MINE

293 30 7
                                    

Seulas senyum kembali hadir bersama debar yang tak jua menenang. Langkahnya kembali ringan meski tangan penuh berkas laporan. Pandangan mengedar sesat, sebelum menghampiri tubuh tegap didepan sana.

"Sudah lama?" Sapa yang lebih muda pada pria dengan setelan jas formal.

Gelengan kecil dilempar bersama senyum ringan menenangkan. "Ikut aku dulu, ya?" Tutur Jiyong sembari membawa pinggang Dara mendekat kearahnya, membuat semburat merah kembali tercipta.

Hanya anggukan kecil yang mampu Dara tunjukkan sebab kewarasnya kembali direnggut oleh perlakuan hangat Jiyong. Sudah tak ada canggung bagi pria itu membimbing langkahnya di lorong rumah sakit tempat Dara magang. Cukup membuat gempar orang yang melihat, hingga bisikan-bisikan tercipta tak karuan.

"Darong!"

Sebuah kesalahan bagi Boom yang memekik tak tau diri, bagaimana bisa ia memanggil Dara yang jelas-jelas bersama pawangnya. Kebodohan mutlaknya harus coba ia atasi dengan senyum ramah sebab Dara menghampirinya tanpa dosa.

Sorot elang milik Jiyong sedikit tak bersabat sejak Dara meminta dengan pelan menemui Boom, sejujurnya masalah bukan pada Boom melainkan pada pria tinggi yang bersama gadis itu, pria dengan tag Jang Kiyong di jas putih yang dikenakan.

"Apa kabar Mr.Kwon?" Boom sedikit kikuk saat memberi salam pada pria yang merengkuh erat pinggang sang sahabat.

"Baik." Sedikit Datar dengan pandangan mengunci kearah Kiyong.

"Ada apa?" Dara segera bertanya sebab ia sedikit malu dengan tatapan Boom yang seolah menggodanya.

"Kau menolak ajakan makan siang karena ini." Kiyong mencibir santai.

Deg! Dara meneguk saliva susah payah, lengan Jiyong mengunci pinggangnya erat saat Kiyong menyelesaikan cibirannya. "Haha, maaf."

Lontaran kata maaf bersama kekehan kecil berhasil membuat rahang yang lebih tua menegas, manik tajamnya tak lagi bisa dikendalikan sebab sorot mata Kiyong berani menyalurkan sebuah rasa pada gadis yang jelas-jelas bersamanya.

"Masih lama?" Baritone itu menyahut dingin membuat Boom buru-buru mengambil alih berkas dalam gendongan Dara.

"Aku butuh ini, Dee."

"Hm, kau bisa mengambilnya." Vokal Dara sedikit memburu dengan anggukan kacau menyahuti Boom yang tampak canggung, sama seperti dirinya.

Kedua gadis itu berusaha mencairkan suasana saat kedua manik bersitatap tajam, Jiyong tak segan melayangkan tatapan mengintimidasi pada manik Kiyong yang seolah menantangnya.

Dara yang mencuri pandang kearah Jiyong berusaha memutar otak, Ia harus buru-buru mengundurkan diri dari sini sebelum pria ini menguliti Kiyong dengan tatapanya. "Sepertinya kami harus pamit, selamat makan siang." Ia mengintruksi dengan cepat, membawa Jiyong undur diri tanpa peduli Boom yang menghela nafas lega setengah mati.

"Kendalikan tatapanmu, Sunbae! Dia bukan lagi seseorang yang bisa kau dapatkan." Boom sedikit memperingkatkan kala Dara dan Jiyong sudah menjauh namun tatapan Kiyong masih memperhatikan mereka, tepatnya memperhatikan punggung mungil Dara.

.
.

Pesan Soo Joo beberapa waktu lalu tiba-tiba terngiang dalam benak Jiyong. Dara memiliki pesona luar biasa yang mampu memikat dan meluluhkan orang lain dengan mudah, angan itu kembali berkecamuk seiring tatapan Kiyong yang masih berbekas diingatan Jiyong. Tak akan Ia biarkan gadis ini diluluhkan oleh orang lain, akan Jiyong buat Dara menjadi miliknya, seutuhnya.

"Baby." Baritone itu kembali mengambil alih setelah hampir dua jam hanya diam, sibuk mengemudi sementara Dara terlelap di kursinya.

Hazel indah mengercap pelan saat sebuah tangan mengusap kepalanya ringan, seolah memberi pinta agar dirinya terjaga. "Sudah sampai?" Vokal itu kembali, sedikit serak sebab kesadaran belum pulih sepenuhnya.

Light in the DarknessWhere stories live. Discover now