17. Chairmate

2K 297 34
                                    

###

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

###

Dua puluh dua tahun yang lalu.

"Nggak apa-apa ya Ibu anter sampai sini?"

Perempuan berumur 12 tahun itu mengangguk pasrah. "Nggak apa-apa, Bu."

"Ini student cardnya Anya, disitu udah ada semua informasinya ya. Ini kelasnya Anya di 7A."

Kanya yang memakai seragam putih berompi juga rok kotak-kotak biru lagi-lagi cuma mengangguk.

"Yang betah ya, Sayang? Ibu pulang dulu. Nanti pulangnya Ibu jemput supaya Anya hafal jalan pulang dari sekolah, ya?"

Kanya sekali lagi mengangguk dan menatap kepergian Bu Indri dari depan gerbang sekolah. Perempuan berumur 12 tahun itu membuang napas mencoba menenangkan perasaan deg-degan yang melandanya tiba-tiba.

Hari ini pertama kalinya ia bersekolah cukup jauh dari rumahnya. Menurut Bu Indri, kesempatan ini harus Kanya ambil dan pergunakan dengan baik.

Kanya setuju, sih. Apalagi setelah melihat betapa keren sekolahnya. Dan ia bisa bersekolah di sini dengan cuma-cuma.

Ya gak benar-benar hasil cuma-cuma. Kanya bisa masuk ke sini karena ada seorang donatur panti asuhan tempatnya tinggal yang menawarkan beasiswa. Karena Kanya salah satu yang paling dewasa dan menginjak usia sekolah, donatur itu mendaftarkannya di sekolah ini dan membayar penuh biaya sekolahnya sampai nanti lulus SMA. Di sini.

Donatur itu bilang ia suka suara Kanya, dan sepertinya suara Kanya bisa membawa prestasi untuk sekolahnya.

Jadi di sinilah Kanya. Mencoba berbaur dengan siswa-siswi lain yang sejak tadi berdatangan dengan mobil terbaik milik orang tua mereka.

###

Kelas Kanya ada di paling depan dari koridor khusus jajaran ruangan kelas 7. Karena jam pelajaran hampir dimulai, suasana di luar kelas pun jauh lebih tenang dari ketika Kanya sampai di lingkungan sekolahnya.

Perempuan berumur 12 tahun itu masuk ke dalam kelasnya dan menatap meja-meja yang hampir terisi penuh. Ia bingung harus duduk di mana.

"Duduknya sesuai nomor absen ya," ucap seorang perempuan yang mejanya persis di dekat pintu.

Kanya tersenyum ramah dan mengangguk. "Oke, makasih ya."

"Gue Abigail, btw."

Kanya tersenyum dan menerima jabat tangan itu. "Gue Kanya."

"Oh, K ya? Coba cari ke tengah deh, kalau di sini jajaran nama dari A," jelas Abigail.

"Oke, gue cari dulu deh. Makasih ya."

Setelah selesai berkenalan singkat dengan teman pertamanya, Kanya langsung bergegas menuju barisan meja yang terletak di tengah sesuai arahan temannya itu. Tapi kemudian keningnya mengernyit bingung ketika menemukan barisan meja itu terisi penuh oleh teman-teman sekelasnya.

IdyllicWhere stories live. Discover now