Bab 13 : Horrible White

112 17 0
                                    

"Hongjoong, kemana saja kau?"

"Yak...! Hyung, kenapa kau kabur?"

"Hyung, kita terlambat! Kau bahkan belum berias?!"

Dan pertanyaan serta tuntutan lainnya ditujukan pada Hongjoong yang hanya bisa tersenyum hambar dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Segera ia diseret menuju ruang tunggu untuk berias tanpa menunggu penjelasan dari mulutnya.

Hongjoong dirias dengan cepat namun tak mengurangi ketampanannya kecuali pipinya yang masih nampak kebiruan harus dipoles dengan tebal. Staff sempat bertanya pada Hongjoong masalah pipinya namun ia berbohong mengatakan kalau ia hanya tak sengaja menabrak dinding karena ruangan gelap. Sungguh alasan tak masuk akal bagi para membernya.

Namun tak perlu usaha keras untuk membuat semua orang percaya perkataan sang kapten. Para staf bahkan sempat tertawa menanggapi kekonyolan itu, tapi tidak untuk para member. Mereka menunduk dalam diam karena mereka tau apa yang sebenarnya terjadi.

Kini ia masih bergelut dengan pakaian namun dengan ditemani tujuh pasang tatapan tajam yang bisa saja melubangi badannya.

"Bisakah kalian berhenti menatapku dan lakukan pekerjaan kalian?" Hongjoong sudah tak tahan dengan perhatian itu.

"Tidak bisa! Aku tak ingin kau kabur lagi entah kemana pun itu!" Seonghwa segera menolak.

"Ya hyung! Dan aku merasa aneh dengan dirimu belakangan ini, beberapa kali kau terlihat melamun dan tampak kosong, apa yang kau pikirkan hyung?" San menebak dengan tepat. Hongjoong memang sedang memikirkan sesuatu. Kejadian ledakan yang akan terjadi terus menghantuinya, apalagi tidak ada jejak bom ataupun bahan peledak lainnya. Lalu apakah semuanya akan terjadi lagi?

Sesuatu yang menyakitkan berhasil menariknya kembali ke kenyataan. Wooyoung menekan pipi Hongjoong yang memar tanpa perasaan dan berhasil membuat sang korban berteriak nyaring. Wooyoung malah tertawa, menambah kegeraman hati Hongjoong.

"Sialan kau Wooyoung! Aku akan menghukummu! Aku pasti akan menghukummu!!" Hongjoong berteriak dengan paksaan karena pipinya masih terasa berdenyut. Entah bagaimana ia akan melakukan rap nantinya. Wooyoung akan segera memasuki blacklist Hongjoong.

***

ATEEZ berhasil menyelesaikan penampilan pertama mereka dengan mulus walau Hongjoong kewalahan dengan pipinya. Selain itu ia juga beberapa kali hampir salah mengingat koreo karena apa yang akan terjadi terus menghantuinya.

Inilah saatnya, Hongjoong was-was bukan main, pandangannya mengedar ke segala arah mengamati situasi. Kekhawatiran dari membernya bahkan tak bisa membuyarkan pandangannya. Hingga matanya sampai pada titik yang membuatnya berpikir dua kali.

Maksman. Diantara staff yang berlalu lalang, makhluk itu berdiri mematung memperhatikan kami. Tidak ada yang menyadari keberadaannya dan Hongjoong segera menyimpulkan bahwa kejadian ini ada kaitannya dengan makhluk itu. Mengabaikan segala akal sehat dan ketidakpercayaan, Hongjoong berlari mendekati maksman dan mengabaikan semua teriakan member yang khawatir.

Sepertinya tak ada yang bisa menghentikan langkahnya, selain suara ledakan yang terjadi di belakang Hongjoong tempat membernya berdiri. Padahal ia sebentar lagi mendekati Maksman dan mungkin juga jawaban dari semua ini, tinggal 2 meter saja.

Hongjoong tak berani menoleh, ia hanya bisa menahan amarah dan rasa bersalah yang semakin membludak di hatinya, tangisnya hampir meledak dan ditatapnya maksman lekad dengan tatapan penuh niat membunuh. Namun sesuatu dari makhluk itu membangkitkan sosok Hongjoong yang mengerikan. Dibalik topeng itu entah bagaimana Hongjoong bisa mengetahui kalau Maksman sedang tersenyum puas kepadanya. Aura makhluk itu begitu mengerikan namun Hongjoong pun sama, rasa takut dan kemarahan itu membentuk emosi baru.

Hingga akhirnya makhluk itu hilang begitu saja dari hadapan Hongjoong dan kini ketakutannya semakin menjadi karena ia harus berbalik melihat kengerian di belakangnya. Tidak, tunggu...bom kedua belum meledak.

Seketika itu juga Hongjoong segera berlari menuju panggung yang sudah setengah hancur, membelah para staff yang masih bertahan. Ia mencari membernya dengan awas, menahan tangis agar pandangannya tetap tajam.

