19 : MISI PERTAMA

32 22 24
                                    

Semburat merah mengintip di ufuk timur. Seoul belum sepenuhnya terang benderang, tetapi pria dengan pakaian olahraganya itu telah bergegas turun dari mobil yang dinaikinya. Ia menekan akses kode pintu depan, lantas melangkah memasuki pekarangan rumah.

Pria itu melangkah dan berhenti tepat di depan pintu kamar tidur yang selalu digunakan Eun Bi.

Tok! Tok! Tok!

"Eun Bi-ya! Ayo bangun. Kita harus bergegas," teriak Ha Seok sembari terus mengetuk pintu kamarnya.

Eun Bi yang masih tertidur menggeliat dan menyibakkan selimut yang membungkusnya. Ketukan pintu kamarnya tidak kunjung berhenti. Gadis itu menggeram sesaat sebelum akhirnya bangkit berdiri.

Pintu di  hadapannya terbuka menampilkan Eun Bi dengan muka bantalnya. Pria itu justru menyunggingkan senyum simpul melihat gadis itu yang terlihat dipaksa bangun dari mimpi indahnya.

"Waeyo? Mengapa kau membangunkanku sepagi ini? Matahari bahkan belum sepenuhnya muncul, Ha Seok-ah," keluh gadis itu dengan muka kesal karena tidurnya terganggu.

Ha Seok yang mendengar gadis itu memanggil namanya merasa senang. Selama ini gadis itu hanya akan berbicara langsung dengannya tanpa pernah memanggil nama. Sekalinya memanggi nama, ia akan langsung memanggilnya Ha Seok-ah layaknya teman sebaya tanpa embel-embel oppa. Sepertinya gadis itu enggan mengucapkan kata oppa di belakang nama pria itu.

"Kita harus pergi berolahraga sekarang. Kau tahu kan jika olahraga pagi adalah waktu yang tepat untuk kesehatan tubuh?" ucap Ha Seok.

"Olahraga?"

Ha Seok menganggukkan kepalanya mantap. "Sekarang segeralah bersiap-siap. Kau dapat menggunakan baju olahraga ini. Aku meminjam milik eomma. Aku rasa akan pas di tubuhmu," ucapnya seraya menyerahkan paperbag yang dibawanya dari rumah.

Eun Bi menerimanya tanpa bertanya. Ia pun segera masuk kembali ke dalam kamarnya dan berganti pakaian.

***

Aroma segar udara pagi menemani setiap langkah yang diambil. Kedua insan itu berlari mengelilingi kota. Tak hanya mereka, banyak orang lain pula yang berolahraga pagi ini. Lari pagi memang olahraga yang baik untuk tubuh. Banyak orang Korea yang menjadikannya rutinitas untuk menjaga tubuh tetap sehat.

Pemandangan Sungai Han mulai nampak di depan mata. Keduanya kini berlari melalui jembatan gantung yang berada persisi di atas Sungai Han. Eun Bi perlahan menghentikan laju larinya. Ia mengamati permukaan sungai yang tampak tenang itu.

Ha Seok yang mengetahui gadis itu berhenti pun turut menyurutkan laju larinya. Ia berbalik dan melangkah menghampiri gadis itu.

"Ada apa?"

Gadis itu terdiam. Ia terus mengamati air tenang yang dalam dan tampak menghanyutkan itu.

"Bagaimana jika pada hari itu aku benar-benar melompat ke bawah sana?" gumam Eun Bi.

Ha Seok mengikuti arah pandang gadis itu. Ia pun teringat kembali pertemuan pertamanya dengan gadis itu. Ia mengingat saat menyelamatan gadis itu yang hendak bunuh diri.

"Kita pasti tidak akan menjadi dekat seperti ini. Aku pasti tidak akan pernah mengenalmu," balas pria itu.

"Itu benar."

Ha Seok merengkuh bahu gadis itu. Ia menjajarkan tubuhnya dan menatap gadis itu. "Kau adalah orang yang kuat. Aku yakin seorang Na Eun Bi adalah gadis yang cerdas dan kuat menghadapi cobaan dalam hidup ini. Kau tidak perlu melakukannya kembali. Kau memiliki impian yang ingin diraih, bukan? Jadikan impian itu target hidupmu dan teruslah melangkah ke depan. Paham?"

