⸙14 . Pikirkan Perasaanmu

1K 216 106
                                    

⸙14》Bila hati gunda sebab cinta, haruskah cepat dikatakan atau menunggu kesempatan? ✎... ΉΣƧΛ 1975

➳〔 Yogyakarta 1985 - 〕࿐

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

➳〔 Yogyakarta 1985 - 〕࿐

"Tumben lama nganter pesanannya, kak Hesa tidak tersesatkan?"

Hesa terkekeh Mendengarnya, "Tentu saja tidak, tadi aku hanya mampir sebentar ke rumah teman"

"Teman?, pria atau wanita?" Tanya Jaka penasaran.

"Wanita" jawab Hesa seadanya.

Seketika Jaka mengulas senyum, "yakin cuma teman?" Tanyanya lagi mencoba menggoda Hesa.

Pemuda itu lantas menepuk bahu Jaka seraya terkekeh, "yakin lah, lagi pula mengapa kau tiba-tiba saja bertanya begitu?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya senang jika kak Hesa bisa memiliki seorang kekasih" alasan yang begitu klise dikatakan oleh Jaka.

"Kamu duluan saja, kak Hesa mah belum siap untuk itu" goda Hesa balik hingga membuat Jaka mengulum senyum.

"Aku bahkan belum kepikiran sampai kesana" setelahnya Jaka tertawa karna memang dia tidak pernah memikirkan tentang wanita.

"Kalau begitu, memang belum waktunya kita mengalami fase itu" final Hesa, seraya menepuk bahu Jaka, dan pemuda itu mengangguk setuju.

***

Pada pekat nya nabastala yang tiada berbintang, kini Hesa tengah terduduk disebuah bangku panjang yang memang dari dulu sudah ada di depan tokoh ini. Ia duduk seraya menatap keawang-awang lagit, seperti tengah merakit topik dalam benak. Bahkan sesekali pemuda itu kedapatan menerbitkan senyum dan itu dilihat oleh Jaka.

Pemuda itu melihat Hesa dari teras rumah, ketika ia mendapati kakaknya itu mengulas senyum dengan netra menatap ke langit. Buru-buru lah ia ingin pergi menghampiri Hesa.

"Banyak orang menerbitkan senyum sebab gemintang di langit sana, namun kini aku melihat kak Hesa tersenyum menatap langit gelap yang kosong" pemuda itu membuat Hesa menoleh ke arahnya secara spontan.

"Ah, kau rupanya" ujar Hesa saat ia menatap Jaka yang mencoba duduk disamping nya.

"Katakan pada ku, apa yang kakak pikirkan?" Tanyanya pada Hesa yang kembali lagi menatap langit.

"Tidak ada. Hanya merasa senang untuk sesaat" begitu jawabnya, penuh arti yang abstrak bagi Jaka.

Jaka kian terkekeh singkat mendengarnya, "kebahagian memang hanya sesaat. Tapi pasti ada alasan di balik itu, ceritakan lah pada ku kebahagian apa yang kau maksud?"

'Entah mengapa hati saya merasa lega saat mengetahui bahwa Sedra bukan lah kekasih nona' itu hanya kata-kata yang terlintas dibenak Hesa, sulit baginya untuk memberi tahu Jaka akan hal ini.

"Ini memang agak aneh bagi ku, bisa-bisanya aku merasa senang saat nona memperkenalkan pemuda itu sebagai temannya bukan kekasihnya" Hesa tiba-tiba saja berbicara begitu.

HESA 1975 | Lee Heeseung ☑️Where stories live. Discover now