Ia berusaha memindahkan timbunan yang menitih tubuh membernya. Mengerikan. Keadaan mereka membuat Hongjoong bergiding ngeri, darah yang menggenang dan lebam yang kini berwarna ungu tak pernah luput dari pandangannya.

Waktu tidak berpihak pada Hongjoong, bom kedua meledak tanpa peringatan. Seperti sebelumnya Hongjoong terpental jauh ke kursi penonton, membuat darah lolos dari mulutnya. Sakit yang sama atau bahkan lebih parah begitu menekan jiwa dan raganya. Darah sudah membanjiri kepala dan rambut blondenya, air mata pun tersamarkan oleh warna merah.

Hongjoong menyayangkan keadaan yang kembali seperti sebelumnya. Dengan tenaga yang masih tersisa Hongjoong mengumpati dunia dan dirinya, segala penyesalan meluncur dari mulutnya yang kelu. Keadaannya semakin parah ketika ia menahan segala emosi, paru-parunya terasa dihimpit benda berat.

"Kenapa ini terjadi lagi? Apakah dunia mempermainkan kami?! Aku sudah berusaha, apa itu belum cukup? Lalu apa tujuan semua ini? Kenapa semuanya harus menjadi seperti ini?!"

"Arrrgggggghhhhh! Jika memang aku yang salah, seharusnya yang lain tak terlibat. Cukup diriku saja yang menanggung semuanya, mereka sungguh tak bersalah! Aku tidak bisa menerima ini, tidak lagi..." Hongjoong menghentakkan lantai yang telah hancur dengan kedua tangannya, membiarkan segala rasa sakit menyerangnya. Semua itu sudah tak ada artinya sekarang. Hongjoong marah, hatinya terluka, yang tersisa hanyalah emosi yang sungguh gelap. Hingga menipisnya oksigen dan letih pada tubuhnya berhasil membuat matanya terpejam membawanya tertidur dalam kegelapan.


Beberapa jam sebelumnya – dorm

Mingi gelisah, ia berjalan mondar-mandir dengan pikirannya. Ia belum tau masalah apa yang menyebabkan semua ini terjadi lagi. Hongjoong bahkan enggan untuk membuka suara. Kemana ia harus bertanya ketika hanya mereka berdualah yang menyadari semua ini.

Halateez. Mingi teringat akan cermin di kamar Hongjoong, segera ia menuntun langkahnya menuju kamar sang kapten. Ketika pintu penghalang kini berada di hadapannya keraguan menghampiri. Rasa takut sudah menyerangnya, takut akan penampakan makhluk yang cukup mengerikan baginya. Namun rasa penasaran berhasil mengusir ketakutan itu hingga membawanya ke hadapan benda tipis yang memantulkan siluet dirinya.

Lama ia menunggu, namun sama seperti Hongjoong tak ada yang muncul. Orang yang diharapkan tak kunjung muncul. Seperti Hongjoong, mingi juga mengecek setiap inci di sisi cermin, berharap menemukan sesuatu yang mungkin membawanya kepada Halateez. Namun belum sempat ia menyelesaikan pekerjaannya, matanya terasa berat dan kantuk mulai menyerang. Mingi heran dan semakin heran ketika pandangannya tertutup perlahan hingga hanya kegelapanlah yang ia temui.

Dalam kegelapan itu, Mingi menyadari ia sedang berada di tempat lain atau bahkan dunia lain. Hanya ada kegelapan di sana hingga sesuatu berwarna putih bergerak mendekatinya. Mingi tentu ketakutan, apakah itu hantu? Ia bahkan tak bisa menggerakkan badannya. Ia berdiri membeku hingga sosok yang semakin jelas berdiri di hadapannya.

Mingi gemetar dan bergidik ngeri. Maksman berdiri di depannya dengan wajah tertutup topeng, pakaian putihnya dan tingginya yang ternyata melebihi tinggi Mingi. Ia menerka tinggi makhluk itu sekitar 2 meter. Mingi semakin ngeri ketika tangan kanan berselop itu menjulur kearahnya.

Mingi heran dan juga semakin takut, namun tubuhnya bereaksi lain, tangannya juga perlahan terjulur meraih tangan tersebut. Mingi membelalak tak percaya, ini bukan tubuhnya, ia tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.

"Tidak, tidak boleh! Apa yang tanganku lakukan? Ini bukan aku!" Mingi berusaha menahan tangannya dengan sekuat tenaga namun sia-sia hingga cahaya putih menyilaukan keluar dari tangannya dan mengusir kegelapan itu. Bersamaan dengan itu semuanya lenyap.

***





TBC...


Publish : 1 Agustus 2022

Revisi : 15 Juli 2023

[END]⏳Take Me Home✴️ | ATEEZ | Theostory |Where stories live. Discover now