Penjelasan

499 21 17
                                    

Ravael menoleh lalu membuka kaca helm miliknya.

"Ayo duduk di sana" ajak Danisa.

Ravael pun menurutinya, ia memarkirkan motornya dengan benar lalu melepas helmnya dan duduk di samping Danisa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ravael pun menurutinya, ia memarkirkan motornya dengan benar lalu melepas helmnya dan duduk di samping Danisa.

"El lo marah ya?" Tanya Danisa sambil menatap ke arah Ravael, namun Ravael menatap lurus ke depan.

"Maaf, gw terpaksa ngelakuin ini."

"Gw udah berkali-kali nolak ajakan dari dia, dan kalo gw tolak lagi kesannya gw jadi sombong, kita masih baru di sana, gw takut kalo dia ngecap gw sombong dan akhirnya gw ga punya temen lagi kaya dulu."

"Gw cuma ga mau kejadian di sekolah yang dulu terulang lagi" ucap Danisa sambil menundukkan kepalanya, dia menyesal karena sudah berbohong pada Ravael dan sang ayah.

Melihat hal itu Ravael menoleh ke arah Danisa, lalu perlahan ia mengusap pucuk kepala Danisa dengan lembut. Ravael tersenyum tipis ketika melihat Danisa mengangkat kepalanya.

"Gw tau, yang terpenting lo baik-baik aja itu udah cukup bagi gw."

"Dan masalah chat, gw harap kedepannya lo ga perlu bohong lagi sama gw, cukup bilang ke gw apa yang lo mau, gw ga akan nolak itu" sambung Ravael.

Bugh

Danisa memeluk tubuh Ravael dengan erat. Menerima perlakuan itu Ravael juga terkejut, tapi perlahan dia membalas pelukan itu. Ravael mengusap kepala Danisa lembut dan sebisa mungkin menyalurkan kenyamanan.

"Makasih banyak el, makasih karena lo selalu ngertiin gw, selalu jagain gw dalam kondisi apapun, juga selalu ada di samping gw dan buat gw merasa aman."

"You're welcome."

Danisa melepaskan pelukannya, lalu menatap ke arah Ravael. Kini ekspresi wajah Ravael sudah tidak seseram tadi.

"Tadi gw kira lo bakal terus diemin gw" ucap Danisa.

"Ga mungkin bisa."

"Ih padahal dia cuma ngomong sesingkat itu tapi kenapa gw jadi salting si" batin Danisa.

"Tapi tadi lo beneran marah ya?."

"Ya, sebelum Devan ceritain kejadian di kantin."

"Oh jadi mereka udah kasih tau duluan ke lo."

Ravael mengangguk singkat.

"Kalo misalnya Devan ga bilang ke lo gimana?."

"Hm mungkin sekarang Raga udah ada di rumah sakit, dan lo udah ke kunci dikamar?."

"Dih kejam."

Ravael tertawa melihat ekspresi Danisa yang begitu menggemaskan.

"Becanda."

Danisa melipat kedua tangannya didepan dada sambil mengerucutkan bibirnya. Argh rasanya Ravael ingin menerkam makhluk lucu itu sekarang juga.

Ravael mendekatkan wajahnya ke arah Danisa, dia terus mengikis jarak antara mereka berdua. Lalu...

Bodyguard Utusan Papa [Vol. 1] : ENDWhere stories live. Discover now