Lintas Impian - 6

34 13 12
                                    

Geisha dengan segera melepas helm dan melemparnya asal ke atas sofa ketika mendengar suara kekacauan yang terjadi di lantai dua rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Geisha dengan segera melepas helm dan melemparnya asal ke atas sofa ketika mendengar suara kekacauan yang terjadi di lantai dua rumahnya. Gadis itu dengan segera berlari menuju tangga, menaiki satu per satu undakan dengan cepat, hingga membuatnya nyaris terjungkal begitu saja karena tersandung salah satu anak tangga. Geisha melototkan kedua bola matanya ketika melihat sebuah kotak kardus besar yang diletakkan tepat di depan kamarnya. Langkahnya membawa Geisha mendekati kardus itu.

“Astaga, siapa yang masukin barang aku ke kardus kayak gini?” jerit Geisha ketika melihat beberapa barang seperti album foto, notebook custom bergambar wajah idolanya, dan pernak-pernik lain yang dia beli dengan penuh kerja keras yang turut masuk ke dalam kardus itu.

Geisha mendorong pintu kamarnya yang terbuka sedikit dengan keras hingga terdengar suara gebrakan.

“Mama apa-apaan, sih!” hardik Geisha yang kemudian berlari menuju Sintia. Geisha mencengkeram tangan Sintia dan menghempasnya kasar, menjauhkannya dari poster dan polaroid yang tertempel di dinding kamar. “Mama mau ngapain di kamar Ge?!”

“Mama mau lenyapin semua barang-barang enggak penting di kamar kamu,” jawab Sintia dengan enteng yang membuat Geisha semakin mengerang kuat.

“Mama gila?!”

“Mama enggak gila, kamu yang gila!” geram Sintia balik. “Semua barang-barang ini hanya membuat kamu terobsesi dengan dunia kamu yang enggak jelas itu. Akibatnya apa? Kamu enggak bisa bedain mana yang prioritas dan enggak!”

“Maksud Mama apa ngomong kayak gitu?”

“Masih kurang jelas? Semenjak kamu terobsesi dengan artis Korea, kamu enggak bisa fokus belajar. Lihat nilai kamu, enggak ada yang bisa dibanggain dari nilai itu! Terus, sekarang, kamu sok-sokan enggak mau kuliah. Mau jadi apa kamu nanti, heh?!”

Geisha mengacak rambutnya frustrasi. “Ma, nilai aku buruk bukan karena aku terobsesi sama idola aku. Tapi, emang kenyataannya seperti itu. Aku enggak punya minat di dunia akademik! Lagian, kenapa Mama selalu menganggap orang-orang yang enggak kuliah seperti enggak punya masa depan, sih?! Mama pikir, dengan kuliah, bisa menjamin semuanya?”

“Enggak punya minat di akademik? Lalu, apa yang kamu bisa, Ge? Kamu bisa apa di bidang non-akademik? Bisa nyanyi? Nari? Olahraga? Musik? Enggak, kan? Enggak ada yang kamu bisa, Ge. Enggak ada yang bisa dibanggain dari kamu sedikitpun. Mungkin, kuliah enggak menjamin kesuksesan, tapi Mama menuntut kamu untuk kuliah supaya masa depan kamu lebih terstruktur. Enggak acak-acakan. Enggak suram! Setidaknya, kamu bisa banggain keluarga dengan gelar yang kamu punya nanti!”

Perkataan Sintia membuat Geisha termangu.

'Lalu, apa yang kamu bisa, Ge? Kamu bisa apa di bidang non-akademik?'

Bahkan, Geisha sendiri tidak mempunyai jawaban yang kuat untuk menyanggah kalimat itu. Perkataan mamanya benar. Dia tidak bisa apa-apa. Tidak ada hal yang bisa dibanggakan dari diri seorang Geisha. Dia hanya bisa menggantungkan hidupnya pada orang lain. Selama ini, tidak ada hal apa pun yang dia kerjakan. Dan, mungkin, masa depannya terancam suram, seperti yang mamanya katakan tadi.

Lintas Impian [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang