05

134K 6K 127
                                    

Yang nunggu adegannya 🌚 sabar ya, gak mungkin baru pacaran udah 🔞 aja.

***

Baby mencubit tangannya sendiri, dan itu terasa menyakitkan. Lelaki yang sekarang tengah menggoreng nasi itu sekarang menjadi pacar-- emm, miliknya? Ini serius? Tadi tidak ada romantis-romantisnya. Tidak ada bunga, coklat, kata-kata panjang nan romantis, ataupun nyanyian romantis. Setelah mengatakan itu, Agam menggandeng nya ke dapur dan ia di dudukkan di meja pantry. Niat awalnya yang ia akan belajar masak sirna begitu saja.

"Om, kita pacaran?"

"Kamu maunya apa? Pacaran atau tunangan?"

"Ih, tunangan kecepetan! Baby masih 17 tahun!"

Agam menatap Baby sambil tersenyum. "Ya udah pacaran."

"Kok om pasrah banget!"

Agam mematikan kompornya, ia menghampiri Baby. Tangannya mengurung tubuh Baby. "Saya harus perbanyak stok sabar pacaran sama cewek kayak kamu, ya."

Baby memainkan kancing kemeja Agam. "Om beneran suka Baby? Om ngomong gini ke Baby bukan karena anggap Baby murahan atau cuma mau om buat mainan aja kan?"

Dahi Agam berkerut, tangannya mengusap pipi Baby. "Ngomong apa sih? Siapa yang bilang kamu murahan? Mainan? Saya gak pe-"

"Aku."

"Ha?"

"Pakai aku, kalau saya terasa formal banget, Baby kayak ngomong sama guru bukan sama pacar."

"Fine. Aku gak pernah ada niat untuk mainin cewek. Aku lahir dari seorang perempuan dan nanti ibu dari anak-anak ku perempuan. Baby bisa tanya sama Denand aku berapa kali pacaran. Jadi, siapa yang ngomong Baby murahan?"

"Gak ada sih, Baby cuma takut om-"

"Coba jangan pakai om."

Baby mengerucutkan bibirnya, ia menggeleng. "Panggilan om itu udah spesial."

"Oke, aku nurut lagi. Lanjutin cerita kamu."

"Baby cuma takut om anggap Baby gitu, karena kemarin Baby cerita ke abang kalau Baby peluk om abang bilang Baby gak boleh terlalu deket sama om kalau gak mau di bilang murahan."

"Aku seneng-- Baby, aneh pakai aku. Saya aja ya?"

"Pasti bakalan terbiasa kok."

Agam menghela nafas kasar. "Aku seneng di peluk. Kamu udah narik perhatian sejak aku sering jemput kamu. Aku gak berani ngomong ke Denand karena takut Denand gak suka. Dan aku gak mau bilang ke kamu karena takut kamu gak bakalan mau ketemu aku lagi."

"Baby suka sama om sejak om sering ngasih perhatian ke Baby. Apalagi waktu om di Jerman dan kita sering VC, itu buat Baby semakin seneng liat om."

Agam tersenyum, ia mengecup kening Baby. "Kita sembunyiin dulu hubungan ini, ya. Perlahan-lahan baru kita ungkap ke Denand dan nanti baru ke keluarga besar kamu."

"Keluarga om?"

"Gampang."

Baby memeluk pinggang Agam, ia menyembunyikan wajahnya di dada Agam. "Om pacar pertama Baby. Baru kali ini Baby ngerasain suka sama orang."

Agam memeluk gemas Baby. Gadis yang sekarang menjadi miliknya, yang berkata pasti frontal, tidak ada basa-basinya. Agam mengecup puncak kepala Baby. "Aku bakalan berusaha jadi pacar yang baik untuk kamu, pengalaman pacaran pertama kamu harus baik."

"Om kok bisa suka sama Baby?"

Agam mengelus rambut halus Baby. "Kamu cantik, menarik, apa adanya, walaupun kadang buat aku kesel, tapi waktu ngeliat wajah kamu keselnya ilang. Waktu jemput kamu gitu, kadang aku yang maksa Denand supaya aku aja yang jemput kamu karena kamu bisa ngilangin stress aku waktu banyak pekerjaan."

Om CEO [Selesai]Where stories live. Discover now