⊱┊A―25

352 41 37
                                    

Bagian ini mengandung konten kekerasan fisik, darah, pembunuhan secara eksplisit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian ini mengandung konten kekerasan fisik, darah, pembunuhan secara eksplisit. Kalian bisa skip ke bagian bawah. Jawaban yang ditunggu ada di ps.
Be wise.
...

Pelbagai konstelasi kelam yang telah Jean lalui, barangkali tidak cukup leburkan kepedulian yang merebak menjadikan rasa tidak ikhlas itu menahan langkah. Tatkala dorongan serta tepisan Taehyung seraya gumam itu sambangi pendengaran. Pergilah. Kendati hanya satu diktum itu saja terus diulang, tungkai Jean terasa berat untuk tinggalkan Taehyung yang tengah sekarat di sana. Obsidiannya sayu saling berpandangan, kendati ada asa yang disalurkan nyatanya Jean tidak begitu tanggap. Air dari matanya terus luruh tanpa henti nan semakin deras. Kaki yang menapak tanpa alas terseok-seok melaju pergi dengan berat hati.

Beberapa waktu lalu itu terlewat dengan sesaknya peparu hingga Jean berkali-kali atur napas supaya getarnya tubuh tidak lagi amat kentara. Ada berkas yang Jean tatap kosong tergeletak pada meja kaca di hadapannya; dan temui tanda kepemilikan Taehyung juga miliknya yang menggores dengan tinta hitam.

“Jangan membacanya dulu jika kau belum siap. Dokter akan segera datang.”

Han Yoongi letakkan secangkir teh hangat menggantikan lembaran yang terus Jean tatapi. Sesungguhnya, Yoongi amat tidak tega mendapati tampilan si perempuan yang begitu kacau. Ia bahkan tak kuasa untuk sekadar menanyai bagaimana gaun putih itu bercorak darah meski raga tanpa ada luka; atau barangkali ada pada tempat yang tidak terjangkau netranya. Yoongi masih tahan-tahan, meneruskan rencana dari apa yang Taehyung minta. Iya, Taehyung menemui Yoongi serta berikan penjelasan detail mengenai apa yang diinginkan. Kendati satu yang Yoongi tidak ketahui yakni, kenyataan yang menimpa Taehyung sebelum dirinya membawa pergi Jean jauh.

“Minumlah, aku akan menunggu Taehyung di luar.”

Dengan masuknya satu nama tersebut pada auditori, Jean tahu-tahu tahan Yoongi hingga membikin kejut bersebab, frasa lirih yang terpublikasi masih jelas Yoongi tangkap dalam pendengaran.

“Tae―hyung ....” Hanya satu kali pengucap dan gemuruh dalam dada hampir buat Jean jatuh pingsan. Serebrumnya tengah mengolah kata hingga jadikan kalimat yang akan tepat pun tidak bergetar kedati giginya di dalam sana terus bergemeletuk selayak orang kedinginan. Suhu ruangan masih normal dan Jean yang tidak tengah terserang demam. Mesti mati-matian tahan mual yang merangsek selanjutnya. Dua telempap yang tergeletak gemulai di atas pangkuan, sekian sekon setelahnya remat kain putih bercorak darah yang tutupi kaki.

“Dia―” Terputus, Yoongi hampir saja berniat abai tetapi barangkali ini informasi yang penting dan tidak ia ketahui. Taehyung memang tidak berpesan apa-apa lagi setelah Yoongi antarkan pulang dan tugasnya untuk membawa Jean ke tempat ini―paviliun milik keluarga asli Jean. Dahulu Yoongi berusaha keras untuk mengamankan sekiranya satu aset kecil ini saja.

Bahana yang terus tertahan dalam kerongkongan, Jean berusaha agar kalimatnya keluar lebih dahulu sebelum mual yang ditahannya akan membeludak. Sementara tangisnya pecah tatkala dalam kepala terus unjukkan fragmen lalu. Bagaimana keadaan Taehyung sekarang, ialah biangnya. Jean memang kelewat bodoh sebab ia masih saja menaruh peduli. Tetapi, apa jadinya jikalau Taehyung akan pergi menyusul Jina?

𝐀𝐠𝐫𝐞𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang