[7] Melamar?

265 37 14
                                    

Kyuhyun menaikan kacamata di hidungnya yang turun semakin ke bawah, di tangannya saat ini sebuah berkas mengenai program kerja yang harus dia lakukan ke depannya mewakili perusahaan Buyme tersusun amat rapi serta jelas. Ada beberapa rancangan program tanggung jawab sosial bersama sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang lingkungan, juga sebuah rancangan program membantu pemerintah. Semua ini harus diketahui dirinya sebagai pemegang utama perusahaan start up tersebut.

Meski begitu, rentetan kalimat itu hanya sekadar masuk ke otaknya. Wajah serius yang saat ini menjadi topeng, hanya terpampang saja, nyatanya dia tengah tidak berada di tempat. Pikiran Kyuhyun bergerak pada kejadian minggu lalu, saat bersama Seohyun dan mereka berkencan untuk saling mengenal.

Hingga dia mengakhiri kencan mereka dengan sebuah kalimat yang pastinya membuat amarah Seohyun semakin memuncak. Kyuhyun mengalihkan matanya.

Apa keputusannya tepat? Mengenal Seohyun dan menjadikannya istri? Apa itu pilihan yang sesuai?

Kyuhyun tidak punya tipe ideal selama ini. Setiap ada yang menyenggolnya masalah istri, Kyuhyun hanya menjawab sekenanya saja. Selalu diawali dengan kata, "yang pasti harus seiman."

Dia tidak tahu harus mendeskripsikan bagaimana sosok pasangan hidup yang dia idamkan. Kyuhyun tidak punya bayangan. Semua perjodohan yang datang, murni dibuat oleh Bapak dan Ahra. Mereka yang merencanakan hal tersebut, dan Kyuhyun ikut saja.

Namun, saat bertemu Seohyun, mengenalnya minggu lalu, dia tetap tidak menemukan tipe ideal yang orang lain katakan. Dia merasa, Seohyun tetap seperti perempuan pada umumnya. Menyebalkan, cerewet, dan cantik.

Kyuhyun menutup berkasnya, melepaskan kacamata itu dan memijat pangkal hidungnya pelan. Kepalanya pusing. Bukan mencari jawaban atas pertanyaan retoriknya. Tetapi ketika dia harus mengingat malam itu.

Malam yang membuat Kyuhyun berpikir ulang tentang perjodohan ini.

Andai malam itu, Kyuhyun tidak mendengar percakapan Bapak dan Ahra, mungkin dia tidak akan seberani itu meminta waktu mengenal Seohyun. Namun, dia paham. Semua ini untuk dirinya. Mengobati luka hatinya.

"Ra, kita masih harus sama-sama berjuang buat adekmu."

"Iya, aku tahu."

"Bapak cocok sama calon yang ini, tapi belum tentu kamu dan Kyuhyun."

Ahra terdiam saja.

"Bapak harap, kamu memilih calon untuk adekmu, nggak salah, Ra."

"In syaa Allah, nggak, Pak."

Seketika hening sejenak di ruang keluarga yang dahulu begitu hangat dan ceria. Ahra hanya bisa memandang lurus menumbus dinding rumahnya, sedangkan Bapak tetap bergeming di tempat, entah pikirannya berada di mana.

"Apa perempuan itu bisa mengobati Kyuhyun?"

"Bapak juga nggak tahu, Ra." Bapak menghela. "Yang bapak tahu, perempuan itu setidaknya bisa membantu Kyuhyun jadi dirinya yang dulu."

Ahra lantas terdiam.

"Kyuhyun akan terus menyalahi dirinya sendiri atas kejadian hari itu, Ra. Dia nggak akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri, kalau nggak ada bantuan."

"Bapak yakin ini jalan yang tepat? Kita seakan menempatkan perempuan itu seolah jaminan."

Bapak menggeleng. "Itu memang bukan jalan yang benar, tapi bapak melihat harapan saat bertemu Seohyun."

Ahra menatap lekat wajah Bapak yang seakan mengatakan, penglihatannya tidak pernah salah.

"Seohyun perempuan yang tepat untuk Kyuhyun."

Suami Impian - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang