna di mulut gadis itu, mengundang senyuman tipis dari Aurush. Pria itu ... memerhatikan Myesha dengan cukup saksama.

“Bagaimana? Enak?”

Myesha mengangguk dengan mimik wajah terpaksa. Ia merasa sedikit aneh dengan rasa masakan yang pria itu bawa. Apakah makanan ini benar-benar aman? batinnya masih merasa takut dan resah.

“Ayo, buka mulutmu lagi!”

Aurush melayangkan suapan kedua ke mulut Myesha. Myesha pun terpaksa kembali menerimanya, dan mengunyah secara perlahan sembari merasakan rasa aneh di mulutnya, yang semakin lama, semakin terasa. Kenapa makin lama, rasanya makin aneh, ya? batinnya curiga.

“Beneran enak?”

Myesha mengangguk, lagi-lagi ekspresinya masih terlihat sangat terpaksa.

“Baguslah. Karena yang kau makan itu bangkai anjing,” celetuk Aurush, Myesha pun sontak melotot, lalu memuntahkannya secara refleks.

“Uhuk! Uhuk!” Gadis itu terbatuk, dan terus berusaha mengeluarkan semua makanan yang ia makan. Jadi ... praduganya benar? Pria itu benar-benar sedang menyiksanya?

Deja VuWhere stories live. Discover now