Bagian 16

136 34 2
                                    

Mengalihkan perasaan ke lain hati bukan tugas yang mudah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mengalihkan perasaan ke lain hati bukan tugas yang mudah.
***

Gadis dengan rambut diikat kuda itu berusaha menikmati keadaan sekitar, termasuk kebersamaannya dengan sosok yang memintanya menemani jalan-jalan sebelum besok kembali ke kampung halaman.

Fay terpaksa, tapi merasa tak tega juga terus mengabaikan lelaki di sebelahnya. Terkadang ia kesal dengan sifat tak enakannya yang berakhir menyiksa diri.

Sisi lain hatinya mendorong Fay untuk belajar menerima Ayyas. Lelaki baik, dewasa, sukses dan tentu saja kedua keluarga setuju dengan hubungan mereka.

Apa lagi yang Fay cari?

Berbicara perihal perasaan memang tidak akan ada habisnya. Bukan karena Ayyas yang kurang berjuang, melainkan sebab dirinya yang terus menutup akses dan mencoba melarikan diri.

Fay yang berada dalam pelarian bertemu Putra. Sosok berpenampilan sederhana yang kerap membuatnya terpesona. Masih Fay ingat jelas bagaimana pertama kali dirinya melihat lelaki itu.

Lobi gedung PBSI adalah saksi seorang Fayli Anggia Putri jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu, Fay sedang menunggu Zemima yang tengah mengambil monitoring. Suara benda jatuh membuatnya mengalihkan pandangan hingga didapatinya dua mahasiswa berlainan jenis sedang merapikan buku yang berceceran.

"Maaf, saya tidak sengaja."

Fay dapat mendengar suara halus tersebut keluar dari bibir lelaki berkemeja kotak-kotak.

"Nggak ada yang luka, kan?" tanya lelaki itu lagi.

Jawaban terbata-bata yang diberikan lawan bicaranya membuat Fay mengernyit. Gadis yang mengenakan rok di bawah lutut itu mengaitkan rambut ke belakang telinga, tampak salah tingkah. Fay kenal dengan gadis itu. Namanya Elena, mahasiswi hits dari jurusan design fashion yang merupakan ketua UKM D'Krest.

Setelah Elena pergi membawa serta rona di wajahnya, Fay jadi penasaran dengan sosok yang berdiri membelakanginya.

Dia bergerak lalu berbalik, tampak sedang mencari keberadaan seseorang. Bertepatan dengan itu, cahaya matahari menyorot ke tubuh jangkungnya.

Fay terpukau dengan pemandangan  tersebut. Banyak lelaki tampan yang ia temui sebelumnya, tapi ketampanan lelaki di depannya berbeda.

Matanya tampak tajam pula garis rahangnya yang tegas. Fay tidak bisa mendeskripsikannya secara detail. Namun, satu hal pasti, wajah lelaki itu mirip dengan tokoh anime.

"Mau beli novel nggak?"

Fay tersentak. Sejak tadi, dirinya malah melamun, mengabaikan keberadaan Ayyas. Sempat tergagu, ia menggeleng. Fay jadi teringat Putra. Ia belum sempat membaca novel pemberian lelaki itu.

"Kamu masih suka baca, kan?" tanya Ayyas yang sangat tahu hobinya sejak dulu.

Sebuah anggukan ia berikan. "Dua hari lalu aku baru beli."

Cutie Fay (Pre Order)Where stories live. Discover now