Bab 23

100 78 253
                                    

- D -

Baik Delisa maupun Akram, mereka sama-sama terkejut saat hasil ulangan dibagikan. Bayu dan Yudha bergantian menertawai satu sama lain. Mereka sama-sama mengulang. Bayu mendapatkan nilai 45, sedangkan Yudha 46.

Akram berdecak kesal. Nilainya memang tinggi dibanding Delisa. Delisa mendapatkan nilai 58, sedangkan Akram 60. Tapi bagaimana pun juga, mereka harus mengulang ulangan tersebut.

"Dasar pak guru sialan, seharusnya dia memberikan soal sesuai dengan materi"

"Bilang saja kau tidak belajar" celutuk Delisa merendahkan

"Apa bedanya dengan kau? Kau juga mengulang"

"Itu karena aku tidak belajar sampai materi akhir. Coba saja aku belajar sampai akhir, mungkin aku tidak akan mengulang seperti kau"

"Bagaimana kalau nanti malam, kalian pergi bersama ke karaoke Bunga? Kalian bisa sekalian bahas ulangan itu kan?"

"Seperti tidak ada saja yang mau dibahas selain ulangan" timpal Delisa tak terima. "Tapi aku sudah janji dengan Niko"

"Niko Niko Niko. Selalu Niko" balas Akram dengan nada merendah

"Memangnya kenapa? Masalah?" tanya Delisa tak terima

"Lisa"

Tomi memanggilnya dari belakang. Dengan ragu, ia berjalan menghampiri mereka bertiga.

"Kepala sekolah memanggil mu"

Lisa menarik nafasnya sejenak, berterimakasih kepada Tomi lalu berjalan keluar dari kelasnya. Sedang Akram yang sedari tadi menatap kepergiannya seakan mengerti apa yang akan dihadapi Delisa nantinya.

"Ah..."

Delisa melirih saat ia berjalan melewati koridor. Tidak banyak siswa siswi disana yang menyapanya. Beberapa dari mereka bahkan ada yang menatap Delisa dengan sinis.

"Sial" lirihnya lagi

***

"Bukankah kau sudah belajar tadi malam?"

Suara berat kepala sekolah memenuhi ruangan siang itu. Matahari sangat terik dari luar jendela. Untung saja ada mesin pendingin diruangan kepala sekolah, maka Delisa tak perlu merasa gerah berada disana.

Ya... seharusnya begitu.

Hanya saja siang itu, Delisa merasa gerah dan risih saat berada diruangan papanya. Ia mencoba bersikap seperti normal. Merasa menyesal dan tak akan mengulanginya lagi.

"Akhir-akhir ini kau banyak bermain" sambung kepala sekolah kepada anak pertamanya. "Bukannya papa melarang mu bermain, tapi kau juga harus memperhatikan sekolah mu, perhatikan nilai-nilai mu. Kau tak bisa terus-terusan mendapatkan nilai seperti ini"

Delisa hanya mendengarkan tanpa berucap sepatah kata pun. Sesekali ia melihat pemandangan dari luar jendela, memikirkan hal-hal yang menurutnya menyenangkan dari pada mendengarkan ceramah papanya.

"Bukankah kau dekat dengan Adelia, kau bisa belajar dengannya kan? Seharusnya kau mencontoh Adelia"

Delisa menarik nafasnya sejenak, ia mengangguk sebagai tanda mengerti dan siap untuk mendengarkan penjelasan selanjutnya.

"Setelah ini kau akan naik ke kelas tiga, dan setelah itu kau akan masuk kuliah. Kalau nilai mu selalu dibawah rata-rata, kau bisa kesulitan mencari kampus"

Delisa meremas pakaiannya, berusaha untuk tidak merasa kesal saat kepala sekolah menasehatinya.

"Semester depan papa akan memasukkan mu les. Itu akan membantu mu untuk meningkatkan nilai"

Cinta ABCD [ON GOING]Where stories live. Discover now