53

62.6K 2.4K 117
                                    

Agam tersentak mendengar nada semangat gadis itu. "Kamu sadar?"

"Iss, om itu kenapa selalu nanyanya Baby sadar atau enggak sih, Baby sadar. Nih liat Baby ke buka dan Baby natap om, ya Baby sadar dong. Tadi om yang nawarin, sekarang om yang kaget. Gimana sih jadi om-om labil banget?"

Tanpa menjawab Baby Baby meminggirkan mobilnya, tangan Agam menarik tangan gadis itu dan diletakkan di atas gundukan di tengah celananya. Baby membulatkan matanya, tanpa sadar dan reflek nya Baby menepuk gundukan itu. "Om!"

"Anjing," umpatan itu langsung dikeluarkan Agam. Masa depannya ditepuk begitu saja, dikira nyamuk?

Mata Baby tambah membelalak lebar, ia menatap bergantian wajah dan milik Agam yang sekarang sedang dipegangi lelaki itu. "Maaf, maaf. Om sih gak ngomong-ngomong kalau mau narik ke situ! Baby kaget, dan reflek kagetnya Baby itu mukul. Ih aduh, Baby bingung harus ngapain."

Agam tidak memperdulikan itu, ia meringis, menahan nyeri yang seperti mengguncang seluruh tubuhnya. Pusat tubuhnya yang harusnya mempesona menjadi layu, lunglai, dan terasa berdenyut.

Baby menggigiti kukunya, bingung sendiri. "Masa depan Baby gimana?" gumam gadis itu takut. Baby menatap Agam dengan lekat. "Om maaf, harus Baby apain biar sembuh? Baby beneran gak sengaja, om."

Agam menormalkan nafasnya, jari-jarinya sedikit memijat miliknya. Ia menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. Ini nyeri yang tak terduga. "Kita pulang aja ya?"

"Terus itu mau om apain?"

"Mau di elus, gak mungkin ngelus ada kamu di sini."

Baby mengangguk, ia menunduk tapi pandangannya mencuri-curi ke arah milik Agam. Bisa ia bayangkan sebenarnya sebesar apa milik Agam, padahal itu masih tidur. Baby meneguk ludahnya, Agam tidak berkata apa-apa dan langsung menjalankan mobilnya dengan cepat di jalanan sepi ini.

Tangan Baby perlahan mengelus paha Agam dan tubuh Agam sedikit berjingkat. "Baby kalau mau megang juga ngomong-ngomong!"

"Maaf, Baby kira om gak kaget," jawab Baby penuh sesal. Tangan Baby mengelus paha Agam di atas celana jogger lelaki itu. "Maaf, Baby gak bermaksud buat masa depan om maupun Baby kesakitan. Baby beneran reflek tadi. Boleh Baby pegang? Mau minta maaf, tapi megangnya dikit aja."

"Heh! Kok?"

Baby berdecak, tangannya semakin merayap ke bagian dalam paha Agam. "Tadi Baby disuruh bilang dulu." Dan tiba tangan Baby berada di atas milik Agam, Baby menangkup batang yang masih tidur itu disertai elusan halusnya. "Maafin Baby, Baby gak bermaksud, tol."

"Baby!"

Baby lagi-lagi berdecak, ia melepaskan tangannya dari milik Agam dan menatap Agam. "Apa om? Om kaget karena di panggil 'tol'? Baby gak tau namanya kok, jadi Baby panggil kon-"

"Mulutnya minta dicipok! Diem!"

Baby mengangguk. "Oke."

Agam menghela nafas panjang, kembali meminggirkan mobilnya. Ia sekarang menhadapkan tubuhnya menghadap gadisnya. "Sayang, tau apa efek sentuhan kamu yang bahkan gak sampai lima detik tadi?"

Baby melirik milik Agam dan terlihat semakin menggembung. "Maaf."

"Kamu mau kenalan sekarang atau sebulan lagi waktu kita udah nikah?"

"Humm?"

"Ketemu sama Agnor sekarang atau nanti?"

"Agnor siapa lagi om?"

"Agam junior, cepet tentuin pilihan kamu."

"Baby mau kenalan tapi gak mau ngapa-ngapain Agnor boleh?"

Om CEO [Selesai]Where stories live. Discover now