23

82K 3.8K 48
                                    

"Dari mana anak cantik?"

Baby menyengir sambil tangannya mengayun-ayun tangan Agam yang masih ia genggam. "Habis dari apartemen, ma."

Melihat mata Ana menatapnya dari atas sampai bawah Agam menggeleng. "Gak sama Agam tante."

Ana menghela nafas panjang, ia mengangguk. "Baby masuk kamar dulu, ada yang mau omongin sama Agam."

"Baby gak boleh di sini aja?"

"Urusan orang dewasa, kamu masih bocah."

Baby memegang dadanya, mendramatisir keadaan. "Mama jahat. Baby bukan bocah ini lagi padahal."

Ana menepuk pelan lengan Baby. "Sana."

"Iya, iya."

Baby melepaskan tangan Agam, ia berjalan lesu ke arah tangga. Ana yang melihat itu menggidikkan dagunya ke sofa. "Duduk dulu, Gam."

"Iya, tante."

Ana duduk di depan Agam, menyilangkan kakinya dengan anggun. "Baby, gak usah nguping, mama tau kamu di sana."

Baby berdecak, ia menghentakkan kakinya. "Tau aja," gumam gadis yang sudah keluar dari dinding samping tangga dan sekarang sudah menaiki tangga untuk ke kamarnya.

"Maaf, kenapa tante?" tanya Agam tidak sabar.

"Hari ini Baby ketemu sama mama kamu kan? Gimana?" Agam meneguk ludahnya susah payah, ia bingung akan menjawab apa.

Ana yang melihat ekpresi wajah Agam menghela nafas panjang. "Gak papa, jujur aja."

"Maaf tante, tapi mama belum ngasih restu," jawab Agam sambil menunduk.

Ana mengangguk. "Dan kamu tetep mau lanjut?"

"Lanjut tante!"

"Tante tau susahnya hubungan tanpa restu orang tua. Setelah ini pasti bakalan banyak masalah yang nerpa kalian. Mama kamu gak bakalan diam aja untuk gak misahin kalian. Tante takut, Baby kenapa-kenapa ke depannya, entah mental maupun fisik."

"Agam bakalan selalu sama Baby, tante."

"Yakin?" Agam menggigit bibirnya, ia mengangguk.

Ana mengernyit. "Di sekolah?"

"Agam udah ambil alih."

"Bukannya pak Sudar-"

"Agam udah jadi penyumbang dana terbesar di sekolahnya dari awal pacaran sama Baby. Dan temen sekelas Baby sepupu Agam. Dia yang jagain Baby di sekolah. Dia sabuk hitam karate."

"Cowok?"

"Cewek, tante."

"Kamu yakin mau lanjut?"

Dengan tegas Agam mengangguk. "Pasti."

"Tante gak mau anak manja kayak dia sakit hati, Gam. Dia terlalu di manja dari kecil, jadi tante yakin sedikit apapun masalah kalian nantinya dia pasti mikirnya berat. Tante takut itu ganggu sekolahnya dia."

"Agam bakalan berusaha biar gak ada masalah tante."

"Lanjutin kalau kamu yakin. Tapi, kalau anak tante udah gak mau lanjut sama kamu, jangan paksa dia."

"Pasti."

Ana mengangguk, ia tersenyum. "Makasih, Baby beruntung punya cowok kayak kamu."

Mendengar itu senyum Agam terbit. "Agam pulang dulu tante."

"Naik dulu ke atas, bilang sama Baby dulu, kalau enggak dia introgasi tante nanti."

Agam terkekeh, ia berdiri dari duduknya. "Agam naik dulu tante."

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang