13. Five months

2.1K 304 20
                                    

cw // sexual scene

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

cw // sexual scene

cw // mention vomit

###

Lima tahun sebelumnya.

Ketika Prava masuk ke dalam rumah, ia langsung disuguhi pemandangan Kanya yang sibuk menonton film dengan serius. Perempuan itu menoleh menyadari kehadiran Prava dan melambaikan tangannya sekedar menyapa.

"Kok udah pulang jam segini sih?"

"Kan hari ini cuma praktek, Nya. Lo juga gak jadi ke kantor?"

Kanya menggeleng kemudian memeragakan seolah-olah akan muntah. "Udah setengah jalan padahal."

"Masih aja ya ini all-day sickness."

"Masih banget, walaupun udah lebih mending deh guenya gak lemes-lemes banget."

Prava menarik Kanya supaya perempuan itu menyandar padanya, kemudian tangannya ia gerakkan di atas permukaan perut Kanya yang kini dengan jelas berubah. "Nightmare sih itu, Nya."

"Inget gak sih kita bisa dua minggu sekali ke rumah sakit karena lo perlu diinfus. Langganan banget rawat inap. Makan gak masuk, tapi pengen muntah terus," ucap Prava mengingat kenang-kenangan beberapa bulan ini.

Kanya mengangguk sambil sedikit menyamankan posisinya. "Sekarang masuk lima bulan sih guenya lebih kuat ya, tapi tetep nih, hobi banget bikin Maminya mual."

Prava mengelus perut buncit Kanya dengan lembut. "Anak bayi, ini Maminya mau sampai kapan dibikin mual-mual?"

"Gantian aja deh, Papi yang mual, bisa gak? Biar Papi gak usah kerja," lanjut Prava berbisik di perut Kanya.

"Apaan sih, Va," sebal Kanya walaupun ia ikut tersenyum.

Selama lima bulan hamil ini, Kanya jujur banyak tersiksa dengan rasa mual yang hadir sepanjang waktu juga tubuhnya yang lemas. Tapi harus perempuan itu akui, Prava membuat semuanya terasa lebih mungkin untuk dilewati.

"Tadi makan siangnya segimana, Nya? Abis, kan?"

"...."

"Bapak, itu Ibu makannya sedikit banget! Kayak porsi anak kecil lagi gerakan tutup mulut, tuh! Saya gak bisa ah bujuknya."

"Ah, Mbak..." lirih Kanya sedih karena Mbak Yayu mengadu pada Prava.

"Kenapa coba makannya dikit?" tanya Prava.

"Mual."

"Ya nanti muntahin aja, Kanya," ucap Prava serius. "Yang penting dicoba dulu, kan ada sari-sari makanan yang mungkin aja udah keserap tubuh sebelum dikeluarin lagi."

"Ngomong doang sih gampang, yang muntah kan bukan lo."

Prava menatap Kanya kemudian menarik perempuan itu ke dalam pelukan. "Iya, sorry, Nya. Gue kan cuma gak mau lo sama si anak bayi kurang nutrisi aja. Gak maksud marah dan sok tahu."

IdyllicOnde as histórias ganham vida. Descobre agora