Eun Bi mencerna perkataan tersebut dengan baik. Ia sangat hafal dengan sikap pria di hadapannya itu yang selalu berusaha menghiburnya dan menguatkan dirinya agar tidak roboh atau terjatuh. Seulas senyum manis di sungginggkan gadis itu. "Tentu, aku paham," ucapnya.

"Gadis pintar," balas pria itu mengusap ujung kepala gadis itu.

"Kalau begitu, ayo kita berlari lagi dan beristirahat di taman depan sana," ajak Ha Seok membangkitkan kembali semangat untuk berolahraga.

"Yang kalah harus mentraktir minuman?"

"Setuju."

Eun Bi langsung berlari lebih dahulu setelah mendengar persetujuan dari Ha Seok. 

"Ya, Na Eun Bi! Kau curang!"

***

Sang surya yang telah naik dari persembunyiannya bersinar dengan begitu cerah. Sinar hangat yang terpancar menemani beberapa orang yang mulai beraktivitas di luar ruangan. Semakin lama, banyak orang yang menggunakan kesempatan ini untuk berolahraga di luar. Taman tempat Eun Bi dan Ha Seok beristirahat ini pun mulai dipadati orang. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun turut berolahraga dengan beberapa peralatan umum yang tersedia.

Eun Bi dan Ha Seok duduk di salah satu bangku taman sembari meneguk air mineral yang baru saja di belinya. 

"Terima kasih atas traktiran sebotol airnya," ucap gadis itu setelah deru napasnya kembali normal.

"Aku sengaja mengalah darimu," balas Ha Seok tak terima jika ia kalah dari gadis itu.

Eun Bi tertawa. "Arraseo. Gomawo karena telah mengalah hari ini," ucapnya.

Gadis itu mengamati sekelilingnya. Di hari libur ini, ia dapat menyaksikan beberapa orang yang tengah berolahraga dan bersantai di taman. Gadis itu tidak menyukai keramaian, hanya saja ia selalu merasa aman di tengah keramaian. Sebab tak ada seorang pun yang akan melihatnya atau mendengar suaranya. Namun, kali ini berbeda. Ia tidak sendirian di tengah keramaian itu. Eun Bi menoleh menatap seseorang yang berada di sampingnya.

Ha Seok yang merasa ditatap pun menoleh dan beradu pandang dengan gadis itu. "Ada apa?"

Gadis itu menggeleng dengan senyuman di wajahnya. "Aku sering melakukan olahraga pagi seorang diri, tetapi hari ini benar-benar terasa berbeda."

"Apakah kau merasa lebih baik?"

"Iya, aku merasa lebih baik."

Ha Seok senang mendengar hal tersebut. Sepertinya rencananya telah berhasil. 

"Ah, aku lupa memberitahu. Sebelum kita pergi tadi, aku menaruh sesuatu di meja dapur. Saat pulang nanti kau lihat dan ambillah. Itu milikmu," ucap Ha Seok.

"Apa itu?"

"Kau akan mengetahuinya nanti. Itu salah satu bagian dari upaya kita untuk meminimalisir depresi yang kau rasakan. Pastikan untuk melakukan perintah yang tertulis," pesan Ha Seok.

Gadis itu mengangguk paham. Ia merasa sangat terbantu dengan kehadiran Ha Seok untuk mengatasi depresi yang dirasakannya. Ia berulang kali berusaha seorang diri, tetapi kondisinya tak kunjung membaik. Ada saja hal yang terjadi dalam hidupnya yang mana membuatnya kembali melangkah mundur.

"Besok kau akan datang ke pameran di Seocho-gu, kan?" tanya Ha Seok memastikan kehadiran gadis itu.

"Tentu. Aku pasti datang."

- To be continue - 

Yogyakarta | August 10th, 2022

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yogyakarta | August 10th, 2022.

Meeting You | 너를 만나다 Where stories live. Discover now