15

15.3K 1.1K 197
                                    

Sudah satu minggu Jeno berada di pusat rehabilitasi. Ia ditempatkan di ruangan VVIP dengan penjagaan ketat tentunya. Tidak ada yang Jeno lakukan selain duduk di lantai bersandar pada tembok sambil memeluk lututnya dengan erat, dan tatapannya kosong. Ia hanya akan bergerak jika dokter atau perawat menyuruhnya mandi, terapi, dan makan. Tapi, makanannya tidak pernah habis, bahkan tidak jarang terbuang utuh tanpa disentuh. Keadaan Jeno tidak berubah, ia tidak merespon semua terapi yang dokter Kim berikan. Saat dilakukan hipnoterapi pun, Jeno hanya menangis sambil menyebut nama Jaemin berulang kali, dan setelahnya Jeno selalu mengatakan bahwa ia lelah dan ingin menyerah. Namun, dokter Kim sebisa mungkin membantu Jeno untuk membangun semangatnya lagi.

Setiap harinya, Taeyong dan Jaehyun pun selalu datang menjenguk Jeno setiap pagi dan sore karena jam besuk dibatasi dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Diluar itu, pasien tidak boleh dijenguk dengan alasan apapun. Kadang, Mark dan Haechan juga datang untuk melihat keadaan Jeno walaupun tidak seintens Taeyong dan Jaehyun. Setiap dijenguk pun, Jeno hanya diam, tidak merespon pertanyaan dari siapapun yang mengajaknya berbicara tapi Jeno kadang bertanya:

"Nana ikut?"

Setelahnya, Jeno benar-benar hanya diam. Tubuhnya semakin terlihat kurus dan wajahnya kusam, matanya sangat sayu dengan kantung mata yang cukup tebal.

"Jeno... Ini Bubu, sayang. Jeno udah makan?"

Jeno mendengar suara Taeyong, ia menoleh dan mendapati Bubu nya yang masuk ke dalam ruangannya.

"Bubu bawa Nana?"

Taeyong menggigit bibir bawahnya kuat-kuat sambil menggelengkan kepalanya untuk menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Jeno.

"Jeno makan dulu ya, sayang."ucap Taeyong dengan suara bergetar. Namun Jeno hanya diam dan kembali menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Taeyong meraih nampan berisi makanan yang disediakan pihak rehabilitasi untuk Jeno. Ia menyodorkan sendok berisi makanan itu, namun mulut Jeno terkunci rapat.

"Buka mulutnya, sayang. Jeno harus makan, nak."

Diam. Lagi-lagi Jeno tidak menjawab. Taeyong meletakkan kembali sendok itu ke piring.

"Maafin Bubu, Jeno. Kalau Bubu tau semuanya akan kayak gini, Bubu gak akan pernah mau jadi orang yang egois. Bubu yang selalu ingin memastikan kamu aman, ternyata malah Bubu sendiri yang menghancurkan kamu. Bubu menyesal Jeno, Bubu janji... Bubu akan berusaha memperbaiki semuanya, Bubu akan tukar apapun demi kebahagiaan kamu, nak."lirih Taeyong, lalu memeluk Jeno selama beberapa menit, sebelum akhirnya ia berpamitan untuk pulang.

Sambil berjalan ke parkiran, ia menghubungi Ten untuk menanyakan sesuatu.

"Halo, Ten?!"

"Yo, kenapa nih?"

"Lo dimana?"

"Di butik pusat, mau meeting sama Winwin. Lo jang---"

"Gue kesana, tahan Winwin!"

Tanpa mendengar jawaban dari Ten, Taeyong langsung bergegas melajukan mobilnya menuju butik milik Ten dengan kecepatan tinggi, ia harus segera sampai di sana.

Kurang lebih 20 menit berkendara, ia sampai di butik milik Ten. Dengan memarkiran mobilnya asal-asalan, Taeyong berlari menuju ruangan besannya itu.

BRAK!!!

Taeyong membuka pintu dengan tidak sabaran yang membuat Winwin dan Ten sedikit terkejut. Winwin yang melihat kehadiran Taeyong pun langsung berdiri dari duduknya.

"Aku pul---"

Ucapan Winwin terhenti ketika melihat Taeyong yang langsung bersimpuh di hadapannya sambil menangis.

Favorite || Nomin 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang