Lintas Impian - 1

104 29 38
                                    

"Oh my God

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh my God. Demi apa. My lovely Ahjussi makin tampan aja make baju tentara kayak gitu. Apalagi pas make baju pernikahan kita, ya. Pasti kadar ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Eh, enggak. Pasti berjuta-juta kali lipat tambah gantengnya. Aku jadi enggak sabaran mau buru-buru cetak undangan dan sebarin undangan itu ke teman-teman sekolah. Pastinya, mereka kaget sekaget-kagetnya ngelihat aku jadi nikah sama Ahjussi."

Deretan jeritan panjang itu seolah dengan mudahnya terlontar dari bibir seorang gadis. Di hadapannya, benda pipih berbentuk segi empat tengah menampilkan sebuah drama yang diproduksi di negara Ginseng yang sudah tentu menjadi alasan jeritan gadis itu.

"Aduh, coba aja aku kemarin dipanggil buat ikutan syuting drama bareng my lovely Ahjussi, pasti dramanya jadi makin ketceh karena pemerannya itu kami berdua. Apa sih namanya, ehm ... feel-nya pasti dapat banget. Udah pasti, rating drama itu naik karena kami berdua," lanjutnya lagi sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya, berusaha menahan rasa senang yang menjalar di hatinya.

Tanpa gadis itu sadari, seorang pria berusia 30 tahunan tengah menatapnya dari kejauhan satu setengah meter. Pria itu melipat kedua tangannya di depan dada. Kaki kanannya yang terbalut sepatu dia naik-turunkan membentuk irama hentakan kecil. Pria itu berdeham sejenak, berniat untuk menyadarkan gadis itu sebelum melontarkan sebaris kalimat panjang yang siap dia semburkan pada gadis yang berstatus sebagai karyawannya itu.

Sekali dehaman, gadis itu masih tidak merespons. Dua kali, tiga kali, juga tidak ada respons. Gadis itu masih fokus pada tontonannya.

"Arrggh, Ahjussi. Aku tergila-gila karenamu!!"

"Geisha!"

Gadis yang merasa namanya terpanggil itu seketika membetulkan posisi duduknya. Punggungnya menjadi tegap. Kedua tangannya secara perlahan menekan tombol pause di aplikasi menonton itu dan mematikan layar ponselnya.

"Geisha Nediva. Putar balik badan kamu." Pria itu kembali bersuara. Kedengarannya begitu tenang, namun tidak dengan apa yang direspons oleh otak Geisha.

Gadis itu meneguk ludahnya, kemudian dia memutar kursi bulat yang dia duduki dengan bantuan kakinya. Matanya terpejam, tidak berani melihat ke arah pria itu. Sebab, dia yakin, pria itu akan menyemburnya habis-habisan dengan kalimat panjangnya.

"Kamu itu di sini berniat bekerja atau hanya menumpang WiFi untuk menonton drama tidak jelas itu?"

"Be-bekerja, Pak."

"Kalau berniat bekerja, kenapa berulang kali saya mendapati kamu sibuk menonton dibanding bekerja?"

Perlahan, Geisha membuka matanya. Dia menarik napas panjang, sembari Menyusun kalimat sebagai penjelasan. "Eh, anu, Pak. Kan, lagi enggak ada yang belanja, jadi saya menghibur diri dulu dengan menonton, Pak. Nanti kalau ada pelanggan yang belanja, saya langsung matiin ponsel dan fokus pada kerjaan saya, kok, Pak."

"Saya tidak terima alasan apa pun, Geisha. Sudah berulang kali saya memergoki kamu asyik menonton, dan sudah berulang kali juga saya menegur kamu, tapi kamu tidak pernah mendengarkan teguran saya. Jadi, apa kamu masih berniat bekerja di sini atau-?"

"Masih, Pak!" sela Geisha dengan cepat.

"Tap-"

"Saya masih berniat bekerja di sini, kok, Pak. Ini ponsel saya, saya taruh ke laci, ya, Pak. Saya akan kembali fokus bekerja dan menunggu pelanggan untuk datang membeli barang!"

"Oke, ini terakhir kalinya saya menegur kamu, ya, Geisha. Jika kamu masih melakukan kesalahan yang sama, saya tidak akan segan-segan untuk memberikan kamu SP 1 atau langsung memecat kamu. Kamu paham?"

"Paham, Pak. Siap, laksanakan!" seru Geisha dengan memosisikan telapak tangan dengan jempol yang sedikit menekuk ke dalam di kepala membentuk sikap hormat.

