[11] Yang Terhebat

319 43 18
                                    

Suara denyut jantung itu begitu nyaring di telinga, ditambah langkah kaki yang terburu, terseok, dorongan roda yang berputar menjadi suara khas selama kiranya 3 hari di tempat serba putih ini. Sekelilingnya hanya dinding putih dengan batas bawahnya warna biru telur asin. Kanan kirinya adalah ranjang, sebelah kanan diisi oleh penderita diabetes, sedangkan sebelah kirinya diisi oleh pria seusia dia namun baru saja menjalani operasi jantung dan tengah pemulihan.

Kini, dia ada di antara mereka.

"Abah."

Abah, pria itu menoleh sewaktu suara putrinya yang lembut mengudara. Perempuan itu datang dengan pakaian kasual, bersama suaminya, yang menikah 3 hari lalu. Abah mencoba tersenyum.

"Ngapain kemari? Harusnya pulang."

Seohyun mendengus sebal, menaruh tasnya di bawah kaki Abah. Masih dia ingat bagaimana di hari pernikahannya, diam-diam Abah ke rumah sakit sendirian karena merasa kepalanya pusing. Dan dokter meminta Abah dirawat tengah malam itu juga. Lantas, bagaimana bisa Seohyun membiarkan Abah sendirian lagi untuk kedua kali.

"Abah udah makan belum?"

Abah menunjuk tanda di bawah kakinya. Seohyun melihat ada sebuah tulisan "puasa"  di sana, dan dia baru ingat, besok pagi adalah jadwal Abahnya menjalani operasi sesuai perintah dokter.

"Udah, kamu ngapain di sini? Kyu, ajak Seohyun pulang. Nggak usah jagain Abah," bujuk Abah dengan raut kesal.

"Orang adek yang minta dianter ke sini ya kan, Kyu."

Abah melotot pada putrinya. "Hush! Kok nggak sopan sama suami."

Seohyun semakin menekuk wajah.

"Kalian itu sudah menikah, ganti panggilannya pakai panggilan yang baik."

Seohyun mendumal, "Apa? Mau dipanggil ayank zombie?"

"Hah?"

Kyuhyun sendiri hampir saja mengomel kalau tidak ingat ini ada di rumah sakit. Seohyun ditatap tajam oleh Abahnya segera menggeleng.

"Nggak. Ya udah sih, Bah, namanya juga baru nikah. Masih menyesuaikan diri."

Abah tidak melanjutkan.

"Adek laper ih, mau cuci tangan dulu. Tadi adek beli nasi padang dong," ejek Seohyun pada orang berpuasa di depannya.

Abah memutar bola mata. Kepergian Seohyun membuat diam dua pria yang kini saling berhadapan. Kyuhyun duduk di sebelah Abah tepat di kursi yang ditempati istrinya. Mereka masih saling diam.

"Abah nyaman di sini? Nggak mau pindah kamar? Saya bisa minta suster pindahin Abah ke kamar VIP."

Abah menolak halus. "Nggak usah. Enak di sini, abah bisa ngobrol, dapet temen. Kalo kamar VIP sendirian."

Kyuhyun mengangguk maklum saja.

"Maaf ya, Nak, abah sudah merepotkan."

Kyuhyun segera menggeleng dan postur tubuhnya tegak kembali. "Nggak, Abah, nggak ngerepotin. Bagaimanapun saya suami Seohyun sekarang, Abah sudah jadi orang tua saya sendiri."

"Harusnya kalian bulan madu mumpung Seohyun lagi liburan kuliah."

Dalam hatinya mencemooh, cih boro-boro bulan madu. Malam pertama aja nggak ada.

Tetapi bibirnya tersenyum.

"Bulan madu bisa kapan saja, kesehatan Abah dulu yang terpenting."

Abah tersenyum tulus menatap menantunya. Meski baru tiga hari, dia menjabat sebagai mertua, tetapi dia sudah merepotkan seluruh keluarga yang ada. Bahkan keluarga besannya.

Suami Impian - ENDWhere stories live. Discover now