30. Public Enemy No.1

172 32 3
                                    

TIGA PULUH
Public Enemy No.1

"The rumors are terrible and cruel but honey, most of them are true…"

New Romantics, Taylor Swift

⠀⠀Satu bulan setelah pulang dari Seoul, hidupku sepertinya berjalan dengan biasa saja. Mengurus butik, merencanakan koleksi terbaru Ar Adiwirja dan Aeri. Mendapat surprise ulang tahun dari Geng Tenabang yang bekerja sama dengan SaSe, bahkan Chanyeol pun muncul dengan alasan SC ada schedule di Bali.

⠀⠀Cicilan ruko tinggal sedikit lagi, dan meski belum sebooming Kiayu, Ar Adiwirja mulai mendapat lebih banyak order. Penjualan Aeri juga stabil. Everything's on track.

⠀⠀Namun, seharusnya aku lebih waspada.

⠀⠀Di hari Senin pagi yang cerah itu, aku sedang asyik-asyiknya molor. Bagaimana tidak, kemarin aku harus meng-assist tiga bride sekaligus di lokasi yang berbeda. Yang satu di Granadi, satu lagi di Balai Samudra, dan terakhir Serpong. Tidak heran kan kalau sekarang badanku terasa remuk?

⠀⠀Sayangnya, ponselku tidak henti bergetar di atas nightstand. Ada telepon masuk. Dengan mata yang masih belum terbuka sepenuhnya, aku meraih ponsel itu. Menemukan nama Saskiw di caller ID. Apa lagi sih ini?

⠀⠀"Ar, you okay?" suara Sas langsung terdengar, nadanya khawatir.

⠀⠀"Heh?" Keningku berkerut. "Emangnya kenapa?"

⠀⠀"Lu baru bangun ya? Udah liat fanbase belom? Coy, ada yang bikin hate thread tentang Baekhyun gitu di Twitter! Udah viral banget!"

⠀⠀"Terus hubungannya sama gue okay apa?"

⠀⠀"Emailnya pake nama lu! Terus pas ditanya dia siapa, ngasih cluenya juga kayak identitas lu!"

⠀⠀"WHAAAAT?!" Aku terlonjak, mata benar-benar melek sekarang.

⠀⠀"Ini gue otw ke butik, udah deket. Lu tenang ya!"

⠀⠀Setelah Sas menutup telepon, aku langsung mengecek ponsel—yang ternyata memang telah berubah menjadi nightmare. Notifikasi tidak henti masuk ke Instagram dan semua media sosialku. Ada ribuan komentar di unggahan terbaruku, berisi segala macam makian dalam berbagai bahasa yang ada di dunia.

⠀⠀Tanganku terasa dingin, dan selama beberapa detik, aku tidak bisa berpikir. Hanya menatap deretan komentar yang terus bertambah, tentang betapa menyedihkannya aku karena harus pansos pada idol sebesar Baekhyun.

⠀⠀Dengan jari yang gemetaran, aku cepat-cepat mengunci akun. Kemudian, aku mengirim report pada Instagram bahwa akunku mengalami defamation masif dan aku meminta mereka untuk menyelamatkan akun pribadi dan bisnisku hingga aku menyelesaikan kasus yang terjadi. Dalam hati, aku berdoa sekuat mungkin agar Instagram membacanya.

⠀⠀Tidak hanya di kolom komentar, DMku pun penuh. Benar-benar penuh. Lagi-lagi, begitu banyak kata makian, bahkan ancaman.

⠀⠀Seluruh tubuhku terasa sulit digerakkan, tapi aku memaksa diri untuk bangkit, berjalan dengan sempoyongan ke kamar mandi. Apapun yang terjadi, aku harus memulai hari dan mempersiapkan diriku untuk menghadapinya.

⠀⠀Ketika aku keluar dari kamar mandi dan berpakaian, masih banyak notifikasi yang masuk. Kali ini bukan Instagram, tapi Twitter. Aku mengerang dalam hati. Akun pribadiku pasti sudah digeprek habis-habisan oleh masyarakat Twitter, dan aku harus mengikhlaskannya. Jadi, aku menggunakan fake account yang biasanya khusus untuk fangirling, dan memantau keadaan.

The VillainWhere stories live. Discover now