Lintas Impian - 22

12 3 0
                                    

Langkah-langkah lemah Geisha berhasil menculik serta membawa Geisha ke waterfront, sebuah inovasi tempat rekreasi seperti alun-alun yang sengaja dibuat berhadapan langsung dengan sungai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkah-langkah lemah Geisha berhasil menculik serta membawa Geisha ke waterfront, sebuah inovasi tempat rekreasi seperti alun-alun yang sengaja dibuat berhadapan langsung dengan sungai. Geisha tidak tahu kenapa dirinya nekat berjalan dari kampus ke waterfront dengan jarak yang tidak bisa dibilang dekat jika ditempuh dengan cara berjalan kaki.

Meninggalkan motornya berada di parkiran kampus farmasi yang tak beratap dan bisa saja bermandikan hujan apabila langit yang cerah ini mendadak mengeluarkan tangisannya. Tapi, persetan dengan semua itu, satu hal yang Geisha butuhkan sekarang ada di tempat ini. Ketenangan.

Angka yang menunjukkan pukul 10.48 di layar ponsel dan matahari yang sudah bersiap untuk menduduki tahta tertinggi di atas kepala manusia membuat tidak ada orang yang berniat untuk sekadar duduk di bangku-bangku waterfront. Lagipula, jam segini tidak ada orang-orang yang berdiri di belakang stand untuk menjajakkan barang yang mereka jual.

Tempat ini begitu sepi sekarang. Hanya ada Geisha seorang diri di sana. Ah, tidak. Ternyata, ada orang lain di tempat ini selain Geisha. Sepasang lawan jenis dengan pakaian berwarna senada serta seorang laki-laki yang tengah fokus melihat kameranya. Geisha menarik kesimpulan bahwa laki-laki itu adalah fotografer yang tengah memotret kliennya yang merupakan sepasang kekasih atau suami istri itu. Apa pun itu, Geisha sendiri tidak tahu dan tidak mau tahu.

Dia lelah berpikir guna menerka-nerka hubungan mereka. Sebab, tentu ada hal penting dan jauh lebih penting dibanding menerka, yaitu meratapi nasibnya yang tidak jauh dari kata tuntutan dan perbandingan.

Geisha tahu, bukan dia pemilik masalah terberat. Masih banyak orang-orang seusianya di luar sana yang harus menanggung masalah yang lebih berat dibanding dirinya. Dan, mungkin, perkara tuntutan dan dibandingkan, semua anak akan merasakannya.

Namun, bolehkah sekarang Geisha egois sedikit saja dengan meng-klaim bahwa masalahnya sudah cukup berat untuknya? Dia lelah terus dituntut untuk mengikuti setiap kemauan mamanya. Dia lelah dituntut untuk menjadi seperti Morena. Dia lelah terus dibandingkan dengan sahabatnya sendiri. Dia lelah.

Tidak bisakah mamanya paham bahwa masing-masing orang diciptakan dengan kemampuan yang berbeda? Meskipun Geisha sendiri masih tidak tahu kemampuan apa yang dia miliki, tapi pilihan untuk membandingkan dirinya terlihat bukan opsi yang tepat.

Geisha mengacak rambutnya, bahkan kunciran di belakang rambut ikut terlepas karenanya. Gadis itu memejamkan matanya, menutup wajah dengan tangan yang bertumpu pada paha. Entah hingga kapan hidupnya akan terus seperti ini.

Sesaat kemudian, Geisha merasakan goyangan di bangku yang dia duduki, pertanda ada orang lain yang duduk di sampingnya.

"Jangan ganggu aku. Silakan cari dan duduk di tempat lain."

"Harusnya, saya yang bilang seperti itu. Saya duluan yang ada di sini. Kamu enggak melihat ada tas hitam di sini?"

Sialnya, Geisha baru teringat bila sebelum dirinya, ada tas hitam yang terlantar yang telah menempati bangku ini. Itu artinya bangku ini telah terlebih dahulu diisi oleh orang lain.

Lintas Impian [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now