⊱┊A―21

282 43 22
                                    

Sebelum konstelasi sanubari yang benar-benar rapuh, gugur, hangus atau barangkali dikatakan gosong―menghitam

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.

Sebelum konstelasi sanubari yang benar-benar rapuh, gugur, hangus atau barangkali dikatakan gosong―menghitam. Semestanya dahulu pernah dibalikan selayaknya inferno; membakar diri hingga jadi dolerit. Kim Taehyung sang lakon adikara sekarang itu, dahulunya kelakon sangat tanpa asa.

Lee Jina. Hanya Lee Jina, si kirana yang mampu membikin Taehyung terima hatinya dicabik hingga remuk menjadi serpihan. Kendati nyatanya ia hanya dibikin gosong menghitam saja. Kemudian hatinya membusuk secara total.

Kim Taehyung menghayati pada presensi Jina yang kelabu. Iya kan, barangkali sapuan hangat pada pipinya kali ini bersungguh milik Jinanya. Taehyung tidak masalah jika ia akan dihancurkan realita. Kendati pilu dalam sanubari merenggut segala rasa dalam diri. Taehyung ingin berkata ia rindu, rindu sekali pada perempuannya.

“Ji ....” Tidak, tidak. Bilamana ini hanya pada alam bawah sadarnya, Taehyung tidak akan ingin kembali saja. Tiada yang lebih baik dari pada kematian untuknya ‘kan? Asanya telah patah, bukan lagi, tetapi lebur tak bersisa. Taehyung lenggana untuk terus berlanjut hidup.

Pada kelu, kerongkongannya kering hingga buat kalimatnya tercekat. “Ji,” panggilnya satu kali lagi. Susah, ya. Bahkan suara yang keluar amat minim, tetapi Taehyung berharap sang puannya mampu dengarkan.

Posisinya nyaman sekali, dengan jemala berada di atas pangkuan Jina, sembari diberi usapan lembut pada rema juga pipi dan rahang. Taehyung tahan tangan Jina hingga terhenti pada pipinya. Tiada lagi obsidian yang tajam menyorot. Debaran candu syahdu yang Taehyung rindukan kini benar-benar kembali terlaksana. Jinanya bahkan masih sangat kirana kendati rautnya pucat pasi. Ia genggam Jina dengan tangan yang getar. Sialnya Taehyung mesti tahan diri untuk tidak langsung lolongkan tangis. Pelupuknya sudah penuh, hingga sorotnya terkesan nelangsa; tetapi memang betul, Taehyung lebih dari pada nelangsa, hasai, melankolis dan lain macamnya itu. Dinding penahan hati telah runtuh seawal jumpai presensinya si kirana pujaan ini.

Usapan halus sembari dibawanya jemari ayu-ayu itu untuk dikecup lama, Taehyung ingin buat reminisensi dari ini meski minim kapasitas. Walakin, nantinya ia pun akan semakin dicekik kerinduan, Taehyung tidak peduli. Ini pertama kalinya Jinanya mau datangi ia. Membuat momen kirana yang tetap saja akan melankolis. Tetapi, mengapa Jina tidak tersenyum sedikit pun. Taehyung meringis pilu seusai pindahkan tangan Jina dari permukaan ranum; dengan sebelumnya ada kecup yang berbekas.

“Kau marah padaku.” Alih-alih berkalimat, Ji, aku merindu’ arkian turuti kata hati untuk beri rengkuhan erat-erat, Kim Taehyung malah berlakon dengan ketakutannya yang remati hati.

Bagaimana jika Jinanya bersungguh marah, kecewa padanya? Taehyung akan membakar diri habis-habis dengan api kremasi jika benar begitu.

Mengapa Jina tidak menjawab? Ayo katakan sesuatu atau Taehyung akan bersungguh membunuh dirinya sendiri.

“Kau tidak merindukanku, Taehyung.” Tidak, tidak.

“Aku merindukanmu hingga rasanya aku ingin mati.” Ia bahkan tidak pernah bisa lelap dengan tenang.

𝐀𝐠𝐫𝐞𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 ✓Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα