Semua itu adalah hasil kerja keras dari kakek Jeffreyan dan ayahnya. Orang-orang biasanya menyebut mereka keluarga konglomerat.

Kakek Jeffreyan memang menyukai bisnis dan pintar dalam berinvestasi saham, kesukaannya itu menurun pada Ayah Jeffreyan dan sekarang menurun pada Jeffreyan.

Jadi sudah terbayang bukan keluarga Dinata sekaya apa?

Namun yang membuat publik bingung adalah-Jeffreyan membangun sekolah dasar sampai sekolah menengah atas dengan nama ANGKASA, alih-alih membangun sekolah dengan nama DINATA.

Dan di tengah kesibukannya yang luar biasa, Jeffreyan malah menjabat sebagai seorang kepala sekolah.

"Tolong lepas juga borgol anak yang di samping anak saya!" Pinta Jeffreyan yang ditujukan untuk Angkasa.

Polisi itu lantas hendak membuka borgol Angkasa namun tiba-tiba suara yang begitu familiar di telinga menggema di kantor polisi tanpa tahu malu. "ANGKASA," teriaknya.

Haikal datang tiba-tiba, yang Angkasa terkejut bukan kedatangan Haikal melain seorang gadis yang ada di belakang Haikal. Angkasa langsung bisa menebak bahwa yang memberitahu Naura adalah Haikal.

Angkasa langsung menghampiri Naura sampai lupa bahwa borgol di tangannya belum terlepas. "Ra, ngapain di sini?"

"Ini udah jam berapa, kamu ngapain ke sini?" Tanya Angkasa.

Mata Naura berkaca-kaca menatap borgol yang ada di tangan Angkasa, saat Naura mendongak menatap wajah Angkasa air mata Naura mengalir membuat Angkasa panik.

"Loh, Ra? Kenapa nangis?"

"Ra ..." panggil Angkasa.

"Sebentar ya!" Pintanya.

Karena borgol yang masih ada di tangannya Angkasa jadi kesulitan untuk menggapai Naura. Laki-laki itu berbalik mendatangi polisi yang membawa kunci borgol. "Pak, tolong lepas!"

Sementara itu Naura menatap dua sel yang penuh dengan anak-anak remaja seusianya mereka tersenyum sambil melambai-lambaikan tangan pada Naura seolah-olah sedang menyapa Naura, namun bukannya membalas sapaan mereka air mata gadis itu malah kembali menetes.

Setelah borgol berhasil terbuka Angkasa menghampiri Naura dan berdiri di hadapan gadis itu.

"Aku mau putus," ujar Naura tiba-tiba.

Sontak semua yang berada di sana terdiam sambil memandang Angkasa dan Naura.

Angkasa masih terdiam di tempatnya, jantungnya sempat berdetak tidak karuan karena mendengar ucapan Naura. Berpikir mungkin Naura hanya bercanda Angkasa pun tertawa terpaksa. "Kamu bercanda kan?"

Air mata Naura semakin mengalir deras, gadis itu menggeleng tegas. "AKU MAU PUTUS," Naura menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Angkasa langsung menggenggam tangan Naura, membawa gadis itu menjauh. Sementara itu seorang polisi mencoba mengikuti Angkasa takut-takut Angkasa akan kabur.

"Dia tidak akan kabur, saya yang akan menjaminnya," ujar Jeffreyan.

Sementara itu Angkasa membawa Naura keluar, mendudukkan gadis yang masih terisak oleh tangisnya itu di sebuah bangku panjang. Sedangkan Angkasa bersimpuh di hadapan Naura.

"Kenapa mau putus?" Tanya Angkasa baik-baik.

Naura yang tadinya hanya menunduk mengangkat pandangannya, menatap Angkasa yang sedang bersimpuh di hadapannya. "Aku pikir selama ini aku udah tau semua tentang kamu, tapi aku salah ... Ternyata aku gak tau apa-apa."

"Aku pikir selama ini kamu laki-laki baik-baik," timpal Naura.

"Jadi maksud kamu aku jahat?" Tanya Angkasa, masih dengan nada lembut tak ingin menyakiti perasaan Naura.

Angkasa dan Kisahnyaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن