Prolog

2.8K 63 17
                                    

Matahari mulai menampakkan dirinya, sinarnya masuk kedalam kamar Danisa melalui jendela kamarnya, Danisa mulai terbangun karena merasakan hangatnya sinar matahari mengenai wajahnya.

Hoamm

"Jam berapa sih kok matahari udah tinggi aja" Ucap Danisa lalu ia berusaha mengambil handphone nya yang berada diatas nakas samping tempat tidurnya.

"Oh jam 06.50".

"HAH?! 06.50?! MATI GW".

Danisa bergegas bangun dari tempat tidurnya dan berlari ke kamar mandi, beberapa menit kemudian Danisa sudah selesai bersiap-siap dan turun ke lantai 1.

Danisa berlari sekencang-kencangnya dia tidak menggubris sapaan para pelayan yang ada disana karena dia sangat terburu-buru namun tidak ada gunanya juga karena dia sudah dipastikan akan terlambat ke sekolah.

Saat tiba di ruang tengah dia melihat sosok pria yang mengenakan seragam dan membawa tas sedang mengobrol dengan kepala keamanan disana.

Pria itu menoleh ke arah Danisa lalu ia berpamitan kepada kepala keamanan itu dan menghampiri Danisa.

"Lo kenapa?" Tanya pria itu.

"MAKAN! YA LO GA LIAT APA SEKARANG JAM BERAPA?!.

"Jam 7".

"RAVAEL! KITA TELAT SEKOLAH BEGO".

"Ya trus?".

"Ck udah lah percuma juga ngomong sama lo, lo kan ga punya perasaan mau bom meledak di sebelah lo juga ga akan berekspresi" Ucap Danisa ketus lalu pergi meninggalkan Ravael.

Ravael memang jarang berekspresi atau bahkan tidak pernah, dari awal papa Danisa membawa Ravael ke rumah itu sampai detik ini dia selalu memasang wajah datar dan dingin seolah tidak memiliki perasaan tidak merasakan sedih, sakit, ataupun senang.

"Ravael! Ayo buruan ih" Ucap Danisa yang sudah memakai helm dan berdiri disamping motor milik Ravael.

"Toh udah telat dari tadi".

Ravael pun segera menggunakan helm full face miliknya.

"Gass!" Triak Danisa.

Jarak rumah Danisa ke sekolah sekitar 20 menit belum lagi jika macet.

"El ngebut aja biar cepet!".

"Ya".

Ravael pun mengendarai motor sportnya dengan kecepatan 80km/jam membelah ramainya jalan raya.

Akhirnya mereka pun sampai disekolah tepat pukul 07.18.

Jelas saja gerbang sekolah telah ditutup dan mereka tidak akan diperbolehkan untuk masuk kedalam.

Ravael memarkirkan motornya diwarung langganannya yaitu warung Mak Mi yang berada di samping sekolah.

"Mak nitip" Ucap Ravael.

"Iya den, siap!".

"Duh gimana nih pasti ga dibolehin masuk" Ucap Danisa.

"Ya ga usah masuk".

"Pala Lo! Gw ada ulangan matematika".

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Ravael berjalan menuju belakang sekolah.

"El lo mau kemana?!".

"Kelas" Jawab Ravael tanpa menoleh ke Danisa dan tetap berjalan meninggalkan Danisa disana.

"Tungguin!".

Sesampainya dibelakang sekolah.

"Naik".

"Hah?".

"Lo ga mau ikut ulangan?".

"Maulah!".

"Cepet naik" Ucap Ravael sambil berjongkok didekat tembok belakang sekolah, dan menyuruh Danisa untuk naik ke atas pundaknya.

"ih bentar gw pake rok susah nih".

Tanpa aba-aba Ravael mengangkat tubuh Danisa ke pundak kanannya, dia sama sekali tidak merasakan berat saat mengangkat tubuh Danisa hanya dengan satu tangan.

"Aaa!".

"Buruan".

Danisa pun berhasil melewati tembok itu dengan aman.

"Ravael buruan kesini, udah aman!" Teriak Danisa.

Ravael dengan mudah melewati tembok itu.

"Astaga! Ngagetin aja lo!" Ucap Danisa ia terkejut karena Ravael tiba-tiba berada dibelakangnya.

"Ayo!".

Mereka berdua pun mengendap-endap untuk menuju ke kelasnya, Danisa berada dikelas XI IPA 1 dan Ravael XI IPS 1, kelas IPA dan IPS berada di gedung yang berbeda.

"Gw ke kelas ya, byee" Ucap Danisa.

Namun lagi-lagi Ravael tidak meresponnya dia hanya fokus berjalan menuju ke kelasnya.
.
.
.

Bersambung

Bodyguard Utusan Papa [Vol. 1] : ENDWhere stories live. Discover now