Lintas Impian - 23

16 3 0
                                    

Geisha membuka tutup es krim itu kemudian menyendoknya dengan sendok yang terbuat dari bahan plastik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Geisha membuka tutup es krim itu kemudian menyendoknya dengan sendok yang terbuat dari bahan plastik. Sedikit demi sedikit, Geisha menyuap es krim dengan varian cokelat itu dan suasana hatinya seolah kembali tenang.

Entah karena es krim cokelat yang terbukti ampuh memperbaiki mood atau karena perlakuan Jo yang menurut Geisha terlampau baik dan begitu perhatian para orang baru. Apa pun itu alasannya, Geisha tetap menikmati rasa dingin ea krim yang secara perlahan berpindah ke lidahnya.

“Ge, sambil kamu makan es krim, saya izin berpendapat mengenai cerita kamu, ya,” ujar Jo meminta izin. “Menurut saya, baik kamu, atau orangtua kamu tidak ada yang salah. Di satu sisi, orangtua kamu mungkin hanya ingin kamu menjadi seseorang yang lebih baik. Mereka ingin yang terbaik untuk anak mereka. Ya, mungkin, cara mereka yang salah, yaitu dengan cara menuntut serta membandingkan kamu dengan sahabat kamu. Tapi, kembali lagi ke niat awal mereka, niat mereka itu baik.

“Sayangnya, kita sebagai anak sering kali menyalahartikan semua itu. Kita menganggap bahwa orangtua kita tidak sayang atau bahkan malu mempunyai anak seperti kita, sehingga kita dibanding-bandingkan.”

Geisha berhenti menyendokkan es krim guna merespons kalimat panjang Jo. “Jadi, di posisi itu, sang anak yang salah?”

“Saya enggak bilang si anak salah. Karena, itu juga hal yang wajar ketika kita berpikir demikian. Intinya, sebagai anak, kita tidak selalu harus menuruti semua permintaan orangtua. Kalau dirasa itu berat dan kita tidak sanggup, tinggalkan. Tapi, kalau kita sanggup, kenapa enggak dituruti? Lumayan, menambah hal baik, kan, karena nurut pada orangtua?”

Kalimat Jo membuat Geisha terdiam cukup lama. Bahkan, es krim di cup yang di tangannya mulai meleleh karena tertiup angin.

“Udah. Enggak perlu terlalu dipikirkan. Nanti, secara perlahan, orangtua kamu juga akan paham bahwa enggak semua orang diciptakan dengan kemampuan yang serupa. Nanti akan ada masanya, orangtua kamu akan menyesal karena telah membandingkan anaknya dengan anak yang lain.”

Geisha menundukkan kepalanya, berusaha menyerap semua kalimat Jo.

“Kenapa diam? Ada kalimat saya yang salah?”

Geisha menggeleng perlahan. “Enggak. Kamu benar, Jo. Selama ini, aku selalu memandang mama aku jahat karena banyak nuntut aku. Padahal, mama aku, papa aku, cuma mau yang terbaik untuk aku.”

“Ya, begitulah manusia. Bukan hanya kamu, bahkan saya juga suka memandang segala sesuatu hanya dari satu sisi saja,” ujar lelaki itu. “By the way, saya tebak, pasti kamu sedang marahan dengan sahabat kamu karena masalah ini?”

Geisha mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Jo. “Kok kamu tahu? Kamu beneran peramal, ya?”

“Saya bukan peramal, saya cuma menebak sesuatu yang kebetulan benar. Iya, kan?”

Mau tak mau, Geisha mengangguk. “Iya, kamu benar.”

“Boleh saya kasi saran lagi? Jangan marah sama sahabat kamu. Dia enggak salah dan dia enggak tahu apa-apa soal masalah kamu.”

Lintas Impian [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now