42

3K 280 18
                                    

PLAK

Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi Lalice, tuan Marco menatap putrinya kecewa biasa-biasanya putrinya mencintai kakak iparnya bahkan hampir membuat rumah tangga kakaknya sendiri hancur.

Lalice menatap Daddynya dengan mata berkaca-kaca, Lalice mengepalkan erat kedua tangannya menatap tajam pada Daddynya.

"Daddy tidak habis pikir denganmu...kenapa harus kakak iparmu yang kamu sukai bahkan kamu sampai berani mencintainya"

Sedangkan Jenlisa yang melihat tuan Marco marah hanya bisa terdiam menatap pertengkaran anak dan ayah tersebut.

"Minta maaf pada kakakmu dan kakak iparmu"

Air mata Lalice menetes tapi dengan cepat ia hapus, Lalice menatap Daddynya kenapa Daddynya tidak mengerti dirinya?

"Dad, aku sudah bilang perasaan ini muncul sendiri bukan aku yang memintanya keluar"

"Tapi tidak harus mencintai kakak iparmu sendiri LALICE"

"ARRGGHH....kalian tidak akan mengerti kalau kalian belum berada di posisiku saat ini"

Nafas Lalice memburu menatap tajam kepada Daddynya begitupun kepada Jenlisa, kenapa mereka tidak mengerti kondisi dirinya?

"Kalian hanya bisa bilang hapus, buang, kalau aku bisa menghapus dan membuang perasaan ini...sudah dari dulu aku lakukan dan satu lagi kalau aku ingin membuat rumah tangga kakakku hancur mungkin sudah dari dulu aku lakukan dengan cara licik..-"

"Tapi, aku masih bisa menahannya sampai sekarang untuk tidak melakukan hal licik untuk merebut kakak iparku sendiri karna aku juga tau dia istri kakakku...walaupun aku mencintai kakak iparku sendiri aku tidak pernah bermain kotor hanya untuk merebutnya..-"

"Dan..untuk aku yang menyentuh kakak ipar itu aku dalam keadaan setengah mabuk...a aku tidak bisa menahan nafsuku saat melihat tubuh kakak iparku"

Mata Lisa sudah berkaca-kaca sedari tadi mendengar ucapan sang adik mau bagaimana pun yang di katakan Lalice memang benar, tidak semua orang mudah menghapus perasaan dengan mudah bukan?

"Sudah dad yang di katakan Lalice memang benar, mungkin Lalice butuh waktu untuk menghapusnya" ucap Lisa.

"Daddy akan memindahkanmu kembali ke New York Lalice"

"Aku tidak mau dad..apa salahnya aku hanya ingin di samping kakak ipar walaupun dia risih denganku"

"TIDAK BISA LALICE"

"Keputusan Daddy sudah bulat kamu akan Daddy kembalikan ke New York"

Lalice memejamkan matanya ia hanya ingin melihat orang yang di cintainya setiap ia bangun tidur walaupun ia juga harus menahan sesak saat mendengar desahan kakak dan kakak iparnya hampir setiap hari.

Lisa berjalan pelan menghampiri Lalice ia mengusap air mata yang menetes di pipi adiknya, Lisa bisa melihat mata adiknya yang memerah ia langsung membawa tubuh Lalice ke dalam pelukannya tangis Lalice langsung pecah ia terisak di pelukan Lisa.

Jennie yang mendengar keputusan tuan Marco ada rasa senang dan juga sedih, senang Lalice tidak akan mengganggu dirinya dan sedih karena tidak akan ada yang membantu dirinya mencuci piring di dapur.

_____

JENNIE POV

Aku bisa bernafas lega sekarang karna Lalice pasti tidak akan mengganggu diriku lagi apa lagi sampai merusak rumah tanggaku, tapi kenapa aku merasa di saat Lalice akan pergi seperti akan ada badai yang lebih besar menerpa rumah tanggaku?

Apa ini hanya efek dari dari kehamilanku saja?

Aku berharap rumah tanggaku baik-baik saja tanpa harus hadir kembali orang ketiga, aku sudah cukup pusing dengan hadirnya Lalice yang menjadi orang ketiga di tengah-tengah rumah tanggaku.

Lope Lope (JENLISA)✓Where stories live. Discover now