Chapter 12

16 10 2
                                    

[ PERHATIAN! ]

Cerita ini bersifat fiktif. Mohon bersikap bijak sebagai pembaca! Dan apabila menemukan kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow akun Author agar Author semakin semangat dalam berkarya! Thank you! ♡

• • •

“Apa kau tetap ingin menghindar?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Apa kau tetap ingin menghindar?”

Langkah Aurush yang hendak keluar dari rumah tiba-tiba terhenti. Sementara yang bertanya pada pria itu terlihat menuruni anak tangga, dan berjalan mendekatinya. Lantas, pria itu pun berbalik badan.

“Mau berapa lama lagi kau menghindar, hah?” Mata mereka kian saling bertemu. “Apa susahnya, sih, membuka topengmu itu?”

Aurush hanya bergeming dengan ekspresi dingin dan tak peduli, tetapi tetap tertutupi oleh topeng.

“Aku, kan, hanya menyuruhmu melepas topeng. Bukan seluruh bajumu,” lanjut Myesha jengkel, tetapi pria itu malah mengukir senyum tipis di wajahnya.

“Sebesar itukah rasa penasaranmu?” tanya Aurush, berhasil membuat Myesha mendengkus.

“Kau bodoh atau apa?” Tatapannya kian berubah datar. “Kalau aku tidak penasaran, untuk apa aku terus-menerus memaksamu membuka topeng?”

Lagi-lagi, Aurush terdiam sejenak. “Percuma saja.” Ia lalu berbalik badan, dan melanjutkan langkahnya.

“Lebih baik kau lupakan saja soal itu.” Kepala Aurush menengok sembilan puluh derajat selama beberapa detik ke arah samping kiri ketika pria itu sampai di ambang pintu. “Aku pergi.” Lantas benar-benar menghilang secepat kilat sebelum Myesha sempat menghentikannya lagi.

• • •

Myesha berjalan-jalan sendirian dengan mengenakan setelan kaos putih dan celana jeans berwarna biru. Ia menatap sekeliling sembari sesekali mampir ke salah satu toko untuk mencari barang yang mampu memikat hatinya. Di dimensi ini, ia sama sekali tak menemukan hal yang janggal. Tampilan dan bentuknya benar-benar hampir sama dengan bumi. Dan itulah yang memudahkan dirinya.

Lalu sesampainya Myesha di tengah jalan, ia melihat kerumunan yang berhasil menghentikan langkahnya. Ia lantas bergegas menghampiri hal tersebut, dan bertanya, “Ada apa, Tuan?” Pada salah seorang pria yang berdiri di samping kanannya.

Pria itu dengan cepat menoleh ke arah dirinya, lantas menjawab, “Ini ... ada orang yang berani mencuri.” Lalu perhatiannya kembali mengarah ke depan.

“Ah, begitu ...,” seru Myesha, dan karena masih merasa penasaran, ia pun berjinjit hanya demi melihat wajah sang pelaku.

“Dasar tidak tahu malu!” cela salah seorang dari kerumunan tersebut.

Deja VuWhere stories live. Discover now