Ada beberapa orang yang tidak bisa kamu tolak keberadaannya. Sekeras apa pun menghindar, semesta lebih berkuasa untuk mendekatkan.
***Keadaan kedai cukup ramai. Kebetulan waktu istirahat para pekerja telah tiba. Dua manusia berlainan jenis sibuk dengan kegiatan masing-masing. Lelaki berwajah putih bersih tampak menikmati makanannya, berbeda dengan gadis berambut sepunggung yang terlihat tidak berselera. Berkali-kali embusan napas berat keluar dari bibir tipisnya.
Fay mengalihkan pandangan pada sosok di seberangnya. Setelah adegan memeluk di depan kosan, ia langsung menarik Ayyas pergi. Fay sadar betul bahwa mereka tengah diawasi. Sekarang pasti dirinya sedang menjadi bahan gosip.
Tadi, Fay sempat melirik beberapa chat yang masuk ke ponselnya. Nama Zemima tertera di sana dan mengirim banyak pesan. Tidak ketinggalan dengan grup kosannya yang tampak ramai dan men-tag-nya.
Menyimpan sendok, Fay menggeser piring di atas meja yang masih tersisa banyak. Ia merasa tidak betah dan ingin segera pulang untuk tidur.
Apa yang terjadi di luar ekspektasinya. Bukankah seharusnya hari ini Fay bahagia? Hubungannya dan Putra mulai ada kemajuan, tapi kehadiran tidak terduga Ayyas membuat suasana hatinya buruk.
"Gimana kabar kamu?"
Setelah hampir satu jam, pertanyaan itu keluar dari bibir Ayyas.
Fay berusaha menarik kedua sudut bibirnya, memaksakan senyum. "Baik."
"Sukurlah. Tante Fara selalu khawatir karena putri bungsunya nggak pulang-pulang." Embusan napas lega terdengar dari lelaki di seberangnya. Ayyas mengambil segelas jus jeruk dan meneguknya.
"Kenapa Kak Ayyas nggak bilang mau dateng?"
Lelaki itu menyimpan gelas lalu kembali menatapnya. "Kejutan!"
Fay memang benar-benar terkejut dibuatnya, bahkan sampai sekarang ia masih ingin menyangkal keberadaan Ayyas. Fay berharap dirinya sedang bermimpi sekarang. Namun, setelah menunggu lama, ia tak kunjung bangun.
"Tapi bukannya Tante Fara pernah bilang kalau aku mau jenguk?" tanya lelaki.
Memang benar sang mama pernah mengatakan hal tersebut, tapi Fay kira Fara hanya menakuti agar dirinya pulang.
"Aku kira itu nggak serius."
"Emang kapan aku nggak serius, Fay?" Ayyas bertanya dengan tatapan yang berubah tegas. Fay sampai menurunkan kedua tangan dari meja lalu meremas jemarinya satu sama lain.
"Dari dulu, aku serius. Kamu yang selalu menganggap semuanya main-main."
Fay menunduk dalam. Ingin rasanya ia menutup kedua telinga, tidak mau mendengar kalimat lain yang membuatnya semakin terasa terpenjara.
"Kak Ayyas, bisa nggak jangan bahas itu dulu? Aku ... belum siap," ucap Fay lirih.
Terdengar helaan napas dari sosok di seberangnya. Ayyas yang berusaha sabar memberikan anggukan. "Oke, kita ganti topik kalau itu bikin kamu nggak nyaman."
YOU ARE READING
Cutie Fay (Pre Order)
Teen FictionBagi Pringgabaya Putra, jatuh cinta adalah hal paling rumit dan membutuhkan banyak waktu. Namun, anggapannya salah ketika ia dipertemukan dengan sosok Fay, seorang kakak tingkat yang datang tanpa diundang membawa serta sepucuk surat cinta untuknya. ...