***

"Gila, belum genap tiga bulan kerja, udah terancam kena SP aja akunya," ujar Geisha seraya membuang slingbag-nya ke atas kasur sebelum gadis itu turut melempar tubuhnya di sebelah slingbag.

"Ini lebih parah dibanding tempat kerja aku sebelumnya. Enggak pernah kena marah karena nonton drakor, tuh. Aman-aman aja. Tahu gitu, aku enggak usah resign dan pindah tempat kerja."

"Eh, tapi enggak-enggak. Bisa gila kayaknya aku kalau tetap kerja di notaris itu. Emang, sih, kerjaannya jarang-jarang. Tapi, sekali kerja, kerja keras bagai kuda tahu. Mana gajinya kecil. Terus, disuruh paham soal hukum lagi. Ya kali, orang aku aja masih menerobos lampu merah di perempatan, gimana caranya paham soal hukum coba."

Mungkin, jika ada orang di rumah yang sedang melihat Geisha sekarang ini akan mengira Geisha adalah pasien ODGJ alias Orang dengan Gangguan Jiwa karena terus-menerus menggerutu sendiri. Ah, tidak, bahkan sepertinya mereka sudah terbiasa dengan sifat Geisha yang satu ini. Berbicara dan menggerutu sendiri seolah-olah dia mempunyai teman gaib yang setia mendengar keluhannya. Beruntungnya, tidak ada satupun anggota keluarga Geisha yang berniat melaporkan gadis itu ke rumah sakit jiwa untuk ditangani lebih lanjut.

"Duh, haus banget. Kayaknya haus-haus kayak gini enak nyuri susu cokelat milik Aria, nih," ujarnya sembari menyunggingkan senyum liciknya. Di kepalanya, sudah tersusun serangkaian rencana untuk memulai aksi. Pencurian susu cokelat Aria.

Gadis itu dengan cepat melompat dari kasur, melangkah ke dekat pintu, dan menuruni anak tangga satu per satu menuju dapur, mengingat kamarnya yang berada di lantai dua.

Dengan leher yang dibuat memanjang dan kepala yang celingak-celinguk melihat kondisi sekitar, Geisha tersenyum ketika merasa suasana di sekitar aman terkendali. Dia yakin, kali ini, tidak akan ada orang yang akan memergoki aksinya mencuri susu cokelat di dalam kulkas. Toh, mamanya tengah mengikuti arisan di rumah tetangga. Papanya masih bekerja. Dan, adiknya yang seharusnya ada di kamar.

Dengan cekatan, Geisha mengambil ke luar susu cokelat itu dari kulkas, membuka penutup botol, dan menuangnya ke dalam gelas yang telah dia ambil tadi hingga gelas tersebut nyaris penuh oleh susu.

Setelah menutup kembali penutup botolnya, Geisha segera menyimpan kembali susu tersebut ke tempatnya, lantas berharap agar Aria-adik super menyebalkan nan pelitnya yang saat ini tengah duduk di bangku 5 SD-tidak menyadari bahwa susunya itu berkurang dari segi isi.

Kemudian, Geisha dengan cepat meneguk susu dingin itu hingga tersisa setengah. Dia mengelap permukaan bibirnya yang terkena susu dengan tangannya dan tersenyum cerah. "Nikmat mana lagi Tuhan yang Engkau dustakan. Emang bener, ya, segala sesuatu yang gratis itu nikmatnya bertambah berkali lipat. Apalagi kalau enggak ketahuan sama pemiliknya," ujar Geisha diakhiri dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya.

Geisha berniat untuk kembali mengumpet di dalam kamarnya, sebelum Aria keburu datang dan memergoki gelas berisi susu cokelat yang dipegangnya. Akan tetapi, melihat sang adik yang-entah sejak kapan-tengah duduk di ruang tamu dengan wajah sedih yang kentara, Geisha mengurungkan niatnya. Gadis itu memilih untuk menghampiri Aria dan duduk di samping lelaki itu. Sementara itu, gelas berisi susu diletakkan di atas meja tamu.

"Muka kamu kenapa kusut kayak gitu, Ar?" tanya Geisha.

Aria yang sedari tadi terfokus pada ponselnya itu mendongakkan kepalanya, menoleh kepada Geisha. Sebuah helaan napas Aria terdengar oleh Geisha, sebelum senyuman kecil terbit di wajah Aria.

"Pacar aku ngambek sama aku, Kak. Kasih tips, dong, buat bujukin pacarku."

"HAH?!"

***

1.088 words
©vallenciazhng_

1 Juli 2022
Re-publish : 10 November 2022

Lintas Impian [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now