[28] Berakhir Sampai Di Sini

377 37 18
                                    

Satu hari sebelumnya.

Suara berisik itu memang mengganggu telinga, namun bagi sebagian orang musik ini bagaikan candu yang akan terus merasuk ke dalam tubuhnya dan membuat mereka bahagia. Intinya, berisik membuat penat mereka hilang.

Perempuan itu sudah tidak sanggup mengangkat kepala, dia menjatuhkan dahinya di atas meja yang penuh dengan sampah dan botol minuman. Hanya ada dua orang yang duduk di sebelahnya, sedangkan sisanya sibuk mencari mangsa atau setidaknya mengikuti irama musik dugem ini.

"Sal, lo masih hidup kan?"

Dia mengerang.

"Gila lo anjir, lo nggak kuat minum, belagu mau minum lagi."

Salsa merengut dalam setengah sadarnya. Dua sahabat Salsa saling pandang saja.

"Diapain nih bocah?"

"Lo kuat bawa dia ke kosan?"

"Nggak lah. Dia berat."

Salsa berdiri tegak, menggeleng-geleng berusaha menyadarkan dirinya. "Brengsek!"

Dua orang sahabat Salsa ini berjengit.

"Brengsek emang lo bajingan!"

"Sal! Jangan berisik!"

Salsa menghempas tangan si sahabatnya. "Hush!"

Mereka yang diam sekarang.

"Gue kurang apa sih? Gue cantik, gue seksi, gue bahkan punya duit, tapi kenapa si Damar nggak mau sama gue? Kenapa?!"

"Sal, mungkin lo bukan tipenya."

Salsa yang sudah mabuk itu tertawa geli, rambutnya berantakan mirip singa, tidak peduli lagi dengan dunia nyata. Sahabatnya saja bahkan sudah bersusah payah menutupi rok pendek anak ini.

"Nggak mungkin, nggak mungkin tipe dia bukan gue, itu nggak mungkin!"

Dua sahabat Salsa menarik napas. Lelah.

Salsa mulai menangis. "Gue naksir dia dari lama, dan dia tolak gue gitu aja? Bajingan banget! Anj***, b****!"

Seluruh kalimat kasar itu keluar dari bibir manisnya, dua sahabatnya itu berusaha menahan tubuh Salsa agar tidak oleng atau muntah. Paling tidak dia masih bisa bersandar.

"Udah beneran kena mental ini cewek."

"Iya, lagian apa cakepnya si Damar sih?"

"Lumayan lah, cowok Sunda."

"Salsa juga Sunda ya."

"Oh iya ya." Akhirnya mereka menggaruk-garuk saja.

Salsa membuka mata lagi, mengambil ponselnya dan menekan sesuatu di sana. Dua sahabatnya sudah mencoba menahan, khawatir jika tangan Salsa justru membuat hari ini berubah menjadi panjang.

Tapi Salsa menolak.

"Halo?"

Dua orang itu menghela lagi.

"Radit! Jemput gue!"

Mereka menoleh dan membelak. Dasar cewek gila!

Radit yang sedang asyik nongkrong di angkringan mengernyit mendengar suara Salsa lain dari biasanya. "Jemput ke mana?"

"Di sini, masa lo nggak tahu sih? Ah!"

"Lo mabuk, Sal?" tanya Radit, sontak teman tongkrongannya terdiam, mendengarkan.

Salsa terkekeh. "Nggak kok, gue cuma icip dikit."

Radit menghela. "Lo dimana? Kirim lokasi."

"Lo beneran mau jemput gue? Baik banget sih mantan gue yang satu ini, jadi makin sayang."

Suami Impian - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang