32. Si Vis Pacem, Para Bellum

181 33 2
                                    

TIGA PULUH DUA
Si Vis Pacem, Para Bellum

"But I got smarter, I got harder in a nick of time
Honey, I rose up from the dead, I do it all the time
I got a list of names, and yours is in red, underlined
I check it once, and then I check it twice, oh!"

Look What You Made Me Do, Taylor Swift

⠀⠀Aku menyandarkan punggung ke kursi tunggu kantor imigrasi, melipat lengan dengan tidak sabar. Bahkan seorang villain pun tidak bisa melakukan kejahatan tanpa paspor yang masih aktif enam bulan kedepan.

⠀⠀Iseng, aku membuka Instagram. Serangan itu masih ada, walaupun sudah tidak separah sebelumnya. Aku beruntung ada kasus lain yang menjadi trending topic di Indonesia tentang selingkuhan pejabat, sehingga nasibku yang mengenaskan tidak terlalu menjadi sorotan lagi. Tetap saja, kerusakannya sudah terjadi. Penjualan Aeri dan Ar Adiwirja tetap menukik turun.

⠀⠀Aku menuju satu akun fanbase EXO-L Indonesia yang cukup besar dan paling cepat update. Ada beberapa posting terbaru yang menampilkan foto Chanyeol saat sampai di Incheon kemarin. Lebih tepatnya, Chanyeol yang mengenakan oversized hoodie berwarna navy, dengan logo Aeri besar di bagian dada. Satu tangannya menyeret koper, sementara satu tangan lain memegang ponsel dengan kartu nama Ar Adiwirja di dalam casing transparannya.

⠀⠀Tentu saja, semua orang bertanya-tanya.  Bukankah Ar Adiwirja adalah Ar yang itu? Yang membuat rumor tentang Baekhyun? Lalu kenapa Chanyeol malah membawa kartu nama dan mengenakan bajunya?

⠀⠀Para fans itu akan semakin kebingungan nanti, setelah Sehun menyusul ke Incheon dua hari lagi dan mengenakan kaus Aeri. Belum lagi kalau SC sudah membagikan baju-baju Aeri—yang mereka jarah dari gudang—kepada teman-teman mereka. Semoga saja, rencana Sehun berhasil. Karena aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan kalau itu gagal.

⠀⠀Tepat saat aku akan keluar dari aplikasi Instagram, sebuah telepon Kakao Talk masuk. Raven. Aku cepat-cepat menerimanya.

⠀⠀"Yeoboseyo, Raven-ssi. Bagaimana?"

⠀⠀"Semua sudah disiapkan," jawab Raven dengan suara yang sedikit tidak jelas. Mungkin dia baru bangun tidur. "Apakah kau tahu betapa sulitnya membujuk Jaehyuk untuk ini? Mempertaruhkan pekerjaan dan leher kami demi pembalasanmu?"

⠀⠀"Dan aku benar-benar berterima kasih untuk itu. Seperti yang sudah kubilang, sebut saja namaku kalau ada yang bertanya. Aku akan memastikan kalian selamat."

⠀⠀"Harus. Karena aku akan sangat marah padamu kalau aku kehilangan studioku di EXOent, Ar-ssi."

⠀⠀"Ye, algesseumnida. Lagipula, bos kalian adalah temanku." Aku mengerutkan hidung, tapi tetap tersenyum tipis.

⠀⠀Seoul sedang panas-panasnya ketika aku datang di bulan Agustus. Serius, padahal suhu hari ini sama dengan Jakarta—29° Celcius. Tapi panasnya benar-benar berbeda, tipe panas yang lembab dan sumpek seperti berada di dalam basement.

⠀⠀Aku turun dari bus, mendongak pada gedung EXOent. Layar raksasa menampilkan potongan MV dari album solo Baekhyun. Bibirku langsung tertekuk ke satu sudut, mencibir sebal. Bisnisku hampir hancur lebur karenanya, tapi dia masih bisa tersenyum lebar ke kamera tanpa kehilangan sedikitpun uang.

⠀⠀Hidup memang tidak adil, tapi kalau soal berbagi penderitaan, aku akan memaksanya menjadi adil dengan tanganku sendiri.

⠀⠀Menenteng book tote hitam Dior, aku masuk ke dalam EXObuilding. Orang-orang menoleh—kombinasi antara rambut merah terangku yang baru di touch up, lipstik wine red super gelap, blazer dress hitam sepaha dengan belt, serta heels YSL Opyum kesayanganku. Aku berjalan tanpa menoleh sedikitpun, dan security langsung memberikan guest ID tanpa meminta identitas lagi. Semua staf di lobby kantor menoleh, saling colek dan berbisik. Pasti mereka tahu, kemunculanku disini akan membawa keributan lain.

The VillainWhere stories live. Discover now