Bagian 17

145 35 6
                                    

Begitu beruntung orang yang mendapat cinta begitu dalam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Begitu beruntung orang yang mendapat cinta begitu dalam. Namun, rasa yang saling berbalas akan lebih membahagiakan.
***

Lelaki itu melajukan kendaraan beroda dua, memasuki halaman rumahnya. Putra baru selesai mengantarkan jahitan milik pelanggan ibunya. Memarkirkan matic putihnya, ia tidak langsung turun melainkan memeriksa chat dari seseorang.

Fay: Baru selesai bimbingan
Fay: Lo sendiri lagi apa?

Tidak ada yang spesial dari pesan tersebut, tapi Putra cukup merasa bahagia. Ia tidak tahu kalau hanya berkirim kabar dengan Fay akan menciptakan buncahan dalam dadanya.

Selesai membalas chat dari gadis itu, ia turun dari motor. Suara mesin jahit menyambut kedatangannya. Sejak kecil, Putra sudah terbiasa mendengarnya. Maya hobi menjahit dan kerap membuat pakaian keluarga dengan tangannya sendiri.

Dulu, menjahit hanya sekedar hobi, tapi setelah kepergian sang ayah, Maya menjadikan hobinya sebagai bagian pekerjaan.

"Assalamu'alaikum." Putra mengucapkan salam setelah memutar knop pintu. Terdengar balasan dari dalam sana. Ruangan khusus yang sering digunakan ibunya untuk menjahit.

Membicarakan soal rumah, Putra tinggal di sebuah bangunan yang cukup sederhana. Tidak besar atau terlalu kecil. Tidak pula bertingkat dua atau tiga. Desain rumahnya juga tidak kekinian. Halaman rumahnya tak terlalu luas, tapi bisa ditanami bunga-bunga.

Kalau hari Minggu, ibunya dan Alisa selalu menyempatkan diri untuk berkebun. Mereka benar-benar merawatnya dengan baik sehingga taman buatan tersebut tumbuh dengan indah dan subur. Beberapa tetangganya bahkan kerap memberikan pujian. Ada juga yang meminta bibit dan bertanya tentang cara merawat bunga yang baik.

"Ibu nggak pegel duduk terus?" tanya Putra memasuki ruang kerja Maya.

Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Berbagai macam pakaian dengan desain berbeda tergantung rapi. Di sudut ruangan, tepatnya di atas meja, terdapat kain-kain yang masih terlipat, belum tersentuh sama sekali. Putra senang karena orang-orang memberikan kepercayaan kepada ibunya. Namun, di sisi lain ada perasaan tak tega melihat sang ibu yang sering keteteran.

"Pegel sedikit, nanti ibu istirahat," jawab Maya dengan tatapan tertuju pada mesin di depannya.

"Istirahat sekarang, Bu. Jangan terlalu diforsir, nanti ibu sakit." Putra mengambil kursi plastik dan duduk di sana. Diperhatikannya sang ibu dari samping.  Rambut yang dulu tampak hitam legam kini mulai memutih. Tatapan Putra turun menuju wajah Maya. Kulitnya sudah tidak sekencang sebelumya. Terdapat keriput di beberapa bagian.

"Iya, sebentar lagi, tanggung." Wanita paruh baya itu meliriknya disertai senyum simpul.

Putra menghela napas. Ia kemudian melihat tumpukan kertas berisi contoh desain baju. Membuka lembaran di tangannya, lelaki itu beralih pada sang ibu.

Cutie Fay (Pre Order)Where stories live. Discover now