14. BERLATIH UNTUK BISA MENGENAKAN PAKAIAN PELAYAN ISTANA

3 1 0
                                    

Setelah berada di dalam dapur, Tarona membimbing Raisha dan Alifia berjalan melewati area tungku-tungku yang sedang digunakan untuk memasak. Ternyata di belakang area itu, terdapat sebuah ruangan yang ukurannya hampir sama dengan kamar tidur mereka. Namun berbeda dengan suasana di dapur yang terang oleh banyak cahaya. Suasana di dalam ruangan itu tampak temaram. Hanya ada dua buah lentera dengan cahaya kecil yang terpasang di sisi kanan dan kiri tembok ruangan.

Di dalam ruangan ini juga tidak terdapat banyak perabotan atau benda apapun. Di sana hanya ada beberapa pakaian khas Mogotha berwarna putih, yang tergantung di atas tongkat melayang. Di bawahnya terdapat juga beberapa pasang sepatu kotak, yang berwarna sama dengan warna dari pakaian yang tergantung itu. Dan pemandangan inipun mengingatkan Raisha dan Alifia pada suasana yang ada di dalam batu besar. Batu besar di pinggir pantai, tempat keduanya mendapatkan pakaian berwarna ungu dan pink yang kini mereka kenakan.

"Ini jangan-jangan kita bakal ganti pakaian lagi nih!" celetuk Raisha, sambil mengarahkan pandangan pada pakaian-pakaian putih yang tergantung itu.

"GAWAT!" teriak Alifia. Mendengar perkataan Raisha ini, ia tiba-tiba teringat akan sesuatu. "Tarona, tolong jangan bilang kalo kami harus pakai pakaian putih itu," ujarnya sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di hadapan wanita pelatih itu. "Tolong jangan! Gue gak mau rambut gue berubah jadi putih. Warna ungu aja udah menyedihkan. Apalagi kalo harus berubah putih. Gue gak bisa ngebayangin kalo rambut gue jadi ubanan semua," ujar Alifia lagi, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah yang tampak tertekan.

Tarona tidak menjawab perkataan Alifia ini. Ia hanya mengarahkan salah satu tangannya, sambil berkata, "Silahkan duduk!"

Alifia dan Raisha pun tampak heran dengan perintah ini, karena mereka sama sekali tidak melihat adanya bangku untuk diduduki.

"Duduk di lantai?" tanya Alifia, dengan nada yang seolah-olah tidak percaya pada perintah yang baru saja didengarnya itu.

"Iya, silahkan duduk di lantai," Tarona menegaskan kembali perintahnya.

Meski merasa berat untuk duduk di atas lantai batu yang keras dan dingin. Namun Raisha tampak berusaha untuk melakukannya. Tapi tidak demikian halnya dengan Alifia. Ia nampak keberatan dan tidak ingin menuruti perintah itu. Hingga akhirnya, Raisha harus menarik tubuh wanita itu dan memaksanya untuk duduk di samping dirinya.

Tak lama setelah kedua wanita itu duduk, terdengar suara pintu yang diketuk dari luar. Tarona pun segera menyuruh pengetuk pintu itu untuk masuk. Dan seorang wanita muda dengan warna pakaian dan gaya rambut yang sama dengan Tarona, masuk ke dalam ruangan itu. Kedua tangannya memegang sebuah nampan yang berisikan dua buah gelas kayu. Dan sebuah teko yang juga terbuat dari kayu. Kemudian ia meletakan masing-masing gelas itu di hadapan Raisha dan Alifia. Setelah itu, kucuran air segarpun dituangkannya dari teko kayu itu. Lalu tanpa berkata apapun, wanita muda itu langsung keluar dari ruangan.

"Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Air dari bukit Kitasha ini berkhasiat untuk membuat orang yang meminumnya dapat lebih fokus. Dan bisa berkonsentrasi penuh pada apa yang sedang dilakukannya. Jadi setelah meminumnya, saya harap kalian akan dapat berkonsentrasi penuh. Dan membuat pakaian dan sepatu itu melekat pada tubuh kalian," ujar Tarona.

Alifia dan Raisha kembali kaget saat mendengar kata-kata ini.

"Apa? Ngapain kami ngelakuin itu?" tanya Alifia.

"Iya, buat apa? Kita bukannya mau belajar buat berubah jadi cumi-cumi ya?" Raisha menimpali.

Tarona menggeleng-gelengkan kepalanya. "Informasi yang saya terima, kalian ke sini karena ingin masuk ke istana kerajaan Mogotha. Dan menyelamatkan teman kalian," ujar wanita itu.

Petualangan di Negeri-Negeri Ajaib (Eskadia dan Mogotha)Where stories live. Discover now