Bagian 24

118 31 0
                                    

Hati yang mulai meragu menepis rindu yang sempat menggebu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hati yang mulai meragu menepis rindu yang sempat menggebu.
***


Berbohong pada lelaki yang dicintainya adalah hal yang sangat Fay hindari. Namun, dirinya tidak mempunyai pilihan. Ia sangat sadar yang dilakukannya salah, tapi jujur dalam keadaan berjarak bukan keputusan yang baik. Tentang Ayyas, rencananya Fay akan jujur setelah Putra menyelesaikan kegiatan KKN.

Satu bulan lebih tidak bertemu menciptakan rasa yang lebih dari sekedar menggebu. Lebay memang, tapi mau bagaimana lagi? Orang yang sedang jatuh cinta selalu berlebihan dalam mendefinisikan segala sesuatu.

Tidak terhitung berapa kali jemari lentik Fay hampir menyentuh tombol panggilan video. Beruntung pengendalian dirinya mulai terbentuk dengan baik sehingga kerinduannya hanya berakhir dalam kolom chat.

Getaran ponsel membuat gadis itu menoleh ke arah tempat tidur. Benda berbentuk pipih itu menyala, menandakan sebuah chat masuk. Fay dapat menebak sang pengirim pesan. Embusan napas terdengar berat.

Fay yang sejak tadi berdiri di depan cermin melanjutkan aktivitasnya, menyisir rambut. Bukan sebab dirinya akan pergi dengan Ayyas. Berpenampilan rapi memang sudah menjadi keharusan untuknya.

Fay memperhatikan bayangannya sendiri. Kemeja putih berlengan pendek dibalut jumpsuit membalut tubuhnya. Raut tak semangat menghiasi wajahnya. Rasa berat dalam hatinya berusaha ia lawan. Ada rasa sesal telah mengiyakan ajakan Ayyas.

Seharusnya, Fay terus mengabaikan pesan-pesan yang masuk dari lelaki itu. Namun, meski sudah berkali-kali menyalahkan perasaan tak teganya, Fay akan tetap kembali menjadi gadis terlalu baik.

Ia berjalan ke arah tempat tidur, mengambil ponselnya dan membaca pesan dari Ayyas.

Kak Ayyas: Aku udah di depan

Tak mau repot membalas, Fay keluar ruangan lalu mengunci pintu. Flats hoes berwarna cream membawa langkahnya menghampiri lelaki itu yang tengah bersandar di badan mobil.

Seperti biasa, Ayyas terlihat tampan dan berkarisma. Namun, semua yang dimilikinya selalu gagal menyentuh hati Fay.

"Udah siap?" pertanyaan tersebut ia balas dengan anggukan.

Ayyas dengan sigap membukakan pintu, memperlakukannya bagai seorang putri. Bukankah seharusnya Fay bersukur? Posisinya sekarang menjadi impian semua gadis.

Ayyas duduk di belakang kemudi. Penampilannya kali ini terlihat berbeda. Tidak ada kemeja yang membalut tubuh berototnya. Lelaki itu hanya mengenakan kaos polos dan jaket berbahan jeans. Ah, ya. Tidak lupa dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Kurang apa lagi lelaki di sebelahnya?

"Udah sarapan?"

"Belum," jawab Fay singkat lalu beralih menatap ponsel di genggamannya.

"Kenapa belum sarapan?"

Cutie Fay (Pre Order)Where stories live. Discover now