8. BERADAPTASI DENGAN NEGERI MOGOTHA

6 2 0
                                    

Alifia mengusap air laut yang dicipratkan oleh Raisha di wajahnya. Biasanya dia akan sangat kesal sekali dengan tingkah kekanak-kanakan yang dilakukan oleh sahabatnya itu. Tapi kali ini, dia merasa gembira sekali. Karena apa yang dilakukan oleh Raisha telah membuatnya bisa kembali merasakan hangatnya air. Air asin yang ditempa oleh cahaya matahari senja ini. Wanita itupun bermaksud untuk membalas Raisha dengan memercikan air laut itu juga ke wajahnya. Namun saat ia akan melakukannya, tiba-tiba Alifia mendengar suara perbincangan yang sayup-sayup terdengar.

Alifia dan Raisha pun segera mengalihkan pandangan mereka pada asal dari suara-suara itu. Di pinggir pantai yang ada di hadapan mereka. Tampak Kelan yang sedang bercakap-cakap dengan dua orang asing. Karena jarak yang cukup jauh, Alifia dan Raisha tidak bisa melihat dengan jelas wajah dari kedua orang yang sedang berbicara dengan Kelan itu. Namun dari warna rambut, bentuk dan warna jubah yang mereka kenakan. Bisa dipastikan kalau orang-orang itu adalah bagian dari kerajaan Eskadia.

Dengan bergegas, Raisha dan Alifia berjalan melewati batu-batu karang yang di basahi oleh gelombang air laut yang landai. Dan saat telapak kaki mereka bisa merasakan butiran-butiran pasir di pinggir pantai. Barulah keduanya bisa melihat dengan jelas, wajah dari orang-orang yang sedang berbincang-bincang dengan Kelan itu.

"Hai Alifia dan Raisha," sapa sepasang pria dan wanita yang penampilannya sama dengan orang-orang yang ada di Eskadia itu.

"Saya adalah Estra," orang yang berpostur pria itu memperkenalkan dirinya. "Dan ini adalah adik saya Esvana," lanjutnya, sambil menunjuk pada wanita yang berdiri di sampingnya. "Kami adalah penjaga perbatasan antara negeri Eskadia dan negeri Mogotha," Estra menjelaskan.

"Hai Estra, hai Esvana," Raisha dan Alifia menyapa balik kedua orang itu dengan canggung.

"Jadi, apa kalian akan membantu kami untuk mencari sahabat kami?" tanya Raisha.

Estra dan Esvana tampak tersenyum saat mendengarnya.

"Kami tidak bisa membantu kalian untuk melakukan itu. Karena kami tidak bisa meninggalkan tempat kami bertugas ini" ujar Esvana. "Tapi kami akan membantu agar kalian bisa menyesuaikan diri dengan para penduduk negeri Mogotha," lanjutnya, sambil mengarahkan tangannya pada bebatuan besar yang berdiri menjulang di belakang mereka.

Kemudian Esvana membimbing Raisha dan Alifia menuju ke salah satu batu besar yang berwarna hitam itu. Sementara Kelan nampak mengikuti Estra yang berjalan ke sebuah batu besar lain yang terletak di sampingnya. Di depan masing-masing batu hitam yang berdiri tinggi menjulang di hadapan mereka. Estra dan Esvana menggunakan telapak tangan mereka untuk mengelus-elus batu-batu itu.

Dan tak lama kemudian, cahaya berwarna biru kehijauan pun muncul di tempat tangan mereka mengelus batu itu. Cahaya biru kehijauan yang ukurannya sebesar telapak tangan itu, perlahan mulai berputar. Seiring dengan putaran yang dilakukannya, cahaya itupun menjadi semakin besar. Dan kini ukurannya sudah sebesar ukuran sebuah pintu.

"Silahkan masuk!" ujar Estra dan Esvana, sambil mengarahkan tangan mereka pada batu yang ada di hadapan mereka masing-masing.

Raisha dan Alifia memandang pada Kelan yang tanpa ragu melangkahkan kakinya melewati cahaya biru kehijauan itu. Aksinya itupun segera diikuti oleh Estra. Dan kini, kedua lelaki itu sudah menghilang di balik batu besar itu.

Mengikuti apa yang dilakukan oleh Kelan dan Estra. Ketiga orang wanita itupun segera melangkahkan kaki untuk masuk. Masuk melewati cahaya biru kehijauan yang ada pada batu di depan mereka. Dan saat melihat apa yang ada di dalam batu itu, Raisha dan Alifia pun tampak tercengang. Ternyata di sana terdapat sebuah ruangan yang cukup luas untuk menyimpan berbagai macam peralatan dan perlengkapan.

Petualangan di Negeri-Negeri Ajaib (Eskadia dan Mogotha)Where stories live. Discover now