22. We are beautiful

3.3K 311 24
                                    

###

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

###

Tiga tahun kemudian.

Kanya mengelus lembut lengan yang melingkari perutnya sambil perlahan-lahan mencoba mengumpulkan nyawanya.

Perempuan itu menatap jam digital di sebelah tempat tidur yang menunjukkan pukul 6 pagi. Waktu biasanya ia bangun dan memulai aktivitas.

Setiap hari, Kanya harus mencoba melawan rasa malas karena kenyataannya tertidur sambil dipeluk Prava adalah hal yang paling menenangkan baginya. Suhu dari AC yang dingin juga tubuh Prava yang melingkupinya justru jadi perpaduan yang pas untuk membuat Kanya memiliki tidur yang berkualitas.

Setelah mengumpulkan niat, Kanya perlahan-lahan menyingkirkan tangan Prava yang masih erat melingkari tubuhnya. Biasanya laki-laki itu juga langsung otomatis terbangun setiap tubuh Kanya hilang dari jangkauannya.

"Hmm? Nya?" gumam Prava dengan mata memicing karena lampu kamar masih dimatikan dan gorden belum dibuka.

"Udah pagi, Va. Aku mau bangun," pinta Kanya sebagai kode supaya Prava melepaskan pelukannya.

"Jam berapa?" tanya Prava yang masih mengantuk.

"Udah jam 6 lebih loh, aku telat."

"Telat apa sih..." keluh Prava.

"Kalau masih ngantuk yaudah tangannya aja yang minggir, Va. Kasian nanti Kiya telat terus bete kamu mau ngeladeninnya?"

Prava menggeliat pelan kemudian duduk di atas tempat tidurnya. Ia menghembuskan napas sebal karena tidurnya terganggu tapi akhirnya laki-laki keluar dari tempat tidur.

"Yuk bareng mandinya."

"Ih?" gumam Kanya heran. "Sendiri-sendiri aja sih."

"Katanya kasian Kiya takut telat? Kan Kiya berangkat sama aku, Nya. Kalau aku telat juga gimana?"

"Sekarang kamu jadi juara satu ngeles ya, Va?" ucap Kanya sambil menepuk-nepuk pipi Prava.

Prava mengecup singkat bibir Kanya kemudian tersenyum. "I love you, Nya."

"Jawab jangan?"

Prava mengangkat bahu. "Terserah deh. Udah tahu juga you love me too."

Kanya terkekeh. "Iya itu tahu!"

"I love you, Prava," gumam Kanya pelan sambil membuka baju tidurnya.

"Kurang kenceng," komentar Prava sambil menahan senyum.

Tanpa menunggu tanggapan Kanya, laki-laki itu langsung mengulurkan tangan setelah perempuan di depannya itu selesai menanggalkan pakaian.

"Hati-hati ke sininya," ucap Prava sambil menggenggam tangan Kanya.

Kanya tersenyum. "Ini lantainya masih kering deh, gak akan kepeleset aku."

"Lebih baik mencegah daripada mengobati," jawab Prava tegas.

IdyllicWhere stories live. Discover now