8

13.1K 1.2K 97
                                    

Jaemin baru saja berhenti menangis. Kini ia tengah duduk di pangkuan Ayah nya yang sedari tadi setia mengelus punggungnya dengan lembut. Sejak pulang sekolah, ia mengurung diri di kamar dan baru keluar setelah kedua orangtuanya pulang dan ia langsung menumpahkan tangisannya.

Namun, saat ditanya alasan kenapa ia menangis, Jaemin tidak menjawabnya sama sekali. Si manis itu bungkam, dan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"NANA!!!"teriak Renjun yang baru saja pulang dari sekolah setelah belajar tambahan dan rapat OSIS. Si sulung Nakamoto itu langsung melempar tasnya, lalu bersimpuh di hadapan Jaemin dan Yuta. Ia memegang tangan adiknya dengan hangat.

"Nana kenapa nangis? Koko khawatir banget pas paman Moon bilang Nana nangis seharian di rumah."

"Nana gakpapa, Koko."jawab Jaemin singkat dengan suara serak karena kebanyakan menangis.

"Jangan sedih ya, ada Koko di sini, Koko gak akan biarin siapapun nyakitin adik kesayangannya Koko!"

Jaemin mengangguk sambil tersenyum. Yuta dan Winwin bernafas lega, setidaknya Jaemin sudah bisa tersenyum lagi. Jujur, mulut Winwin sudah gatal ingin menceritakan tentang perlakuan Jeno itu kepada Yuta dan Renjun, tapi ia rasa ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya.

"Nanti malam, Nana tidur sama Koko, boleh?"tanya Jaemin menatap Renjun penuh harapan.

"Boleh! Ayo kita tidur bareng, Koko juga kangen tidur bareng sama Nana."sahut Renjun dengan antusias.

Tangan Winwin terulur mengelus rambut kedua anaknya dengan sayang. "Nah, sekarang Nana sama Koko mandi dulu ya, habis itu makan! Tadi Bunda udah minta maid buat masakin makanan kesukaan Nana sama Koko."

Jaemin dan Renjun mengangguk, lalu mereka masuk ke kamar mandi masing-masing setelah mendapat sebuah kecupan di kening dari sang Ayah.

"Kira-kira Nana kenapa ya, kak? Aku beneran gak tega liat Nana kayak gini..."lirih Winwin setelah keluar dari kamar Jaemin dan menutup pintu bercat putih itu dari luar.

"Aku lagi minta Jungwoo buat cari tau, sayang. Kamu tenang aja, aku juga gak akan diem kalo ada yang nyakitin anak-anak kita."balas Yuta mengelus pipi Winwin dengan lembut.

"Kita pindah aja yuk, kak! Kayaknya di sini terlalu jahat buat Nana."

Yuta terkejut mendengar ucapan Winwin barusan. Sepertinya masalah ini akan menjadi serius untuk kedepannya.

"Kamu yakin?"

Winwin mengangguk dengan tegas. Lebih baik menghindari sumber rasa sakit, kan? Lagipula, ia yakin Jaemin dan Renjun akan setuju jika mereka pindah. Untuk Yuta, tinggal dibicarakan baik-baik dan ia memiliki kartu AS agar suaminya itu setuju dengan keputusannya. Ya, Winwin sudah sangat yakin untuk melaporkan masalah Jaemin dan Jeno pada suaminya itu.

"Kak?"panggil Winwin menatap Yuta dengan serius.

"Ya, sayang?"sahut Yuta dengan lembut.

"Ada yang mau aku bicarain sama kamu, ini penting."

"Ayo ke kamar. Kita bicara selagi nunggu anak-anak selesai mandi."

Yuta mengajak Winwin ke kamar mereka. Sesampainya di sana, mereka duduk saling berhadapan di pinggir kasur.

"Mau bicara apa, sayang?"

"Nana... Kemarin anak kita diturunin di tengah jalan sama Jeno, untung ada Ten yang lewat daerah situ, kalo nggak gimana? Jeno jahat, kak. Jeno bukan anak yang kita kenal dulu, aku nggak mau dia jahatin Nana lagi."

Seketika, Yuta mengeratkan rahangnya. Ia marah, sangat. Namun, ia tidak bisa gegabah dalam mengambil keputusan. Ia harus mendiskusikannya dulu dengan Jaemin karena ia yakin, Jaemin pasti memiliki rencana lain.

Favorite || Nomin 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang