50

62.6K 2.5K 78
                                    

Annyeong!
Satu bulan lebih gak ketemu sama Agam Baby. Seperti healing ku cukup.

Makasih yang udah nunggu dan selalu ngasih semangat.

Happy reading ^^

****

Baby meneguk ludahnya kasar, usia kepala dua sudah di depan matanya, tinggal menunggu beberapa detik saja dan usia yang ia janjikan untuk menikah dengan Agam sudah ia dapatkan. Baby menatap layar laptopnya lalu menatap kembali pintu kamarnya, tidak ada tanda-tanda atau suara di depan pintunya. Kekasihnya tidak ingin memberikan suprise gitu?

Bunyi notifikasi kalender ponselnya membuat Baby memejamkan matanya. "Tuhan, terima kasih udah memberikan Baby kesempatan untuk hidup di dunia sampai umur dua puluh tahun seperti sekarang. Baby bersyukur diberikan keluarga dan pasangan yang menyayangi Baby. Baby bersyukur di kelilingi orang-orang baik. Terima kasih diri udah bertahan melewati luka fisik maupun batin selama ini. Kita udah melakukan yang terbaik dan selalu usahakan untuk menjadi yang terbaik. Happy birthday to me, semoga selalu bisa melewati tantangan dunia."

Baby membuka matanya dan menatap sekeliling kamarnya. Tumben anggota keluarganya tidak ada yang ke kamarnya? Baby mengecek whatsapp nya dari laptop, tidak ada notifikasi juga.

Suara kembang api dari luar membuat Baby berlari ke pintu balkonnya. "Waw ...."

Baby tersentak saat tiba-tiba tangan dingin menutup matanya. Dengan reflek tangannya memukul-mukul tangan yang menutup matanya itu.

"Sayang, it's me."

"Om Agam ...." rengek Baby terdengar saat memanggil itu.

Agam terkekeh, ia melepaskan tangannya dari mata Baby dan gadisnya langsung merubah posisinya dan menghadapnya. "Saengil chukahaeyo, taeeona haengbokeuljuneun geose kamsadeuribnida."

Baby tersenyum haru, ia menubruk tubuh Agam. "Om tau artinya?"

Agam memeluk tubuh Baby gemas. "Kamu ngeremehin aku. Selamat ulang tahun! Terima kasih kamu telah lahir dan memberikan kebahagiaan. Tuh artinya kan?"

Baby terkekeh, ia mengangguk di pelukan Agam. "Kembang apinya bagus."

"Emang itu untuk kamu?"

Baby langsung mengangkat kepalanya. "Bukan ya?"

"Untuk Baby Auristela Hardyanto sih."

"Ih, ngeselin!"

Agam terkekeh. "Yok ke bawah, kasian pada nunggu di bawah."

"Sekarang banget?"

"Nunggu kamu 30 tahun sayang."

"10 tahun lagi dong?"

Agam tersenyum terpaksa, ia mengketeki leher Baby. "Kamu makin tua makin bolot. Kayak aku dong, makin tua makin ganteng dan makin sayang kamu."

Baby memukul lengan Agam. "Kampret om! Gak ada romantis-romantisnya, gendong kek, ini malah di cekek Baby nya."

Agam mengecup pucuk kepala Baby, ia berjalan pelan mengimbangi langkah Baby. "Kamu juga kalau manggil pakai mas kek, jangan om lagi."

"Gak, nunggu nikah aja."

"Siang nanti ya? Kan udah 20."

"Jelek! Gak hari ini juga om! Jarak sebulan, dua bulan gitu loh. Belum nyiapin apa-apa!"

"Oke, ambil jalan tengah, sebulan setengah dari sekarang."

Baby hanya diam. Langkahnya tetap bergerak ke halaman belakang dengan leher yang masih di ketek Agam.

Om CEO [Selesai]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora