15. AWAN NARATANTHA

4 1 0
                                    

Tak lama kemudian, Raisha dan Alifia sudah berada di lorong yang membawa mereka kembali ke ruang makan. Sebagai pusat dari lorong-lorong yang ada di Morodho. Pada ruang makan ini terdapat tujuh buah lorong yang menuju ke tempat yang berbeda-beda. Lorong pertama kali yang mereka lewati adalah lorong yang terletak di tengah-tengah bagian paling depan dari ruang makan ini. Dan itu adalah lorong yang menuju ke aula.

Sedangkan lorong yang ada disebelahnya itu adalah lorong yang menuju ke asrama. Sementara lorong yang baru saja mereka lewati saat kembali dari dapur tadi, adalah lorong yang terletak di sebelah ujung paling kanan dari ruang makan ini. Jadi secara total sudah ada tiga lorong yang sudah mereka lalui dan ketahui arah tujuannya.

"Sekarang ayo kita coba lorong yang ke-empat," ujar Alifia. Ia pun menarik tangan Raisha dan menyeretnya menuju sebuah lorong yang ada di sebelah kiri pojok dari ruangan makan.

Lorong temaram yang sedang mereka susuri itu juga tidak terlalu panjang. Bahkan lebih pendek daripada lorong yang menuju ke dapur tadi. Hingga dalam waktu yang tidak seberapa lama, Alifia dan Raisha pun sudah tiba di tujuan akhir dari lorong itu. Dan di hadapan mereka kini berdiri sebuah pintu kayu sederhana yang cukup besar dan kokoh. Pintu kayu yang pada bagian atasnya, tampak terpasang juga sebuah topeng.

Tempat apa sih ini?" tanya Alifia, sambil mulai mencoba membuka pintu itu.

Tapi dengan cepat tangan Raisha menahannya. "Tunggu dulu! Apa tidak sebaiknya kita bertanya dulu, apa kita boleh memasukinya," usul wanita itu.

Alifia tampak kesal dengan Raisha versi ini. Namun ia masih berusaha untuk berdamai dengannya. "Iya, nanti kita tanya sama orang yang ada di dalam ya," bujuknya. Kemudian tanpa mempedulikan lagi nasihat-nasihat yang keluar dari mulut sahabatnya, Alifia pun segera membuka pintu itu.

Dan tepat di saat Alifia akan mencoba untuk mendorongnya, pintu itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Dan dari baliknya, muncullah wajah seseorang. "Kalian sedang apa di sini?" tanya seorang pria yang wajahnya sangat mereka kenal itu.

Alifia pun tampak tersenyum senang, saat melihat wajah Nacoco. Sementara pria itu justru tampak terkejut dengan kehadiran kedua wanita itu di tempat ini. Dan dia pun semakin terpana, ketika melihat penampilan Raisha yang kini nampak berbeda.

"Waaahh!!! Selamat ya Raisha. Kamu sudah berhasil bertransformasi," ucap Nacoco.

"Terima kasih," balas Raisha dengan anggun. "Senang bertemu dengan kamu lagi," lanjutnya, yang diiringi dengan senyuman ramah.

Alifia pun kembali merasa mual, saat melihat sikap santun yang ditunjukan oleh sahabatnya itu. Rasanya sudah tidak sabar untuk menunggu waktu. Waktu dimana Raisha bisa kembali berubah menjadi dirinya sendiri lagi, seperti sediakala. Dan sebelum ia merasa lebih mual lagi, Alifia pun berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka. "Ngomong-ngomong, ini tempat apa ya?" tanyanya sambil melihat-lihat ke sekeliling ruangan.

"Oh, ini adalah laboratorium," jawab Nacoco. Di tempat ini, kami menyimpan semua hal yang ingin dipelajari," lanjutnya, sambil mengajak kedua wanita itu untuk mulai berkeliling.

Ruangan yang sedang mereka masuki itu cukup luas dan sangat tinggi. Di dalamnya terdapat puluhan rak-rak besi yang tinggi dan besar. Rak-rak itu tampak berjejer dengan sangat rapih. Pada rak barisan pertama, terdapat barang-barang aneh yang sama sekali belum pernah Alifia dan Raisha lihat sebelumnya. Sebagian benda-benda itu, ada yang tergeletak begitu saja di atas rak. Namun ada juga yang di letakan dalam wadah kaca bening. Wadah yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran dari masing-masing benda yang disimpannya.

"Ini adalah benda-benda yang berasal dari negeri Naratantha," ujarnya.

Namun Alifia tampak tidak terlalu menyimak perkataan Nacoco. Perhatiannya tengah tertuju pada benda putih, bertekstur tipis dan lembut itu. Benda putih yang tengah melayang-layang pada sebuah kotak kaca yang ada di tingkatan rak paling atas. "Itu awan ya?" tanya Alifia.

Petualangan di Negeri-Negeri Ajaib (Eskadia dan Mogotha)Where stories live. Discover now