Bagian 23

117 33 0
                                    

Seberapa penting kepercayaan dalam sebuah hubungan?***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seberapa penting kepercayaan dalam sebuah hubungan?
***

Gadis itu keluar ruangan dengan raut lega. Setelah berusaha keras menyelesaikan skripsi berbulan-bulan dengan rasa frustasi, akhirnya hari ini datang juga.

Menjadi orang terakhir yang memasuki ruangan sempat membuat Fay khawatir. Melihat teman-temannya menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari tiga dosen penguji dengan lancar, ia menjadi tidak percaya diri.

Fay masih begitu ingat, bagaimana dirinya pernah benar-benar down. Ia sampai dua kali mengganti topik dan membuat ulang proposal.

Sepulang bimbingan dari rumah dosen, Fay pernah menangis di depan Zemima. Bukan karena mendapat omelan atau banyak terdapat kesalahan dalam proposalnya. Ia hanya merasa tidak mengerti dengan penjelasan sang dosen. Fay seperti orang paling bodoh di antara para mahasiswa yang lain.

Ia mengangguk seolah paham, padahal otak dan batinnya berperang. Sepanjang perjalanan pulang, mata Fay terus berkaca-kaca. Ia bingung apa saja yang harus diperbaiki dan bagaimana caranya.

Tiba-tiba saja semuanya terasa blank. Fay sampai mengurung diri di kamar selama berhari-hari. Air matanya akan jatuh tiba-tiba karena mengkhawatirkan masa depannya. Rasanya Fay ingin menyerah saja, tapi ia tidak bisa bersikap seenaknya. Ada banyak orang yang akan kecewa jika dirinya tidak lulus.

Pada akhirnya Fay mengambil opsi lain sesuai usulan Zemima. Ia mengganti topik proposalnya dan mengganti salah satu pembimbing guna menyesuaikan dengan topik yang ia ambil. Setelah itu, sidang proposal Fay berjalan dengan lancar. Topik yang ia pilih disetujui dan berlanjut fokus menyelesaikan skripsi.

Perjuangan Fay semakin berat. Ia sering bolak balik ke kampus untuk bimbingan.
Rasa sabarnya tidak serta merta menipis saat dirinya dihadapkan dengan dosbing yang sulit ditemui, padahal mereka sudah membuat janji. Fay sampai sering pulang malam karena harus bimbingan di rumah dosen yang jaraknya dari kosan tidak bisa dibilang dekat.

Fay berusaha menjaga stamina karena ia juga harus turun ke lapangan untuk melakukan wawancara, menyebar kuesioner hingga rutin begadang untuk menyelesaikan revisi.

Kini, perjuangannya telah menemukan titik akhir. Good bye skripsi dan welcome dunia kerja yang belum terbayangkan bagaimana sulitnya.

"Fay! Selamat, ya!"

Gadis itu mengalihkan pandangan pada segerombolan teman satu kosannya. Zemima yang sudah lebih dulu sidang langsung memeluknya.

"Akhirnya pecah telur juga!" seruan Anita diangguki yang lain.

Fay tertawa melihat kegaduhan teman-temannya. Mereka memakaikan selempang bertuliskan 'Fayli Anggia Putri, S.Pd' ke tubuhnya. Tak ketinggalan beberapa tangkai bunga dan buket makanan ringan yang mereka bawa.

Cutie Fay (Pre Order)Where stories live. Discover now